xxvi. g o o d b y e

1K 105 1
                                        

Revisi, 17/04/2019



"KALIAN MAU JADI PAHLAWAN HAH?!!!" Blackrose teriak dengan kencang hingga menggema memenuhi ruangan ini.

"Enna..." Bu Anna mengeluarkan suaranya, "Apakah itu kamu?

Blackrose menyeringai. "Ya, ini aku, saudara kembarmu bukan?"

"Enna, aku sangat merindukanmu!" Ujar bu Anna, perlahan tapi pasti wanita itu mendekati Blackrose yang ternyata adalah Enna Marghareta yang ternyata adalah saudara kembarnya sendiri.

"Diam kamu bodoh! Kamu tau apa yang menyebabkan aku menjadi seperti ini?! Kamu! Kamu!" Blackrose berteriak menolak Mrs. Ann untuk berjalan lebih dekat.

"Tidakkah kamu rindu padaku Enna? Mengapa kamu masih tetap membenciku? Sementara hal itu sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu, aku mohon maafkan aku Enna..." Ujar Mrs. Ann, pelupuk matanya mulai dibanjiri air mata.

"Maaf katamu?! Dengan maaf apakah kamu bisa membalikan semua keadaannya! Apakah dengan maaf kamu bisa mengembalikan Frans kesini? Tidak!" Blackrose berteriak. Tangannya tak lagi menggenggam apapun.

"Aku saudara kembarmu, sadarlah Enna, ini sudah berlalu sejak saat itu, aku pun merasa Frans sudah tenang di sana. Kau tak perlu mengungkit-ungkit semuanya yang telah berlalu, maafkan aku, dan kembalilah bersama kami, aku, ibu, ayah dan semua keluarga kita merindukanmu Enna. Kami semua mencarimu sejak saat kamu menghilang bertahun-tahun yang lalu, kami semua mengkhawatirkanmu."

"Apa?! Khawatir katamu?! Bohong haha kamu bahkan tidak pernah mencoba untuk mencariku! Kalian semua bahkan saat aku sedang terpuruk tidak sama sekali membantu apa yang harus aku lakukan saat itu aku sangat bingung Anna. Aku sendiri dan semua menghilang. Aku benci kalian semua!"

Dengan tiba-tiba Blackrose memungut kembali pisau yang terjatuh tadi, ia bergerak dengan cepat hendak membunuh bu Anna, tapi selalu meleset. Semua berhamburan takut tertusuk oleh pisau tajam milik Blackrose itu.

"Awas Pipah, itu dia di belakang lo! Buruan lari!" Adhi menarik pergelangan tangan gadis itu untuk segera bersembunyi bersama dirinya di balik sebuah lemari tua yang sudah rapuh.

Sementara yang lain berhamburan takut, tapi tetap berada dalam satu ruangan yang sama. Mereka semua bersembunyi di sudut ruangan yang penerangannya agak redup itu.

Bu Anna terkepung di sudut ruangan. Blackrose menyeringai di depan wanita beranak satu itu.

"Aku mohon."

"Aku akan membunuhmu."

"Aku saudara kembarmu Enna."

Blackrose semakin mendekat. Pisau itu sudah berada pada posisi siap dilayangkan.

"Aku menyayangimu sebagai saudaraku, Enna."

Bu Anna memejamkan matanya, ia takut pisau tajam itu menghujaminya.

"Aaaaaaa!!!"

Bukan bu Anna, bukan.

Semua berhamburan mendekat dan keluar dari persembunyiannya. Itu... Adhi?

"Adhi!"

Cowok itu terjatuh, terkulai lemas di lantai yang penuh debu dengan sebuah pisau menancap tepat pada perutnya. Darah segar perlahan keluar dari perutnya, berhubung ia memakai kaus berwarna putih saat itu. Berubahlah warna kaus itu menjadi merah.

"Dhi..."

Hafifah menutup mulutnya tak percaya, rasanya baru saja ia bertemu dengan anak itu kemarin. Yang lain pun begitu, kaget melihat pemandangan itu berlangsung.

Where Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang