Extra Part

67.2K 3K 214
                                    

"Oek ... oek ... oek...."

"Cup, cup, cup....Anak Mommy sudah bangun. ya?" ucap Ribka sambil menggendong anak laki-lakinya yang baru berusia lima bulan.

"Mommy sudah di sini. Jangan nangis lagi ya...." Ribka menatap anak itu dengan penuh kasih sayang. Tidak butuh waktu lama, Skyler mulai terdiam dan membalas tatapan Ribka.

"Begitu dong—"

"Sky kenapa nangis?" Sebuah suara dari arah pintu membuat Ribka menoleh.

"Bee, Kamu kenapa sudah pulang?" Tanya Ribka saat George berjalan mendekati mereka.

"Aku kangen dengan istri dan jagoanku," ucap George sambil hendak mengambil alih Skyler dari gendongan Ribka, namun Ribka menahannya.

"Ganti pakaianmu dulu. Jangan lupa juga cuci tanganmu," perintah Ribka

"Baiklah, baiklah. Sky sama Mommy dulu ya. Daddy ganti baju dulu," ucap George.

"M ... m ... mya...," racau Skyler sambil menggerak-gerakkan mulutnya.

"Kamu lapar, ya?" tebak Ribka melihat tingkah Skyler itu. Ribka lalu berjalan ke single sofa yang ada di dekat sana dan duduk dengan posisi senyaman mungkin. Perlahan ia menyiapkan dirinya untuk meberikan ASI pada Skyler.

"Pelan-pelan, Sayang. Kenapa kamu minumnya seperti diburu-buru begitu, sih?" ucap Ribka sambil tersenyum.

Skyler Arvio Bowman. Nama yang diberikan Ribka dan George pada anak laki-laki mereka yang lahir lima bulan lalu. Kenapa Arvio? Karena Ribka sangat menyukai nama itu. Baginya nama itulah yang menarik hatinya saat bertemu dengan George, di luar dari mata biru milik George tentunya.

"Jagoan Daddy sedang minum susu ya."

Ribka menoleh pada George. George mendekati Ribka dan mengecup istrinya itu. Dipandanginya kedua orang yang sangat berarti di dalam hidupnya itu dengan penuh kasih sayang. Sungguh bagi George, ia merasa hidupnya kini sudah lengkap. Ia memiliki wanita yang ia cintai sebagai istrinya dan anak laki-laki yang merupakan darah dagingnya sendiri.

"Daddy dan Mommy pulang dari Hawaii hari ini. Mereka bilang kalau mereka sangat ingin bertemu dengan Skyler. Jadi mereka akan mampir ke sini nanti," ucap George sambil merapihkan rambut Ribka.

"Biar kita saja yang ke sana, Bee. Kasihan kan Mommy dan Daddy, mereka pasti lelah."

"Tapi—"

"Lagipula sejak hamil delapan bulan aku tidak pernah ke mansion lagi, kan. Sudah lama rasanya. Aku juga ingin Skyler mulai mengenal rumah Grandpa dan Grandma-nya."

"Baiklah. Aku akan menghubungi Daddy dan mengatakan kalau nanti malam kita yang akan ke Mansion."

Ribka tersenyum. Pandangannya beralih pada Skyler yang masih meminum susu. Sungguh sangat lahap. Ribka senang karena Skyler mewarisi mata biru milik George. Bahkan bisa dibilang Skyler bagaikan duplikat dari George. Jika kebanyakan wanita akan merasa iri, tidak dengan Ribka. Ia justru sangat senang. Baginya ia bersyukur karena Skyler bisa lahir dengan selamat dan tumbuh dengan normal.

"Oh iya, Bee. Apa kamu tahu kapan Kak Anna dan Erick pulang dari bulan madu mereka?" tanya Ribka.

George mengerutkan keningnya.

"Kamu sahabatnya, masa kamu tidak tahu kapan mereka pulang?" tanya George balik.

"Apaan, sebelum berangkat bilangnya hanya tiga hari. Tapi sampai sekarang belum pulang. Aku sudah coba hubungin, tapi kamu tahu sendiri, kan, kalau menghubungi Kak Anna itu lebih sulit dibandingkan menghubungi presiden," ucap Ribka sambil sedikit kesal.

Size of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang