iii . p e t u a l a n g a n

4K 372 21
                                    

Revisi, 12/07/17


Matahari bersinar terang, cahayanya memaksakan untuk masuk melalui celah-celah jendela bus. Beberapa orang didalam bus menggeliat, terusik akibat cahaya yang menusuk kelopak matanya.

"Hey bangun! Udah pagi!" Kak Irham membangunkan satu-persatu Anggota DKP.

Mereka menggeliat, mengerjapkan mata mereka beberapa kali untuk mengatur cahaya yang masuk.

"Huaaaa. Udah pagi!" Fanny berteriak. Cempreng. Membuat semua orang menutup telinga.

"Woy berisik woy!" protes Rio.

"Udah pada bangun. Kita mau keluar kan?" Ucap Kak Irham.

"Kemana Kak?"

"Bertualang! Kemana aja asalkan kita aman."

"Wuah! Seriusan?"

Kak Irham menggidikan bangku, "Ya. Nggak ada pilihan lain." Ucap Kak Irham, pria itu langsung menggemblok tasnya.

"Okelah." Semuanya ikut menggemblok tas masing-masing.

Kak Irham keluar dari bus. Di ikuti semuanya. Mereka menarik nafas dalam-dalam.

"Sebaiknya kita berdoa dulu." Ucap Lukman.

"Ya... Semua, mari kita berdoa bersama-sama, berdoa dengan keyakinan masing-masing. Berdoa dimulai."

"Berdoa selesai."

Semua kembali mengangkat kepala.

"Yuk! Jalan!"

Kak Irham memimpin, yang lain menguntit dibelakang. Mereka terus berjalan. Terus. Dan terus terus berjalan tanpa tau tujuannya yang hendak kemana. Yang jelas mereka memang harus berjalan. Berusaha bertahan hidup agar tak tumbang.

"Dimana nih? Makin lama makin gelap." Ucap Fajar Rizky.

"Berhenti dulu deh." Kak Irham duduk.
Yang lain ikut duduk. Sebagai seorang murid yang baik, kita memang harus mengikuti apa yang pemimpinnya lakukan bukan?

"Kemaren yang dapet TKK masak siapa?"

Hafifah, Hilda, Finna dan Fanny menunjuk tangan.

"Bisa kan laksanain tugasnya sekarang." Ucap Kak Irham, sembari cengengesan.

"Yeh... Dibantu yang lain juga kali Kak." Ucap Hafifah. "Tuh anak cowoknya, cari kayu bakar sana."

"Dih... Kita mah tinggal berlehai-lehai aja." Ucap Tresna, tangannya menekuk dibelakang kepala, lalu tiduran dirumput hutan yang lumayan bersih.

"Enak aja lo!" Fanny mencubit pinggang Tresna, membuat cowok itu langsung terbangun.

"Sakit!"

"Udah-udah! Anak cowoknya mulai cari kayu. Waktunya cuma sepuluh menit. Kalo kalian udah denger bunyi peluit. Kalian balik lagi kesini. Denger ya? Ngerti?!"

"SIAP!"

"Mulai."

Mereke berpencar, mencari kayu bakar.
"Eh Kak." Panggil Hafifah.

"Apa?" Kak Irham menoleh.

"Aku pernah baca novel, persis kayak kejadian ini." Ucap Hafifah.

"Ah masa sih?"

"Iya. Aku merasa kayak De Javu tau."

"Jangan percaya yang begituan." Finna melempar butiran tanah yang mulai mengering kearah Hafifah.

"Gue serius, Finna. Novel yang waktu itu loh. Yang gue kasih tau ke elo Ndang." Hafifah melirik Endang.

"Yang mana sih?" Endang mengernyitkan alisnya.

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang