xxiii. w o r d - b e f o r e - d e a t h

956 111 7
                                        

Revisi, 16/04/2019


Kalian mau kemana?"

Adhi menoleh, lalu melepaskan genggaman tangannya pada Hafifah setelah ia melihat sosok bu Anna berada di belakangnya.

Adhi terdiam. Begitupun cewek di sebelahnya. Mereka tidak menjawab pertanyaan itu.

"Kalian mau kemana?" Bu Anna mengulang lagi pertanyaannya.

"Kami harus pergi, bu." Sahut Adhi, "kami nggak enak selama ini sudah merepotkan ibu dan om Andrew."

"Kapan ibu bilang begitu ke kalian?" Bu Anna berseru, "kalau kalian pergi dari sini, akan ibu temani kalian kembali ke masa lalu."

Adhi dan Hafifah sama-sama terdiam. Kemudian keduanya serentak menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu bu, kami terlalu banyak merepotkan ibu."

"Akan kubantu kalian. Saya ini orang tua, saya tau bagaimana rasanya jika orang tua kehilangan anaknya untuk selamanya."

Baru saja Hafifah hendak membuka mulut, namun bu Anna langsung memotongnya. "Ibu memaksa, tidak boleh ada penolakan!"

Bu Anna berjalan mendahului mereka, sedangkan keduanya sama-sama mengekori di belakangnya . Sesekali mereka menggumamkan kalimat ucapan maaf dan terimakasih.

🏞️🏞️🏞️

Perkelahian mereka membuat suasana Big A pada sore hari itu mendadak gaduh, beberapa orang yang mengerubungi turut menjadi korban, aparat kepolisian dan berbagai relawan keamaman datang untuk mengamankan Big A pada sore hari itu.

Eddy bangkit dari terjatuhnya, lagi-lagi ia terjatuh usai berkelahi dengan komplotan dari Blackrose, sedangkan yang lainnya berlari karena terus dikejar para preman suruhan wanita tua itu.

Langkah-langkah mereka terhenti di depan sebuah gedung putih. Ini adalah bank yang baru saja tidak terpakai sebab mengalami kebangkrutan. Dengan terpaksa mereka membobol pintu gedung putih itu lalu masuk kedalamnya. Berlindung dari para preman beserta wanita itu yang masih saja memaksa untuk diberikannya alat untuk kembali ke zaman mereka nanti.

"Lo udah ga denger apa-apa?" Eddy bertanya, seraya mengelap beberapa darah yang mengucur dari sudut bibirnya, nafasnya memburu.

"Masih, suara itu masih kedengaran, sebaiknya kita cari tempat yang lebih aman untuk kita sembunyi." Teo memberikan instruksi seraya berjalan mencari pintu penghubung untuk kebawah tanah, sementara sisanya hanya mengekor di belakang.

"Apa semuanya ada disini?" tanya Endang, matanya memandang orang-orang di sekitarnya dengan detail, dari paling pinggir Avisena hingga ujung yang di tempati oleh Teo, matanya terbelalak mengingat sesuatu.

"Cleo nggak ada."

🏞️🏞️🏞️

Usai keluar dari rumahnya, bu Anna, Hafifah dan Adhi menatap sekeliling area rumahnya yang lumayan ramai, beberapa berbincang mengenai sesuatu yang terjadi di Big A, secara tidak sengaja mereka bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh penduduk sekitar situ.

"Kekacauan di Big A. Aku dengar sih Blackrose dalang dari semua ini. Mulai dari semua kekacauan akhir-akhir ini, mengapa sampai sekarang identitas Blackrose sama sekali tidak terungkap ya?" Salah satu dari mereka bilang begitu.

"Napi itu sulit diketahui identitasnya, Ra. Aku aja nggak ngerti kenapa bisa begitu. Negeri ini sedang aneh. Aku tidak tau kenapa, yang jelas di Big A dilarang dilewati siapapun, maupun itu menggunakan kendaraan apapun. Ku harap negeri ini selalu aman." Satu dari yang lain menanggapi.

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang