xvi. k e r e t a - k u n o

1.9K 170 7
                                    

Revisi, 13/04/2019


"Rencana?"

"Rencana ya, buat ke Big A. Tapi kalian bodoh, kenapa ga ada penyamaran sama sekali? Gue yang nyamar aja jadi buron." Ucap Lukman, air wajahnya terlihat geram.

"Tapi lo enak, yang jadi buron Dark Horse, bukan sebagai Lukman." ucap Rio.

"Iya Yo, gue tau. Makanya itu gue bilang kalian bodoh."

"Astaga, kita ga sadar."

"Yaudahlah, yang udah terlanjur ya biarin aja." Ucap Ariska.

"Tau, lagian kan buronnya barengan." tambah Fajar Rizky.

"Hidup seperti Larry, be like."

"Emang bener kan?"

"Iya sih."

Cleo bangkit dari duduknya, lalu mengambil kedua benda yang menjadi perkara tadi.

"Mau ngapain Le?"

"Mau ngerakit lagi." Cleo membuka kotak pelindung benda itu.

"Ga segampang itu Cleo." ucap Lukman, "Gue menemukan beberapa masalah dalam merakit punya gue."

"Maksudnya?"

"Butuh waktu setengah bulan buat mesin itu bereaksi. Bahkan bisa lebih."

"Hah? Serius?"

"Serius." Lukman mengangguk-angguk.

"Yaudah, ngerakitnya dari sekarang, biar dua minggu kedepan kita bisa balik ke jaman kita." ucap Rio.

"Iya!"

"Yaudah, ayo ngerakit."

*

"Udah selesai, pasang timer aja." ucap Eddy, ia memasangkan sebuah benda berbentuk jam pada mesin waktu itu.

"Ho'oh."

"Sekarang kita mau ngapain?" tanya Teo.

"Ga ada hal apapun yang bisa kita lakuin sekarang." ucap Cleo, ia beranjak menghampiri ranjangnya, lalu menjatuhkan diri di sana. Iq merasa senang karena sudah berhasil menyelesaikan mesin waktunya.

"Udah jam sebelas. Pulang yuk." ajak Eddyz ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar Cleo.

"Thanks you guys! Hati-hati di jalan!" Ujar Cleo.

"Yuk pulang." Tanggap yang lain, beberapa menguap saking ngantuknya.

"Ayuk."

*

Hafifah menyipitkan matanya saat kilau cahaya matahari menyeruak masuk. Cewek itu menatap ke kanan dan ke kiri. Teman-temannya masih tertidur. Ia melangkah mandi.

Tak lama ia keluar dari kamar mandi, juga keluar dari kamar kos. Hanya untuk menikmati udara segar.

"Pagi nek," sapa Hafifah, pada tetangga kosnya itu.

"Pagi juga, temannya belum bangun nak?"

Hafifah menggeleng. "Belum nek. Yaudah nek, saya ke sana dulu."

Nenek itu mengangguk. Hafifah melanjutkan jalan paginya.

Kaki cewek itu berhenti didepan kamar kos anak cowok. Sedikit lama ia berdiri.

Ceklek.

Pintu kos terbuka. Muncul seseorang dari dalam sana. Adhi.

"Udah bangun lo Pip?" sapa Adhi, cowok itu masih memegang gagang kenop pintu.

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang