xxiv. s a d - s t o r y

967 105 0
                                    

Revisi, 16/04/2019

"Satu..."

Wanita ini tak memberi celah sedikitpun agar Cleo bisa melawan.

"Dua..."

Satu kali hitung Cleo mati, Cleo tidak tahu harus bagaimana.

"Ti..."

Brak! Samar-samar tapi jelas, Cleo mendengar suara sebuah benda terjatuh, berangsur-angsur benda tajam itu menjauh dari kulit lehernya.

"Enna..."

Suara laki-laki, ya, itu suara laki-laki yang umurnya berkisaran 45 tahun terdengar. Cleo bahkan dapat menebak kisaran umur suara itu walau tidak dapat melihat wujudnya.

"Apakah kamu berada disini?"

Tak ada suara lain, selain suara laki-laki tua itu.

"Enna, aku rindu berbicara denganmu." Terdapat jeda dikalimat ini, lalu hening. Blackrose tidak menimbulkan suara.

Sampai akhirnya sebuah suara lain muncul, suara Blackrose terdengar bergetar saat berbicara kalimat ini. "Aku disini, istrimu ini juga rindu berbicara denganmu. Tapi bukankah kita sudah berbeda dunia?"

Berbeda dunia? Apa maksudnya?


🏞️🏞️🏞️


"Bu, kami sudah mengenal ibu lebih dari beberapa hari, tapi kami tidak pernah tau siapa nama asli ibu yang sebenarnya." ujar Adhi, ditengah perjalanan mereka menuju Big A.

"Nama saya? Anna Marghareta Karamella." jawab bu Anna, santai. "Kenapa?"

"Cantik banget namanya persis seperti wajahnya. Muda pula." Timpal Hafifah.

"Ibu muda? Hahaha becanda aja, saya ini umurnya 40 tahun."

"Hah? 40 tahun?" tanya Hafifah, kaget, ia tidak percaya apa yang dikatakan oleh bu Anna.

Bu Anna hanya mengangguk. "Umur saya 40 tahun, om Andrew 32 tahun."

Adhi dan Hafifah sama-sama terdiam. Membiarkan bu Anna meneruskan ceritanya tanpa memotongnya sedikitpun.

"Saya dan ia menikah, karena terpaksa, sebenarnya. Hanya saya yang mencintainya, ia tidak. Ini semua saya lakukan karena adik kembar saya sudah memiliki pasangan dan sudah cukup matang untuk menikah, ia terus mendesak saya untuk segera menikah sementara saat itu, Andrew tak lagi mencintai saya." Tuturnya, mata wanita itu terlihat berkaca-kaca, walau tidak turun air mata.

"Saya menikah dengannya. Tepat hari dimana saya dan saudara kembar saya berulang tahun. Itu sebenarnya adalah hadiah yang saya persembahkan untuknya agar ia bisa segera menikah dengan laki-laki pilihannya. Tapi, dihari seminggu saya menikah dengan Andrew—bertepatan juga dengan adik saya yang ingin menikah. Calon suaminya meninggal dunia akibat serangan jantung." Bu Anna menghela nafasnya, berhenti sejenak untuk menyesap kopinya.

"Ia menunggu. Ia selalu menunggu. Stress, depresi, bahkan gila. Padahal semua orang tau, bahwa suaminya tak akan kembali. Tak akan pernah kembali. Sebulan lebih ia mengurung diri di kamarnya, sebulan lebih ia hanya keluar untuk makan dan minum. Sebulan lebih ia menjadi sangat menyedihkan, akibat ditinggal seseorang yang hampir menjadi bagian dari hidupnya." Bu Anna berhenti bercerita. "Beberapa hari kemudian ia tidak keluar dari kamarnya, kami semua khawatir dan pergi untuk mengecek keadaan kamarnya. Ia sudah tidak ada di sana, semenjak saat itu, kami sudah tidak dapat menemukannya."

"Ibu tau kenapa bisa saudara ibu itu menghilang begitu saja?" Tanya Hafifah, ia menyela cerita bu Anna.

"Tidak, saya tidak tau kenapa." Bu Anna memberi jeda di ceritanya. "Tapi aku ingat kapan persisnya ia benar-benar menghilang."

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang