Terkadang kita harus bersabar untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Bersabar tidak hanya berbicara tentang ucapan, tapi juga hati. Bersabar tidaklah mudah, karena kesabaran tidak memiliki batas waktu yang jelas. Waktu menguji hati manusia. Bersabarlah, walau tanpa kejelasan kapan hal yang kita inginkan akan kita dapatkan. Bersabarlah, walau banyak orang memilih menyerah. Karena buah dari kesabaran itu akan lebih indah dibandingkan lainnya.
Bukan hal yang mudah bagi George dan Ribka melewati waktu beberapa bulan ini. Sudah tiga bulan sejak honeymoon mereka, namun kabar baik belum juga mereka dapatkan. Ya, Ribka masih belum hamil. Berbagai cara sudah dicoba oleh Ribka, hingga dengan menaikan kakinya saat selesai berhubungan. Namun hasilnya nihil. Bulan ini pun tamunya kembali datang.
"Flowy ... Flowy...."
George hanya bisa menghela napas, ini sudah kesekian kalinya ia mendapati Ribka sedang melamun. George menangkup pipi Ribka membuat wanita itu terkejut.
"George! Aku kaget tahu!" Protes Ribka yang langsung tersadar dari lamunannya.
"Aku sudah memanggilmu berkali-kali, Flowy. Bahkan aku sudah mengetuk pintu kantormu ini, tapi kamu masih saja melamun. Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya George. Bukannya George tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Ribka. Hanya saja ia ingin wanita itu selalu berbagi langsung padanya.
"Aku ... aku gak memikirkan apa-apa. Mungkin hanya sekedar kelelahan saja seharian memandangi laptop," ucap Ribka menutupi alasan sebenarnya.
George tahu istrinya ini berbohong. Tidak, ia tidak marah. Ia mengerti istrinya melakukan itu agar ia tidak khawatir padanya. Tapi satu hal yang George rasakan, sedih. Ia sedih melihat istrinya seperti ini. George tahu keinginan Ribka. Ribka sangat menyukai anak-anak. Ia ingat betul percakapannya dengan Ribka dahulu saat mereka membicarakan impian tentang anak mereka. Mata Ribka sangat bersinar mengatakan bahwa ia ingin mempunyai banyak anak.
George mengerti. Ia juga sudah berusaha melakukan segala cara agar Ribka cepat hamil. Ia tidak menasihati Ribka untuk bersabar. Tidak. Hanya orang tidak peka saja yang menyuruh orang yang menunggu untuk bersabar. Mereka menunggu, bukankah itu artinya mereka juga sedang bersabar?
George lebih memilih men-support Ribka dengan perbuatannya. Ia juga sama berusahanya dengan Ribka, walaupun baginya, ada atau tidak adanya seorang anak di rumah tangga mereka tidaklah menjadi masalah. Baginya, ia sudah cukup bahagia dengan Ribka yang berada di sisinya. Tapi ia tahu, bagi Ribka hal itu tidaklah cukup. Semua wanita baru mengganggap dirinya wanita sejati saat ia sudah memiliki seorang anak. George juga pernah diceritakan oleh Mommy tentang bagaimana terpuruknya Mommy saat divonis tidak bisa hamil. Tapi syukurlah hal itu tidak benar, karena sebenarnya saat itu George sudah berkembang di dalam rahimnya.
George meraih tangan RIbka dan membawanya untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Ia mengecup tangan Ribka dengan penuh cinta. Dipandanginya wajah Ribka yang menatapnya seolah tahu bahwa ada yang ingin dibicarakan oleh George.
"Flowy, apakah tidak lebih baik kalau kamu lebih banyak istirahat?" tawar George.
RIbka menatap George dengan tatapan bingung.
"Aku sudah banyak istirahat, kok," jawab Ribka.
"Belum, Sayang," ucap George sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu sering sekali lembur bukan? Walaupun kamu tidak pernah membawa pekerjaanmu ke rumah, tapi tetap saja, aku yakin pikiranmu tetap berkutat pada pekerjaanmu saat ini," tebak George. Ribka hanya bisa diam.
George menyentuhkan tangannya di perut Ribka.
"Aku yakin suatu hari nanti akan ada kehidupan di dalam sini. Tapi satu hal yang kamu harus lakukan, istirahatlah. Jangan membuat dirimu terlalu banyak pikiran. Jangan membuat dirimu terlalu lelah," ucap George sambil menatap Ribka dengan lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Size of Love
RomanceRibka Deviano seorang gadis berumur 24 tahun yang memiliki tubuh ekstra. Dengan tinggi 160 cm dan berat badan 90kg, ia tetap percaya diri. Tiga prinsip yang ia pegang di dalam hidupnya: 1. My first boyfriend=my last boyfrien...