vii. a b a d - y a n g - b e r b e d a

2.9K 298 12
                                        

Revisi, 10/12/2018

"Siap?"

Mereka mengangguk. Perlahan mereka mulai mengayuh, lalu Jetcycle itu mulai melayang, mengapung bersama kendaraan-kendaraan lain yang sudah berada di atas terlebih dahulu. Ternyata ini yang dimaksud lalu lintas udara.

Sruing! Dari belakang mereka muncul pesawat terbang kecil dengan cepatnya.

"Kyaaaa!!!" Mereka semua berteriak tatkala angin yang dihasilkan dari baling-baling pesawat itu menerpa wajah mereka.

Mereka akan mencoba untuk mulai terbiasa. Ya, mulai terbiasa dengan segala hal baru disini.

Mereka bersamaan menoleh melihat sekitar. Indah. Seolah-olah mereka dapat menyentuh langit. Beberapa orang hanya mengenakan baling-baling bambu. Ya seperti itu biasa kita menyebutnya. Dari atas sana, mereka bisa melihat keadaan lalu lintas darat. Tertib, dipinggir jalan juga terdapat taman-taman kecil yang jika dari atas terlihat sangat indah. Mereka masih termangu bingung, sebenarnya apa yang terjadi dengan keadaan sekarang ini?

"Kyaaa! Bagus banget." seru Hafifah.

"Nggak usah lebay deh." ucap pemboncengnya.

"Bodo amat. Lo kan juga baru pertama kali ini Dhi."

Adhi terdengar membuang napas, "Setidaknya gue pernah membayangkan ini sebelumnya. Nggak kayak lo, imajinasinya pendek. Payah."

"Payahan mana sama lo, bisanya cuma mencibir."

"Siapa yang nyibir?"

"Lo."

"Gue nggak merasa tuh."

"Tapi gue merasa."

"Merasa apa?"

"Tadi dengan lo bilang, 'imajinasinya pendek' itu berarti lo merendahkan imajinasi gue." jelas Hafifah.

Adhi terkekeh. "Gue ga bilang gitu."

"Bilang. Barusan kan gue re-cover omongan lo."

"Masa?"

"Debat ama lo nggak penting. Nyebelin. Serba salah. Mendingan ga usah ditanggepin."

"Itu lo nanggepin."

Hafifah bersungut, tak mau lagi menanggapi omongan cowok yang berada didepannya. Adhi terkekeh pelan.

"Adhi ga pernah salah."

Hafifah mendelik, "Sekarep dan bodo amat Bambang."

"Woy di stank sepedanya ada gps. Yang biasa dipake gojek itu. Ini udah nunjukin ke sekolah, Citra Bangsa maksudnya." teriak Avisena, "Turun yuk."

"Cara turunnya gimana?" tanya Nissa.

"Kayuhannya diberhentiin, nanti sepedanya turun." ucap Adhi, sambil menyontohkan, sepedanya perlahan mulai menurun.

Yang lain melakukan hal yang sama, dengan perlahan kaki mereka berhasil menapak disebuah sekolah, sangat besar, bagai istana. Didepan gerbangnya terdapat plank bertuliskan 'Citra Bangsa Junior High School', emm...

"Anjayyy sekolah kita jadi gede banget begini, mana sampai enam lantai, ga nyangka gue." komentar Fajar Rizky, begitu ia dapat melihat jelas sekolahnya.

"Beneran sekolah kita nih? Kok gede banget ya?" tambah Rio, jemarinya meraba gerbang sekolah itu. Merasa takjub.

"Dulu kan nih sekolah sama tiga belas Depok cuma seperempatnya. Masa sekarang dua kali lipat dari tiga belas." kali ini Endang.

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang