Revisi, 17/04/2019
Pukul 22.22, tinggal satu hari beberapa jam lagi mesin waktu itu rampung selesai, dan semuanya dapat kembali pada tahun 2016. Namun Adhi tak kunjung sadar.
Malam ini giliran Hafifah yang berjaga di rumah sakit. Cewek itu belum lepaskan pandangannya dari tangan Adhi sama sekali, berharap tangan itu bergerak perlahan lalu cowok itu sadar dan ikut kembali esok hari.
"Bangun apa. Dasar tukang molor bukannya bangun, padahal besok udah hari pentingnya."
Tut, tut, tut... Masih berdetak suara mesin elektrokardiogram itu. Memecahkan keheningan yang melanda.
Hafifah terdiam lalu membenamkan kepalanya di pinggir ranjang, menunduk sambil memejamkan matanya.
Hening, suara di mesin elektrokardiogram itu berhenti. Hafifah mendongakkan kepalanya melihat mesin itu, ada garis lurus disana. Cewek itu melihat Adhi sekali lagi, setelahnya ia berlari keluar dari ruang rawat dan memanggil dokter.
🏞️🏞️🏞️
Cleo memperhatikan mesin itu dengan senyuman mengembang. Tersisa 22 jam lagi untuk dapat rampung mesin itu.
"Bentar lagi kalian akan pulang."
Bip bip. Suara panggilan telepon memecahkan pikirannya, Cleo segera menyambut panggilan itu. Fitri ternyata.
"Kenapa Fit?"
"Bisa kerumah sakit sekarang?"
"Ngapain? Ada apa?"
"Adhi meninggal Cleo."
🏞️🏞️🏞️
Suasana berkabung menyelimuti kepergian Adhi. Ya, cowok itu meninggal semalam.
-
Tut, tut, tut... Masih berdetak suara mesin elektrokardiogram itu. Memecahkan keheningan yang melanda.
Hafifah terdiam lalu membenamkan kepalanya di pinggir ranjang, menunduk sambil memejamkan matanya.
Hening, suara di mesin elektrokardiogram itu berhenti. Hafifah mendongakan kepalanya melihat mesin itu, ada garis lurus di sana. Cewek itu melihat Adhi sekali lagi, setelahnya ia berlari keluar dari ruang rawat dan memanggil dokter.
"Dok! Pasien ini mesinnya berhenti!" Hafifah berteriak kencang menunggu jawaban dari dokter yang sudah berada di dalam ruang rawat itu.
"Detak nadinya melemah. Tolong panggilkan suster."
Hafifah berlari keluar ruangan memanggil suster untuk segera membantu dokter untuk membantu dokter menjalani tugasnya.
Tak lama ia kembali dengan seorang suster di sebelahnya. Buru-buru ia membantu dokter mengeluarkan alat-alat untuk membantu menyelamatkan anak itu.
"Dokter gimana dokter."
Dokter masih berusaha sekuat mungkin membantu untuk mengembalikan detak jantung cowok itu agar kembali menjadi normal.
Dokter berhenti melakukan penanganannya, dilanjutkan suara di mesin itu berdering keras, bukan seperti suara detak jantung yang pada normalnya, melainkan suara panjang dengan garis lurus terpampang di layarnya.
"Maaf, kami sudah berusaha sekeras mungkin."
Hafifah merosot, kemudian ia menelpon teman-temannya untuk segera datang ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Are We?
Ciencia Ficción[COMPLETED] (Seluruh cerita telah di revisi) Lorong penghubung dimensi waktu yang membuat mereka terjebak disini. Terjebak pada kurun waktu seratus tahun mendatang. Akankah mereka dapat kembali kepada masa mereka yang sebenarnya? ©2015/2016 by Hafif...
