"Jadi ide konyol siapa itu hah?" suara Yura terdengar begitu nyaring di ruangan kantor Athan. Jari telunjuk Agma mengarah pada Aron. Yang ditunjuk hanya cengengesan tidak jelas membuat Yura ingin segera melempar vas bunga ke wajah Aron.
"Dan aku tidak tahu rencana mereka. Jangan libatkan aku, Ra." Athan mengangkat tangan begitu Yura melotot ke arahnya. Aura di sekitar Yura terlihat menyeramkan dan Aron tetap terlihat santai dengan ekspresi Yura yang sudah berubah seratus delapan puluh derajat sejak lima belas menit yang lalu.
Agma melirik Aron yang masih saja terlihat santai. Apakah cowok itu tidak merasakan aura nenek sihir di diri Yura? Dasar.
"Yah, ide yang tak sepenuhnya sesuai rencana sih. Awalnya gue mau bilang kalau Athan tiba-tiba sakit parah dan nakut-nakutin lo, Ra. Tapi itu lebih konyol lagi karena Athan itu sehat-sehat aja. Terus... gue mau kibulin lo jika Athan akan pergi ke Jepang dan nggak akan kembali ke Indonesia, nah kebetulan Athan benar-benar ke bandara kan? Meskipun dia nggak beneran pergi sih. Jadi apa gue salah? Yang jelas, nggak." Aron menjelaskan runtutan rencananya dengan Agma.
"Sialan lo, Ar. Tapi gue berterimakasih sama kalian. Karena gue bisa yah.. baikan lagi sama suami gue." Akhirnya Yura tersenyum. Senyum yang selama ini menghilang terbawa angin.
Athan bersyukur akhirnya ia bisa melihat senyum itu lagi. Berkali-kali ia bermimpi buruk dan putus harapan untuk melihat senyum Yura. Senyum yang mampu membuat hatinya sejuk seperti di siram air es. Adem.
"By the way... gara-gara kalian gue belum mandi dari tadi pagi." celetuk Yura yang membuat Aron dan Athan terbelalak kaget. "Why? Itu si Agma yang maen seret gue."
"Nggak apa-apa kok sayang, kamu tetep cantik meski belum mandi."
"Idih... ingat aku belum sepenuhnya memaafkan kamu. Dicatet kalau perlu." ancam Yura dengan penuh penekanan dikata terakhir.
Athan tertawa melihat tingkah laku Yura yang sangat ia rindukan. Semuanya seperti mimpi. Setelah ini dia tidak akan melupakan kebaikan sahabatnya itu, Aron. Saat ia terpuruk, saat ia hampir kehilangan harapan Aron mampu mengulurkan tangan dan membantu Athan dalam benang keterpurukan. Tak lelahnya ia selalu memberi semangat pada Athan dan berusaha menyatukannya lagi dengan Yura.
Tidak ada masalah tanpa jalan keluar. Tuhan hanya menguji seberapa kuatkah kita saat menghadapi berbagai cobaan itu. Apakah akan terjerembab dalam jurang yang gelap dan curam atau akan tetap meraih cahaya kebahagiaan pada akhirnya. Semua tergantung pribadi yang menjalaninya.
--
"Kamu akan berangkat besok. Barang-barangmu sudah dikemasi jadi kamu tinggal berangkat saja. Aku akan pergi sekarang ada rapat penting satu jam lagi. Kabari jika kau memerlukan hal lain." kata seorang laki-laki berjas hitam formal. Ia berdiri dari tempat duduknya dan menepuk pelan bahu seorang laki-laki muda.
"Untuk kali ini aku menuruti semua perintahmu, tapi tidak untuk nantinya." ucap laki-laki muda itu.
"Terserah. Lakukan yang kamu mau. Kamu juga bebas melakukan apa saja di Perancis sana, asal jangan mencoreng nama keluarga Hendrawan. Apa kau dengar?" suara berat itu menguasai pembicaraan antara anak dan bapak itu.
"Baiklah."
Laki-laki muda itu melangkah keluar dari ruangan yang sangat dibencinya itu. Ia sama sekali tidak menganggap jika laki-laki tua itu adalah ayahnya, karena sikapnya tidak pernah menujukkan sebagai ayah yang baik. Dia hanya akan menyuguhkan harta dan uang, bukan kasih sayang dan cinta. Laki-laki muda itu merindukan ibunya. Yah... ibu yang telah lama meninggalkannya.
"Oriz..." laki-laki muda itu menghentikan langkahnya saat namanya dipanggil. "Aku harap kau belajar yang benar di sana karena semua ini akan aku serahkan padamu nantinya." ucap laki-laki tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Marriage [Completed]
Romance"Ini gila!!!!!! Mana ada setelah bangun dari koma tiba-tiba status gue dari single and very happy jadi istri seseorang yang gak tau siapa. DAMN IT!!!!" Yura Eveline Dirgantara Pernikahan ajaib yang dialami Yura memang langka. Siapa yang mau jika ber...