Tap! Tap! Tap!
Tresna memimpin dengan cara yang tidak bagus, sesekali matanya menangkap para wartawan yang tengah sibuk meliput kejadian barusan. Di belakangnya, Teo dan Ariska menatap Tresna dengan tatapan -Sok mimpin, padahal paling takut-.
"Mbak ada apaan sih?" tanya Tresna, pura-pura tidak tahu, tangannya dilipat di dada.
"Itu ada mobil keluar dari lantai 10, di gedung Big A tadi." jelas wartawan itu.
"Emang? Bego tuh yang ngendarain mobilnya." ucap Tresna, sambil melirik Teo dan Ariska, dan mengedipkan sebelah matanya.
"Iya emang,"
"Yaudah saya mau kesana dulu ya mbak. Makasih infonya."
Wartawan itu mengangguk. Tresna melanjutkan langkahnya, masih memimpin. Dibelakangnya masih setia Teo dan Ariska.
"Eh, lo secara ga langsung ngatain gue dong." protes Teo, saat mereka sudah menjauh dari kerumunan wartawan tadi.
"Bodo. Kan biar ga ketauan, akting gue bagus kan?" Tresna menaikan kedua alisnya.
"Cih." Keduanya mendecih tanda tidak setuju.
Tresna memalingkan wajah, tak peduli. Tetap merasa paling keren.
"Itu liat mobil polisi. Hm," ucap Ariska.
"Ngapa emang?" tanya Tresna.
"Kayaknya Endang sama Fitri ada di sana deh."
"Sok tau lu Ka." cibir Tresna.
"Yeh... Kan siapa tau aja."
"Yaudah mendingan diliat aja dulu." ucap Teo, cowok berkacamata itu mendahului untuk melihat dan memastikan apa kedua temannya itu berada di sana atau tidak.
Mereka melewati mobil polisi yang tengah dikawal beberapa polisi itu, dengan santai, mereka memeriksa siapa yang ada di dalamnya melalui kaca mobil. Ariska melihat secara detail seseorang di dalam sana yang tengah melambai-lambaikan tangan kearahnya.
"Ngapain kalian disini?" tanya polisi itu, galak.
"Suka-suka dong pak." jawab Tresna.
"Kalian jangan disini, di dalam ada buronan. Bahaya."
"Siapa pak?"
"Itu yang ngancurin Big A. Dilantai 10 tadi."
'Yang nanya.' ucap Tresna dalam hati.
"Oh. Yaudah, makasih ya pak."
Polisi itu mengangguk, lalu mereka melewati polisi itu.
"Tuh kan bener mereka ada di dalam." ucap Ariska.
"Sok tau lo." cibir Tresna, lagi.
"Iya, tadi mereka ada di dalam. Ngelambai-lambai."
"Masa?"
"Iya."
"Yaudah balik lagi." Tresna memutar balik tubuhnya.
"Ntar dulu—"
"Ngapa?"
"Seharusnya kita nyusun rencana dulu biar mereka ga curiga." Teo memegang lengan Tresna, menahannya.
"Oh iya ya." Tresna meletakkan jari telunjuknya di bibir.
"Ah! Gimana kalo..."
*
"Duh, mereka lama banget sih." ujar Hafifah, seraya meremas ujung bajunya.
"Sabar. Emangnya lo kira mereka bisa nemuin tuh anak dengan gampang." Sahut Fajar Rizky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Are We?
Science Fiction[COMPLETED] (Seluruh cerita telah di revisi) Lorong penghubung dimensi waktu yang membuat mereka terjebak disini. Terjebak pada kurun waktu seratus tahun mendatang. Akankah mereka dapat kembali kepada masa mereka yang sebenarnya? ©2015/2016 by Hafif...
