xv. a k h i r - d a r i - m i s i ?

1.9K 180 1
                                    

Sontak semua terkaget. Kakek tua itu hanya garuk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue bakalan ngejelasin semuanya. Gue janji." Ujarnya, seakan tahu apa yang dipikirkan semua teman-temannya.

"Sekarang yang penting menfu sama deer-nya dulu." ucap Cleo, tangan cewek itu mengambil sebuah benda yang terletak di pojok ruangan.

"Yeah! Mission Completed." Ucapnya, girang sendiri.

"Di sana masih tersambung?"

'Masih.' Fajar Rizky menjawab.

"Sekarang, cari tombol. Captaga. Terus tekan tombol itu." perintah Lukman.

Hafifah dari sana terlihat mengangguk. Lalu matanya mencari tombol yang dimaksud.

Brussshh! Bulatan di tengah ruangan menjorok kedalam secara tiba-tiba, membuat sebuah lubang lorong sedalam sekitar 600 meter dari tempat yang kini mereka tapaki.

"Itu lorong apa?"

"Ini, jalan pintas untuk keluar Big A. Bahaya kalo kita lewat depan." Lukman menjelaskan.

"Terus?"

"Kita keluar lewat sini!"

Lukman memasuki lubang itu. Diikuti yang lainnya dengan suara teriakan yang menggema kencang.

*

Jeduk! Tresna melempari polisi penjaga mobil itu dengan batu. Dan tepat kena sasaran. Cowok berkacamata itu berjingkrak-jingkrak bahagia. Kemudian menghampiri mobil polisi itu dengan perlahan-lahan, berusaha agar wartawan itu tidak menoleh.

"Masuk. Ayo." ucap Tresna, ia membuka pintu mobil itu.

"Sekalian pulang aja!" ucap Teo, ia membuka pintu mobil depan, lalu duduk di kursi pengendara.

"He?"

"Cepet masuk, sebelum mereka sadar." Teo menginstruksikan dengan buru-buru.

Ariska ikut masuk bersama Tresna dan yang lainnya.

"Makasih semuanya. Makasih Tresna." Endang melemparkan senyum kearah Tresna.

Tresna membalas senyum itu, "Sama-sama!"

Ngengggg! Teo melajukan mobil itu dengan kencang. Semua wartawan tersadar, lalu terdengar berteriak memanggil polisi. Teo semakin tancap gas ketika melihat polisi-polisi yang mengikutinya.

"Mampus, dikejar-kejar polisi ini!" gerutu Teo, kakinya semakin menginjak gas dengan kuat.

"Ayo cepet Teo! Cepet!"

Teo makin tancap gas. Ia takut akan dihadang polisi didepan sana. Keberanian Teo diambang batas.

"Duh! Masih ngejar lagi polisinya!" keluh Endang.

"Endang! Diem dong, gue kan jadi takut." ucap Teo, di balik kacamatanya, ia meringis.

"Belokan itu. Kita turun, polisi kayaknya masih jauh deh. Kita sembunyi sementara di situ." Intruksi Ariska.

"Oke!"

Ngeng! Citt! Teo berbelok, lalu mengerem mendadak di persimpangan jalan yang ramai itu. Mereka turun di situ.

"Kestasiun bawah tanah aja!" ucap Teo, panik.

Bruk! Bruk! Blash! Teo memimpin masuk kedalam lorong penghubung stasiun bawah tanah, sementara yang lainnya menyusul.

"Kita selamat! Ayo kita ke rumah Cleo." Teo memesan tiket kereta, lalu mengajak teman-temannya untuk segera pulang. Dengan gerakan tergesa-gesa.

*

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang