8. The Wedding Party

137K 6.1K 29
                                    


Apa yang membuatku gugup saat ini? Bukankah harusnya aku bahagia sekarang? Hah. Rasanya dadaku berdebar. 'Athan, ini bukan acara mengucapkan janji di altar pernikahan. Melainkan acara resepsi pernikahan.' Aku menghela nafas kasar.

"Athan, ayo kami sudah menunggumu dari tadi."Mama tiba-tiba muncul dari balik pintu. Beliau terlihat begitu cantik dengan balutan gaun berwarna peach. Yah aku memang memilih acara resepsi pernikahanku dan Yura bernuansa peach, warna favorit Yura. Kenapa aku bisa tahu warna kesukaan Yura?? Karena gadis itu selalu memakai barang yang berwarna peach.

Aku mengangguk dan tersenyum ke arah Mama,"Tunggu sebentar Ma, nanti aku keluar. Sebentar lagi." Aku memasang wajah memohon ke Mama. Mama mengiyakan permohonanku dan menutup pintu dengan pelan.

Mama, Papa dan adik perempuanku sudah tiba di Indonesia kemaren malam. Setelah aku memberitahu mereka tentang rencana resepsi pernikahanku dengan Yura diadakan hari ini, mereka segera memesan tiket pesawat ke Indonesia. Lihatlah betapa beruntungnya aku mempunyai keluarga seperti mereka. Bahkan Papa rela membatalkan rapat dengan kliennya, tapi jangan berprasangka baik dulu setelah tiba di Indonesia aku mendapat satu pukulan dari Papa gara-gara rencanaku yang terlalu mendadak.

Cincin yang melingkar di jariku ini membuktikan kalau aku benar-benar sudah menikah ya menikah, meski gadis yang kunikahi tak menginginkan pernikahan ini terjadi. Tunggulah sebentar Yura, aku akan menjadi suami yang pantas untukmu. Akan kubuat kau benar-benar mencintaiku dan menerimaku sebagai suamimu.

Aku memandang penampilanku di cermin. Berbalut dengan kemeja berwarna peach dan jas hitam yang aku kenakan membuatku terlihat tampan. "Hah, apa kau tidak menyesal menolakku sebagai suamimu Yura?,"gumamku di depan cermin dengan smirk yang terpampang di wajahku.

"Onii-chan. Kau lama."tiba-tiba wajah cantik dan bulat dengan bando dikepalanya membuatku hampir terjengkang.

"Oiiii, kau mengagetkanku. Kayla-chan."aku berdecak dan menghampiri adikku satu-satunya. Aku sangat merindukan Kayla meski sebentar saja tak bertemu dengannya. Apalagi sekarang dia tinggal di Jepang dengan Mama dan Papa sementara aku tinggal di Indonesia karena pekerjaan dan keluarga baruku. Yah memang resiko sih. Usianya masih muda, dia baru saja masuk SMA.

"Gomennasai, onii-chan."ia terlihat makin imut dengan bibirnya yang cemberut. Aku mencubit pipinya gemas.

Terlihat keluarga besarku sudah bersiap-siap berangkat ke gedung resepsi, jadi memang tinggal aku yang ditunggu mereka. Mama dan Papa terlihat bahagia mereka menghampiriku dengan senyum yang terus mengembang.

"Athan, apa saja yang kau lakukan di dalam kamar hah? Lama sekali kayak anak gadis."gerutu Mama setelah sampai dihadapanku.

"Hehehe maaf Ma. Ma, apa aku sudah terlihat tampan hem?,"tanyaku pada Mama aku yakin meski aku tidak bertanya aku memang sudah terlihat tampan. Karena aku memang sudah ditakdirkan menjadi laki-laki tampan. Hahaha.

"Ehmm gimana yah? Hahaha anak Mama selalu paling tampan."

"Ayo cepat, kita harus berangkat."kata Papa tegas dengan logat bahasa Indonesia yang terdengar aneh. Hahahaha. Maklumlah Tuan besar Taka Yoshioka ini made in Japan asli.

--00—


Tarik nafas.......keluarkan.

Tarik nafas.......keluarkan.

Oke aku melakukan hal itu berkali-kali. Bahkan rasanya aku tidak tenang, mondar-mandir nggak jelas kayak emak-emak kebelet belanja. Haduhh apa ini aku semakin gila. Apa aku kabur ya?? Biar kayak di film-film gitu? Kabur dengan gaun pengantin melekat ditubuhku? Tidak mungkin, aku tidak bisa kabur dari sini. Sebentar lagi kami akan berangkat ke gedung resepsi dan di bawah sana banyak keluargaku yang menunggu. Mustahil kalau aku kabur. Impossible.

"Yuraaaaaa, apa kau sudah siap hem?,"teriak eomma dari balik pintu. Aku belum berani keluar dari kamar padahal aku sudah selesai di make up dari setengah jam yang lalu. Aku juga berpikir akan kabur.

"Ne eomma. Gidaryeo."(Ya ibu, tunggu.) aku mengangkat gaunku yang sedikit ribet bahkan bisa buat menyapu lantai. Aku kembali lagi melirik penampilanku di cermin, cantik. Iyah cantik sekali, gaun yang aku kenakan benar-benar pas melekat ditubuhku. Kulit putihku bahkan berpadu indah dengan gaun bernuansa peach ini. Aku akui Athan tahu bagaimana seleraku.

Aku sedikit ragu saat tanganku sudah menyentuh gagang pintu. Apakah aku harus menerima kenyataan ini? Apa benar kata-kata Agma kemarin jika aku harus memerankan peranku? Karena ini memang takdirku. Tuhan pasti sudah memilihkan takdir ini untukku. Setidaknya aku harus berprasangka baik kali ini. Senyum Yura, kamu harus senyum. Aku tidak mau jika aku mempermalukan diriku sendiri dengan muka masamku. Aneh kan kalau para tamu undangan melihat mimik wajahku yang tidak bahagia di hari pernikahanku?

Kulihat eomma sudah berdiri diambang pintu, ternyata beliau tidak beranjak sedikitpun sejak tadi. Aku kira eomma menungguku di bawah, ternyata tidak. Eomma menggenggam tanganku lembut,"Gwaencahana Yura, eomma yakin kamu akan jadi istri yang baik buat Athan." Aku hanya tersenyum dan segera memeluk eomma. Rasanya ingin sekali menangis dipelukan eomma tapi sayang kan dengan make up ku.

Agma, Lesya dan Shefa ternyata sudah menungguku. Aku merasa ini memang hari spesial, tapi apakah ini benar-benar pernikahan yang aku impi-impikan? Aku memang tidak mengingat bagaimana dulu aku mengucapkan janji dengan Athan, karena memang tidak ada satupun yang aku ingat.

"Woah cantik banget lo Ra."celetuk Shefa begitu aku berhadapan dengan mereka bertiga.

"She is our princess."puji Agma yang membuatku tersipu malu. Tidak tahu kenapa melihat wajah-wajah mereka yang terlihat sangat bahagia membuat rasa bahagia itu juga mengalir perlahan di diriku.

--00-


Semua mata tertuju pada pasangan pengantin yang kini duduk di pelaminan. Begitu sempurna kedua mempelai yang dibalut pakaian indah bernuansa peach. Sesekali Yura melirik Athan yang sejak tadi tidak pernah menanggalkan senyumannya. Senyum yang menurut Yura sangat mengagumkan. Desiran kecil mengalir dihati Yura. Yura menggeleng pelan dan mengalihkan pandangannya. Sebenarnya Athan menyadari saat Yura mencuri-curi pandang ke arahnya.

"Yuraaaaaa, selamat ya."Lesya dengan antusias memeluk Yura dengan mimik wajah terharu.

"Selamat ya Ra, semoga lo bahagia sampai kakek nenek,"ucap Shefa.

"Happy wedding girl, hope you be happiness family. Gue yakin lo bisa sesuai saran gue kemaren."Agma menepuk-nepuk pipi Yura kemudian memeluknya erat. Athan memperhatikan keempat gadis di sampingnya.

"Hai, selamat ya. Gue harap lo bisa jagain Yura kita dengan baik."Agma menjabat tangan Athan. "Kenalin gue Agma, ini Lesya dan ini Shefa."Agma memperkenalkan temannya satu-satu.

"Athan. Senang berkenalan dengan kalian. Terimakasih udah datang."Athan tersenyum dan sedikit melirik Yura.

Yura mengisyaratkan Agma untuk mendekat, Yura membisikkan sesuatu sama Agma. "Ma, Oriz nggak tahu soal ini kan?,"tanya Yura berbisik. Yura takut jika Athan mendengar hal ini. Agma menggeleng pelan tapi cukup meyakinkan Yura jika Oriz tidak tahu soal pernikahannya. Yura memang sengaja menyembunyikan soal pernikahannya kecuali dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya.


--00---


Oke sorry updatenya telat, authornya lagi nggak ada waktu depan laptop nih wehehhe


See u next part guys...



AprilCahaya

27 November 2015


Magic Marriage [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang