Revisi, 13/04/2019
'Mata Vi, mata lembayung kak.'
Bu Anna mengangguk pasrah. "Vi memang anak istimewa. Vi adalah seorang indigo. Vi memiliki mata lembayung, sebagai pengistimewaan saja."
Adhi mendekatkan wajahnya kearah Victoria, lalu Victoria sedikit memundurkan kepalanya, terlihat takut.
'Kenapa kak?'
Adhi menggeleng, lalu menarik kepalanya kembali. "Aneh aja, kayak mata Hinata ya Pip?"
Hafifah mendelik. "Ini tahun berapa sih Dhi. Mana tau yang namanya Hinata!"
Adhi menyeringai. "Sekarang kita berdua gimana bu?"
Bu Anna menggeleng. "Kalian memang melakukan kesalahan sebenarnya, tapi wanita itu lebih salah. Setelah saya mendengar cerita kalian, saya mengerti alasan kalian melakukan itu."
Benar, mereka berdua telah menceritakan sebab-sebab kenapa mereka bisa ada di sini. Mulai dari awal, sangat awal.
"Nasib kita gimana nih bu?"
Bu Anna memejamkan matanya sejenak, lalu ia membuang nafas beratnya. "Hhhh... Sementara kalian istirahat saja di sini."
"Emangnya nggak merepotkan?"
Bu Anna menggeleng. "Sekalian kalian bisa temani Vi di rumah."
Adhi dan Hafifah tersenyum senang, keduanya lalu mengucapkan terima kasih pada bu Anna.
Adhi menghampiri gadis kecil yang bersembunyi di balik ibunya itu. "Vi cantik, nanti main sama kakak Adhi ya." Cowok itu mencolek dagu Victoria dengan lembut.
Gadis kecil itu keluar dari persembunyiannya, lalu memeluk erat Adhi sambil membisikkan sesuatu.
'Vi sayang kakak Adhi.'
*
"Malam minggu, aye pergi ke bioskop. Huh bete." Endang merebahkan dirinya di atas ranjang tidur kamar kost. Cewek itu sesekali mengucangkan kakinya yang terjulur pada ujung ranjang.
"Jones eperiwer sih. Kasian banget." celetuk Nissa.
"Iya dah yang punya pacar." sahut Ariska dan Endang, kompak.
"Percuma ah punya pacar, lagian lo aja ga pernah jalan sama Rio, Niss." ujar Fitri.
"Hahah Rio mah kurang romantis."
"Iya emang. Udah kurang romantis. Anu lagi."
"Anu apaan Niss?"
"Au apaan."
"Ini malem minggu kan ya?" tanya Endang, ia melirik kalender digital yang terletak di samping televisi.
"Iya tuh bener malem minggu, jalan aja yuk ah." Fitri berdiri, "Sekalian cari Hafifah."
"Mau cari kemana sih Fit?" tanya Endang, sambil menggaruk kepalanya. Ia bangkit dari tidurannya.
"Ke jamban. Nanya mulu lo Dang." jawab Fitri sewot.
"Yuk Fit, gue ikut." ucap Ariska.
"Udah gue sama Nissa disini aja ya? Mau ngerjain PR buat sekolah besok." Endang pura-pura mengeluarkan buku dari dalam tasnya, padahal cewek itu hanya mager saja untuk keluar dari kamar.
"Yaudah. Ayok Ka."
Fitri dan Ariska keluar dari kamar kost.
Saat berada di luar kamar kost, udara yang dingin menyelimuti keduanya. Sore tadi memang turun hujan yang cukup lama, sehingga pada malam ini terasa seperti lebih sejuk dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Are We?
Science Fiction[COMPLETED] (Seluruh cerita telah di revisi) Lorong penghubung dimensi waktu yang membuat mereka terjebak disini. Terjebak pada kurun waktu seratus tahun mendatang. Akankah mereka dapat kembali kepada masa mereka yang sebenarnya? ©2015/2016 by Hafif...