18. I'm Not Okay

131K 5K 96
                                    

Laki-laki itu duduk di depan Oriz, meletakkan sebotol wine tepat dihadapannya. Oriz merasa tidak tertarik untuk sekedar melirik. Seringaian aneh laki-laki dengan jas hitam itu muncul seketika.

"Aku mendengar kau mendekati salah satu gadis di kampusmu." ucap laki-laki itu dan membuat Oriz menatapnya tajam.

"Bukan urusan Anda."

Oriz segera berdiri hendak meninggalkan laki-laki itu dengan botol winenya.

"Bagaimanapun juga kamu adalah anakku." ucap laki-laki itu lagi. Oriz mengabaikan laki-laki itu dan pergi ke kamarnya. Ia muak melihat laki-laki itu kembali ke rumah. Rumah peninggalan Ibunya. Melihat sekilas saja sosoknya membuat Oriz geram apalagi harus berbicara dengannya. Selamanya ia tidak mau mengakui jika laki-laki itu adalah Ayahnya. Laki-laki brengsek yang telah menghancurkan hidup Ibunya.

Mendiang Ibu Oriz, dulu ia dipaksa menikah dengan laki-laki kaya itu. Merelakan impian dan segala cita-citanya hanya demi keinginan orang tuanya. Sebuah pernikahan bisnis yang mustahil berakhir dengan bahagia layaknya kisah-kisah novel romance. Tak ada cinta dan kasih, yang ada hanya penyiksaan fisik dan batin.

Setelah melahirkan Oriz, Ibunya mengalami koma. Setelah sekian tahun lamanya hingga Ibunya meninggal dunia. Oriz kecil hanya bisa menangis tanpa bantuan siapapun termasuk Ayahnya yang entah pergi kemana. Sejak saat itulah ia sangat membenci pernikahan bisnis dan perjodohan. Pernikahan yang tidak didasari oleh cinta akan membawa petaka, tidak akan ada kata bahagia di dalamnya.

Dan... Oriz harus melihat gadis yang selama ini diam-diam ia taksir sudah menikah dalam pernikahan palsu. Itu menurutnya. Ia tidak bisa membiarkan gadis itu dalam belenggu yang menyiksa hidupnya.

Kacamata yang bertengger di hidungnya ia letakkan di meja. Ia memejamkan matanya dan berpikir untuk bisa menyelamatkan gadisnya. Gadisnya? Sejak kapan dia mengklaim Yura sebagai gadisnya?

--

Pengumuman keberangkatan sudah terdengar di area tunggu bandara. Yura menggenggam erat tangan Athan tanpa peduli tatapan Athan yang mengarah ke tautan tangan mereka berdua.

"Jadi kapan aku berangkatnya jika tanganku tidak kamu lepaskan sekarang, hem?" kata Athan kemudian. Dengan senyum yang dipaksakan Yura melepaskan genggaman tangannya. "Oke aku berangkat ya?" Athan menatap mata Yura. Ia tahu wanitanya ini tidak ingin lepas darinya.

Yura mengangguk lemas kemudian pelukan perpisahan diberikan Athan untuknya.

"Jika kangen kamu bisa telepon, bbm, whatsapp, line dan...."

"Ah ya aku tahu. Cepet pergi keburu aku berubah pikiran." Yura mendorong dada Athan untuk melepas pelukannya. Athan menyentuh pipi Yura dengan sayang sebuah kecupan hangat ia berikan di kening Yura.

"Ehem... gue rasa acara pelepasannya kelamaan." celetuk Aron ketika ia melihat adegan mesra yang terpampang jelas di depannya. "Pesawatnya akan segera lepas landas Tuan Athanka Yoshioka, Anda harus segera memasuki pesawat jika tidak ingin gelantungan di ekor atau sayap pesawat."

"Sirik tanda tak mampu." cibir Athan pada Aron. "Oke, Ra... kamu bisa mengandalkan Aron jika kamu memerlukan sesuatu. Bilang ke aku jika dia berani berbuat macam-macam denganmu apalagi sampai merayumu." Nasehat Athan pada Yura yang membuatnya tak bisa menahan tawa ketika Aron mencak-mencak sendiri.

"Hati-hati, telepon aku jika kamu sudah sampai." Athan mengangguk dan pergi bersama beberapa orang kepercayaannya semacam bodyguard mungkin.

Yura masih memandangi dimana arah Athan pergi sampai ia tidak menyadari jika Aron memperhatikan dengan saksama ekspresi wajah Yura. Aron berdehem namun Yura belum sadar juga.

Magic Marriage [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang