"Halo," ucap Ribka setelah menerima panggilan di ponselnya.
"Flowy, aku udah di depan, ya...."
"Okay, aku keluar sekarang."
Ribka langsung mengecek kembali penampilannya di depan cermin. Setelah dirasa semua beres, ia keluar dan mengunci kamar kostnya. Dilangkahkan kakinya menuju pagar di mana seorang pria dengan Range Rover putih sedang menunggu.
"Morning, Flowy," sapa Pria itu.
"Morning, Bee." Pria itu tersenyum mendengar sapaan Ribka.
Range Rover putih melaju memecah jalanan Kuta dan berhenti di Bali Bakery. Pria itu keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Ribka. Saat masuk ke pintu Bali Bakery, keduanya sudah disambut oleh seorang pelayan yang langsung mengantar ke tempat duduk yang hampir setiap pagi mereka tempati untuk sarapan.
"Mau pesan seperti biasa?" tanya Pelayan itu.
"Minum saya diganti espresso aja," ucap Ribka.
"No! Kamu minum Cafe latte aja seperti biasa. Espresso itu keras, Flowy," cegah pria itu.
"Tapi aku butuh kopi yang keras, Bee. Secara semalam cuma tidur tiga jam. Nanti yang ada malah ngantuk lagi...."
"Kenapa kamu cuma tidur tiga jam? Gak. Pokoknya no espresso. Nanti asam lambung kamu kambuh lagi. Jangan nakal deh. Pesanannya seperti biasa, tidak usah diganti."
Pelayan tersebut menganguk dan meninggalkan mereka.
"Denger ya, Mr. Arvio," ucap Ribka penuh penekanan. "Ini tubuhku. Jadi aku tahu batasannya. Segelas espresso gak akan masalah."
"Dengar ya, Miss Ribka Deviano," ucap Arvio juga penuh penekanan. "Kamu udah sering bilang begitu dan ujung-ujungnya kamu musti minum obat karena asam lambungmu kambuh. Jadi jangan membantah!" tegas Arvio
Mendengar hal itu Ribka hanya bisa cemberut. Memang, sejak Arvio tahu ia mempunyai penyakit asam lambung, Pria itu menjadi sangat cerewet mengenai gaya hidup Ribka. Apalagi saat satu bulan yang lalu Ribka sempat lalai sehingga menyebabkan asam lambungnya naik. Dengan terpaksa ia dirawat inap selama dua hari di rumah sakit karena tidak ada makanan atau minuman yang bisa masuk ke dalam perutnya. Selama dua hari itu pula, Arvio selalu stand by setiap malam, menemaninya tidur di rumah sakit.
"Jangan cemberut begitu dong, Flowy," bujuk Arvio. Ribka hanya meliriknya sekilas dan kembali membuang pandangannya keluar jendela.
"Jadi kamu ngambek, nih ceritanya?" tanya Arvio. Ribka tidak menjawab.
"Ya udah, kalau memang kamu mau minum espresso, aku pesenin. Tapi aku cuma gak mau sakit asam lambungmu kambuh lagi. Aku gak tega lihat kamu muntah dan mual terus kayak waktu itu. Espresso itu kuat banget, Flowy. Sedangkan kamu minum kopi kental sedikit aja langsung pusing, kan? Tapi ... kalau memang kamu tetap mau minum itu, aku gak bisa maksa. Aku pesannin ya." Baru saja Arvio mau memanggil pelayan, Ribka sudah mencegahnya.
"Gak usah. Aku gak jadi, kok," gumam Ribka. Ia mengerti Arvio melarangnya untuk kebaikan dirinya sendiri.
"Gitu dong. Itu baru wanita spesialku," ucap Arvio sambil mengelus pipi Ribka membuat Ribka merona.
"Iya, pria spesialku," jawab Ribka sambil tersenyum.
Jika kalian bertanya apa hubungan mereka saat ini, mereka sendiripun tidak tahu. Dua bulan yang lalu sejak pernyataan Arvio di kamar hotelnya saat itu, hubungan mereka memang menjadi lebih dekat namun tidak ada perbedaan dalam hal status. Jawaban yang diberikan Ribka hanya sebuah senyuman.
![](https://img.wattpad.com/cover/52672757-288-k651255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Size of Love
DragosteRibka Deviano seorang gadis berumur 24 tahun yang memiliki tubuh ekstra. Dengan tinggi 160 cm dan berat badan 90kg, ia tetap percaya diri. Tiga prinsip yang ia pegang di dalam hidupnya: 1. My first boyfriend=my last boyfrien...