Revisi, 13/04/2019
"Mau kemana?" tanyanya, ramah. Ia menggeser sedikit gaunnya yang terasa menyulitkan geraknya.
"Mau ke taman kota, bu." jawab Adhi, sopan.
"Oh, tapi kok masuknya gerbong ini ya? Ini gerbong untuk pesta keluarga."
"Ah! Jadi kami salah kereta ya? Ya ampun, maaf bu." Hafifah meminta maaf.
"Yaudah kalo gitu, kita keluar aja yuk, Pip." ajak Adhi, merasa tidak enak.
"Tunggu! Kalian di sini aja. Gapapa, beberapa orang pengunjung pesta sudah jelas nggak datang, salah satunya suami dan anak saya. Mereka berhalangan untuk hadir, jadi saya mewakilinya. Kalian di sini saja, temani ibu." cegahnya, "Ohya, nama saya Anna."
"Saya Adhi."
"Hafifah."
Kruk. Kruk.
Tunggu, suara apa itu? Sepertinya...
"Hehe..." Adhi menyeringai saat perutnya menimbulkan suara.
"Kamu lapar ya?" tanya bu Anna.
"Malu-maluin aja lo. Tadi kan lo udah makan roti Dhi." Ujar Hafifah, ia menyikut lengan cowok itu.
"Makan roti mana kenyang sih, Pip?!" Sahut Adhi.
"Yaudah gih kalian makan. Tuh di gerbong ke empat. Saya tunggu sini." ucap bu Anna.
"Ibu di sini sendirian gapapa?" tanya Hafifah.
Bu Anna menggeleng. "Silahkan."
Hafifah akhirnya mengangguk, menurut kepada Adhi yang tingkat kelaparannya sudah terlampaui batas.
Mereka berdua berjalan kearah gerbong empat, yaitu tiga gerbong kebelakang dari gerbong tadi. Lalu duduk di antara para penumpang lain yang kebetulan juga sedang menikmati santapan mereka. Tak lama, pelayan datang membawa sebuah buku menu di tangannya. Sedikit berbincang, lalu Adhi mewakili memesan beberapa makanan untuk mereka berdua. Pelayan itu lalu izin meninggalkan meja mereka berdua.
"Makanan apaan tau yang gue pesen. Gue gatau enak apa enggak yang penting kenyang." ucap Adhi.
"Semerdeka lo."
Adhi tak menjawab, sibuk pada lamunannya. Sementara Hafifah mengadarkan pandangannya, tak sengaja matanya menangkap seorang wanita yang sedang menatap kearahnya dengan tatapan tajam. Bukannya mengalihkan pandangan, Hafifah balik menatapnya. Hafifah merasa familiar dengan wajah wanita itu. Kayak pernah liat. Hafifah menerawang, baju hitam itu, ah ya! Wanita di stasiun tadi!
"Hafifah! Woy!" suara Adhi yang tiba-tiba itu dengan seketika langsung membuyarkan lamuman Hafifah.
"Apaan sih!"
"Gue dari tadi ajak ngobrol ga didengerin!"
"Lo ngomong apa sih-"
"Au ah." Adhi membuang muka.
Hafifah mendengus. Hafifah kembali mengadarkan pandangannya, mencari wanita tadi. Namun nihil, ia tidak menemukannya.
"Ini pesanan anda." Suara pelayan tadi menaruh nampan berisi beberapa piring makanan dan minuman di meja mereka.
Mereka berdua mengucapkan terimakasih, lalu pelayan itu pergi dari meja mereka.
Hafifah menuangkan air kedalam gelasnya. Setelah itu tangannya terangkat untuk meneguk air itu. Namun, tangan Adhi menahannya, Hafifah menoleh.
"Kenapa?"
"Ada sesuatu diminuman lo-" Adhi mencium aroma aneh di dalam gelas minuman Hafifah.
"Lah? Tapi di gelas lo ga ada apa-apa. Jangan bohong deh." Hafifah merebut kembali gelasnya, dan bersiap minum kembali, lalu Adhi menahannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Are We?
Fiksi Ilmiah[COMPLETED] (Seluruh cerita telah di revisi) Lorong penghubung dimensi waktu yang membuat mereka terjebak disini. Terjebak pada kurun waktu seratus tahun mendatang. Akankah mereka dapat kembali kepada masa mereka yang sebenarnya? ©2015/2016 by Hafif...