xxii. s m i l l i n g - d o w n

1.3K 133 10
                                    

Revisi, 16/04/2019

Cleo memungut kepingan mainan kuda yang terpecah belah akibat ledakan kemarin. Beberapa kali diputar bagian dari benda itu, meneliti, entah apa yang ia teliti.

"Ledakannya kayaknya aneh deh, masa bisa ya jadi sehancur ini. Padahal kayaknya tempat ini kemarin-kemarin fine-fine aja." tutur Teo.

"Bom yang digunain beda Te, mungkin kekuatan ledakannya sangat kuat." Tanggap Avisena.

"Heh, lagian nih ya, kalo lo misalkan deket-deket bom ya pasti lo bakalan hancur!" omel Tresna. "Kalo nggak hancur dari dulu gue udah main-main ama bom pas bulan puasa, gantiin petasan soalnya gue nggak boleh mainan petasan."

"Ga penting lo, sumpah." Fajar Rizky memutar bola matanya.

"Hmmm, apa ada hubungannya ya sama Hafifah dan Adhi?" Eddy meletakkan tangannya di dagu.

"Entah, tapi kayaknya semenjak kalian datang ke zaman ini, Indonesia semakin banyak ke kacauannya." ucap Cleo. "Eh maaf, bukan maksud gue."

"Nggak papa, emang kenyataan sih." jawab Ariska, "Lagian kenapa sih ya kita bisa kesasar disini."

"Kan gara-gara Hafifah." Avisena memutar bola matanya.

"Heleh, jangan dipermasalahin lagi, masalah kita sekarang adalah bagaimana cara kita pulang dengan cepat dan selamat!" Ucap Nissa.

"Ohya, ngomong-ngomong tentang pulang, berapa hari lagi mesin waktunya selesai?" tanya Rio.

Cleo menoleh. "Sepuluh hari."

"Seminggu lebih tiga hari lagi." Tambah Teo.

"Eh, liat itu siapa?"

Semua menoleh pada sesuatu yang ditunjuk Endang. Seorang wanita dengan topi berwarna hitam sedang menyeringai kearah mereka.

"Siapa sih? Sokap banget deh, padahal nggak kenal."  Ariska.

"Tunggu... Le, Dy, bukannya itu?"

"Blackrose." Eddy menjawab.

"Blackrose?"

"Gue mengenalnya, jauh dari waktu gue kenal kalian." Ucap Cleo.

"Dimana?"

"Waktu itu..."

-

"Cleo, bagaimana, kamu mau bergabung dengan kami?"

"Gue udah bilang gue nggak mau." Cleo menentang wanita paruh baya di depannya itu.

"Aku dengar kamu tengah merakit sebuah mesin waktu, kita bisa bersatu untuk membuat mesin itu, agar alat itu berfungsi dengan baik." Ucap wanita itu. "Dan pastinya, aku akan memberi imbalan yang cukup banyak. Untuk anak sekecil kamu."

"Udah berapa kali gue bilang nggak mau, lo nggak mengerti atau nggak punya telinga untuk mendengar?! Gue muak, gue mau keluar dari sini!" Cleo lalu berdiri, hendak meninggalkan ruangan itu.

"Kamu akan menyesal, aku akan selalu mengintaimu. Cleopatra."

Cleo menoleh. "Gue nggak akan takut dengan semua ancaman basi dari lo!"

-

"Dia hanya seseorang pengemis yang sangat meminta." ucap Cleo, santai.

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang