xi. m i s i - d i m u l a i

2.1K 227 20
                                        

Revisi, 12/04/2019


"Mau jalan kemana nih sekarang?" tanya Eddy, saat sekolah sudah bubar. Lima menit yang lalu, bel dibunyikan dengan keras.

"Ke butik negara kan? Katanya mau cari baju buat kita." usul Avisena, sebenarnya bertujuan untuk mengingatkan.

"Iya! Lupa ya ampun!" Ujar Eddy, "oke-oke kita ke sana."

"Yaudah nanti abis ke butik negara, ke rumah gue aja yuk. Kita cari tau tentang kalian." ucap Cleo, cewek itu terlihat mulai antusias.

"Oke!"

Mereka masing-masing mengeluarkan flytion dari saku celana maupun rok mereka. Setelah itu mereka terbang ke lalu lintas udara menuju butik negara. Lucu ya, rasanya seperti berada di film Doraemon.

"Card person-nya dibawa kan?" tanya Teo, ditengah perjalanan menuju butik negara.

"Bawa."

"Bagus. Kalo kayak gitu, soalnya bajunya bakalan gratis kalo kita punya card person."

"Kok gitu sih? Aneh banget." cibir Rio, "Nanti penghasilan negara dari mana?"

"Dari negara luar, turis yang datang ke Indonesia bakalan ngeluarin uang banyak disini. Karena satu rupiah setara dengan sepuluh ribu dollar." jelas Cleo. "Pertukaran uang di jaman ini lagi melonjak tinggi."

"Astaga. Jaman dulu, satu dollar setara sama empat belas ribu rupiah. Sekarang malah berbalik. Dunia yang aneh." komentar Hafifah.

"Berarti kita punya orang-orang yang berkualitas sehingga negara kita bisa maju kayak sekarang ini." Sahut Eddy, bangga.

"Ya, ya. Respect for Indonesia." Adhi menepukkan tangan.

"Hahaha. Kan emang kayak gitu. Dunia harus maju. Nggak boleh lah Indonesia selalu ada dibawah. Eh udah sampai, turun yuk!" Ajak Teo.

Setelah menapaki tanah, mereka mencopot flytion mereka, kemudian masuk ke dalam gedung besar itu.

"Gila butik apaan nih. Gede amat." komentar Rio, norak.

"Namanya juga butik negara, jadinya mencakup seluruh Indonesia, ya butik ini men-distribusikan baju-baju ke kota lain. Disini pusat tempat buat nyari baju bagus." ucap Cleo, "selain itu kan gratis. Siapa sih yang nggak bakal ke sini?",

"Yaudahlah kalian ambil aja bajunya, abis itu kalian bayar dikasir, tunjukin card person-nya kalian cuma bisa ambil minimal lima baju dalam sebulan." jelas Eddy, "Gue, Teo dan Cleo nunggu sini."

"Oke." Mereka berpisah untuk mencari baju, sementara Eddy dan yang lain duduk di sebuah bangku tunggu di luar butik.

"Lo yakin kita bakalan bisa selesaiin misinya?" tanya Teo, "gue nggak yakin bakalan bisa deh."

"Yakin. Gue ga tau kenapa kepengin banget bantuin mereka. Padahal sebelumnya, gue ga pernah liat mereka atau gimana." ucap Eddy, "kalo bisa dibilang sih, gue udah sangat-sangat penasaran."

"Lagian lumayan kan, dapet pahala. Haha. Lagian gue di rumah juga lagi ngerakit sesuatu dong. Sekalian untuk bahan percobaan barang gue." tambah Cleo.

"Ngerakit apaan Cle?"

"Bagus deh pokoknya, berhubungan sama misi kita kali ini." ucap Cleo, sok-sok misterius.

"Sok misterius lo!"

Cleo menjepitkan hidung Eddy diantara jari telunjuk dan jari tengahnya. "Eddy bawel, nanti aku kasih tau kok."

"Sakit Cleo. Begoo!" Eddy mengusap-usap hidungnya yang memerah, "Dan jangan sok manis." Jari telunjuknya menyentil kening Cleo yang tertutup poni messy nya.

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang