Revisi, 17/04/2019
Sampai akhirnya sebuah suara lain muncul, suara Blackrose terdengar bergetar saat berbicara kalimat ini. "Aku disini, istrimu ini juga rindu berbicara denganmu. Tapi bukankah kita sudah berbeda dunia?"
Berbeda dunia? Apa maksudnya?
"Blackrose... Ada apa?"
Hening. Pertanyaan Cleo tak kunjung mendapat jawaban. Penutup mata masih bertengger di matanya, tak ada apa pun yang membukanya.
Cleo membiarkan itu terjadi, membiarkan selanjutnya apakah Blackrose akan bersuara ia tak tahu.
🏞️🏞️🏞️
"Gue nggak tau dimana tempat kawanan Blackrose bersembunyi. Gue nggak tau dimana!" ujar Teo, "arghhh!" Ia menjambak rambutnya sendiri.
"Gimana nih, aduh." Eddy menggaruk kepalanya, sedikit gatal.
"Hmm. Gimana ya."
Hening, semua berpikir bagaimana mereka bisa menemukan Blackrose dan Cleo berada.
"Cleo gimana ya, gue takut setelah nemuin mereka, ternyata Cleo sudah mati." Ujar Adhi tiba-tiba.
"Jangan ngomong gitu Dhi, satu ataupun berapa orang dari kita nggak boleh ada yang mati!" Ucap Hafifah yakin.
"Kalo gue yang mati gimana ya." Ucap Adhi, "Kalo nyatanya nanti gue ga bisa kembali gimana. Gue takut itu semua terjadi. Gue takut."
"Lo harus yakin! Kita bisa pulang bareng-bareng." Fitri mengepalkan tangannya tanda yakin.
Adhi mengangguk, terlihat lebih sedih dari biasanya. Entah ada perasaan apa yang membuat Hafifah merasa akan terjadi suatu hal buruk dengan orang itu. Hafifah terlalu takut.
"Terus sekarang cara kita nemuin Blackrose gimana?"
Tap! Tap! Tap!
Terdengar suara langkah kaki dari luar ruangan ini. Tak lama sebuah suara terdengar."Di sini nggak ada siapa-siapa. Aman, kita harus balik." Suara pertama terdengar, kiranya seorang laki-laki berada diluar sana, mungkin dua orang atau lebih. Semua yang bersembunyi di dalam ruangan ini diam, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara.
"Balik kemana nih? Ketemu boss?"
"Bodoh, gue mau balik lah, ngapain nyamperin psikopat itu. Dia lagian kan jauh, ada di gedung ini di lantai tiga bawah, sementara kita ini sekarang ada di lantai bawah satu kan. Capek gue naek turun tangganya. Udah yuk cabut."
Lantai tiga bawah.
Lalu suara langkah kaki kembali terdengar, kali ini menjauh terdengar menjauh.
"Kalian denger kan? Mereka ada di lantai tiga?" tanya Hafifah.
"Kita kesana sekarang aja yuk." Ucap Eddy, ia berdiri dari duduknya.
"Kalian yakin? Blackrose berbahaya." ucap bu Anna terdengar khawatir.
"Tapi harus kita lakukan, demi semuanya. Demi kita yang bakalan balik ke zaman kita berada."
🏞️🏞️🏞️
Cleo masih terdiam, hening melanda begitu lama, sampai tiba-tiba Blackrose berbicara.
"Kamu tau apa yang lebih menyakitkan dari patah cinta?!"
Blackrose membuka penutup mata yang menutupi mata Cleo sedari tadi. Cleo lebih memilih diam ketimbang harus menjawab pertanyaan Blackrose.
"Ditinggal oleh apa yang sangat kita sayangi! Kamu tau rasanya gimana ketika tepat dihari pernikahanmu lalu kamu ditinggal mati oleh kekasihmu! Itu yang aku rasakan! Aku Enna Marghareta Karamella, merasakan apa yang orang-orang pikirkan menjadi sesuatu yang sangat jarang terjadi atau tidak pernah sama sekali! Tuhan tidak adil, Cleo! Tidak adil, mereka mencabut nyawa apa yang sangat kita sayangi tanpa memikirkan apa yang akan kita rasakan selanjutnya. Aku tak pernah merasa mendapatkan keadilan. Waktu kecil aku dibilang bodoh! Semua orang menganggap bahwa aku yang terbodoh! Dibanding saudara kembarku! Liat dia dulu, selalu dipuja-puja! Banyak dicintai orang lain." Blackrose menengadah keatas, matanya berkaca-kaca.
"Lalu ketika aku mendapatkan apa yang sangat menyayangiku, ia malah pergi tinggalkan aku, ini semua salahnya, salah orang itu. Ia terus menunda-nunda apa yang aku inginkan sampai akhirnya berujung fatal setelah ini. Setelah hal yang sangat menyedihkan itu terjadi, mereka mengasingkanku! Tidak memperdulikanku. Membiarkan aku terpuruk akan jahatnya dunia ini. Aku sendiri! Tak punya apa-apa lagi untuk berbagi." Blackrose menangis. Ya, menangis yang sejadi-jadinya. Kerap kali ia tertawa ditengah tangisnya.
"Gue sama kaya lo, tapi gue nggak pernah menyalahkan Tuhan. Ia adil. Maha adil. Lo aja yang menganggap lo selalu sendiri. Lo yang tidak menerima bagaimana Tuhan menakdirkan semuanya!" Cleo menjawab dengan bibir bergetar.
"Tunggu-tunggu. Apa yang kamu bilang?" Blackrose mendekat dengan tangan kembali memegang sebuah pisau. "Kamu bilang aku yang terlalu menganggap aku sendiri nyatanya memang begitu! Aku memang sendiri!" Blackrose memutarkan pisau itu di leher Cleo, cewek itu hanya menelan ludah, takut.
"Enna."
Blackrose merunduk sambil kembali menangis ketika kembali mendengar suara itu. Pisau ditangannya terjatuh. Cleo celingukan mencari sumber suara itu.
"Aku sangat merindukanmu, Frans. Tapi aku tau kita takkan lagi bisa bersama. Kamu sudah berbeda alam denganku. Dan aku mungkin tak pernah dapat menemukan jalan untuk bisa bertemu lagi denganmu. Sudah bertahun-tahun aku mencari bagaimana caranya kita bisa bertemu lagi, kita bersama, mengarungi indahnya berumah tangga. Memiliki anak, memiliki apapun yang kita mau dan dapat membuat kita bahagia." Blackrose berteriak dengan kencang.
Cleo dapat menangkap dengan baik dengan siapa Blackrose berbicara. Ya, seperti yang ada di pikirannya, Cleo mendengar Blackrose berbicara dengan seorang arwah. Mungkin suaminya? Atau kekasihnya? Cleo tak tahu. Dan itu juga bukan menjadi urusannya. Namun yang Cleo bingung, kenapa ia turut mendengar suara arwah itu? Apakah hanya pendengarannya yang salah?
"Sudah bertahun-tahun aku menunggu, namun apa yang aku dapatkan? Tak ada! Tak ada yang menggantikanmu Frans! Aku depresi, aku emosi, aku tak tau lagi, mereka semua mengurungku! Mereka semua membenciku! Mereka semua... tak pernah mengerti apa yang rasakan! Aku lelah, tapi aku terus menunggu, mereka bilang aku gila! Mereka bilang aku sudah kehilangan akal. Mereka bilang aku tak lagi dapat berpikir dengan wajar. Mereka tak tau, mereka tak peduli. Aku terus menunggumu, aku tak peduli ataukah kamu kamu akan kembali. Semua ini salah Anna! Dia yang menundaku untuk segera menikah denganmu. Anna jahat, hanya memikirkan apa yang terbaik untuknya. Tak peduli berapa sakitnya seorang saudara kembarnya yang sudah begitu lama menunggu."
Blackrose terdiam.
Tiba-tiba, pintu di ruangan ini terbuka. Bu Anna dan teman-teman Cleo yang lain datang dan masuk ruangan itu dengan berani. Eddy langsung berangsur melepaskan Cleo dari ikatan yang melilit pergelangan tangannya.
Blackrose melotot kaget melihat pemandangan didepannya ini.
"KALIAN MAU JADI PAHLAWAN HAH?!!!" Blackrose teriak dengan kencang hingga menggema memenuhi ruangan ini.
"Enna..." Bu Anna mengeluarkan suaranya, "Apakah itu kamu?"
To be continued
Cieee apdet lagi kan gue :"v lagi rajin apdet nih :v hahahah. Jangan lupa vote dan comment yaaa semuanya!
Tengkieess💚
![](https://img.wattpad.com/cover/53191853-288-k735340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Where Are We?
Science Fiction[COMPLETED] (Seluruh cerita telah di revisi) Lorong penghubung dimensi waktu yang membuat mereka terjebak disini. Terjebak pada kurun waktu seratus tahun mendatang. Akankah mereka dapat kembali kepada masa mereka yang sebenarnya? ©2015/2016 by Hafif...