Yura bergegas pergi setelah mandi dan ganti baju yang hanya dilakukannya dengan waktu 15 menit. Rekor bagi Yura yang notabene seperti orang bertapa kalau sudah ketemu sama kamar mandi. Athan hanya mengamati berbagai tingkah Yura dan seakan dia hanya manekin yang duduk di meja makan. Karena apa? Karena Yura mengabaikannya sejak menerima telepon tadi. Pintu tertutup dan sosok Yura sudah hilang ditelan keheningan.
"Sial. Jadi? Dari tadi gue dianggap apaan coba?," gerutu Athan saat menyadari dirinya malah bengong menatap pintu yang sudah tetutup sejak satu menit yang lalu. "Bodo amat lah, yang penting sekarang gue harus berangkat ke kantor."
"Hallo, Fa. Gue jemput lo sekarang ya? Ini genting, lo harus bilang 'iya' dan lo harus dalam keadaan siap berangkat sekarang. Gue gak mau tahu apapun, gak usah banyak cingcong nanti gue jelasin." Yura menutup sambungan teleponnya dengan Shefa dan segera menyalakan mobilnya dengan tergesa-gesa.
Yang jelas sekarang jantung Yura berdetak dengan cepat seakan-akan dia menungu pengumuman siapa yang akan tereliminasi malam ini. eh? Emang ini ajang pencarian bakat? Bukan. Yura tak habis pikir kenapa tiba-tiba Oriz datang ke rumahnya dan bilang akan menjemput Yura untuk pergi ke kampus. Ada angin apaan?
Untung saja Eomma bisa diajak kerjasama. Dengan berbagai alasan Yura meminta Eomma berbohong ke Oriz. Tidak lucu kan kalau Eomma bicara sama Oriz jika Yura tinggal bersama suaminya. Bisa gawat level puncak jika Oriz tahu. Yura tahu bohong itu dosa, tapi tak ada cara lain. Lagian hidupnya sudah penuh kebohongan.
Terlihat Shefa yang sudah berdiri manis di depan rumahnya seperti model yang siap berlenggak-belenggok di karpet fashion show. Yura tersenyum lega dan segera memberhentikan mobilnya tepat di depan Shefa.
"Naik cepetan nanti gue jelasin sambil jalan." Bisa ditebak bagaimana ekspresi Shefa? Yup, bibir agak manyun dengan tangan dilipat di depan dada. Tapi dasar Yura memang gak peka dia langsung tancap gas menuju kampus.
"Woi, Ra. Katanya lo mau ngasih penjelasan ke gue kenapa lo tiba-tiba culik gue hah?," sungut Shefa. Kenyataannya selama perjalanan tadi Yura hanya fokus pada jalanan dan tidak memperhatikan wajah Shefa yang sudah siap meledak karenanya.
"Sorry, gue terlalu fokus sama jalanan."
"Fokus apaan, yang gue lihat lo malah terkesan melamun dan mikirin sesuatu gitu," Shefa memperhatikan wajah Yura yang sedikit mengeluarkan peluh padahal mobil ini sudah ada AC yang bertengger. "So, kenapa pagi-pagi lo udah sepanik ini?."
"Asal lo tahu, tadi pagi Oriz datang ke rumah gue. Trus dia bilang mau jemput gue, nah kebetulan ketemu Eomma. Eomma gue telepon dan seketika gue kelabakan. Sampai-sampai gue lupa klo gue tinggal ama tuh setan. Gue kepikiran lo, yaudah deh lo jadi alasan untuk gue berkilah. Gue minta Eomma bohong ke Oriz klo gue lagi nginep di rumah lo, gak mungkin banget kan klo bilang gue tinggal sama suami. Duh ladang gandum bisa jadi dihujani coklat nih."cerocos Yura tanpa jeda sedikitpun.
"Okelah gue ngarti. Ayo turun." Shefa melepaskan seatbealtnya dan keluar mobil lebih dulu dibanding Yura. Yura berharap Shefa tahu skenarionya, dan Shefa bisa memerankan perannya dengan baik saat bertemu dengan Oriz nanti.
"Lo tahu kan apa yang harus lo lakuin nanti saat bertemu Oriz?," tanya Yura yang hanya dijawab anggukan oleh Shefa. "Lo tau kan nanti lo harus ngomong apa?," lagi-lagi Shefa hanya mengangguk. "Lo tau kan nanti jika ketemu Oriz lo harus..."
"Iyeh cerewet banget sih." Shefa geram dengan rentetan pertanyaan Yura yang malas dia tanggepi. Sedangkan Yura hanya cengar-cengir gak jelas dengan wajah tanpa dosa dan tanpa amal ibadah.
---
Saat itu Yura dan Shefa baru saja mendaratkan pantat mereka di kursi kelas, Oriz melangkah dari arah pintu membuat Yura meneteskan satu peluh di pelipisnya. Yura berusaha bersikap normal. Jangan sampai Oriz melihat kelagat Yura yang gugup seperti orang kebelet boker.
"Eh Ra, tadi gue jemput lo di rumah. Tapi kata nyokap lo, lo nginep di rumah Shefa jadi gue kecewa deh."kini Oriz duduk di kursi yang posisinya tepat di depan Yura. Yura menendang sedikit kaki Shefa yang berada di bawah meja. Mata Shefa mendelik ke arah Yura membuat Oriz bingung dengan mereka. "Kalian lagi musuhan?"
"Ah gak," jawab Yura dan Shefa bersamaan. Oriz tertawa tipis.
"Maaf banget Riz, iya gue nginep di rumah Shefa. Lagian tumben banget lo jemput gue di rumah lagi kesambet jin penunggu pohon belimbing depan kampus itu ya?"
Yang ditanya hanya tersenyum dan menggeleng pelan,"Lagi pengen aja." Kemudian Oriz beranjak ke kursinya. Yura sedikit menggigit bibir bawahnya dan melirik Shefa diam-diam. Seakan tahu sedang dilirik Yura, Shefa membalas tatapan Yura dengan memutar bola matanya ke atas. Sepertinya Shefa tahu jika saat ini Yura lagi tersipu dan baper karena perkataan Oriz barusan.
"Ya ampun Shef, tuh gimana gue gak lumer ama Oriz."bisik Yura, tepat kan dugaan Shefa.
Shefa tahu Yura tergila-gila sama Oriz sejak lama, mungkin sejak mereka masuk universitas ini. Waktu itu mereka berkenalan pada hari pertama masuk kuliah dan karena mereka satu jurusan keakraban tak bisa dihindari. Oriz juga satu-satunya cowok yang paling deket dengan Yura, tau lah Yura cantik-cantik kan galak. Oriz berbeda dia selalu menanggapi berbagai tingkah Yura yang absurd dengan senyuman.
Sedikit demi sedikit hati Yura pun meleleh dengan senyuman Oriz yang menurut Yura sangat manis melebihi pare. Eh ralat melebihi madu maksudnya. Sepertinya Oriz juga tidak terlihat dekat dengan cewek lain seperti dengan Yura.
Jika diperhatikan dengan saksama dan teliti Oriz itu udah mirip banget dengan anggota boyband, sayang gantengnta tertutupi kacamatanya yang lumayan tebel. Dia juga kutu buku, tempat favoritnya adalah perpustakaan. Berbanding terbalik dengan Yura, liat perpustakaan aja kayak lihat rumah hantu berasa merinding.
Yura menghela napas pelan, sebenarnya dia tidak pandai berbohong tapi hanya karena pernikahan yang aneh ini dia harus berbohong terus menerus. Bahkan dia harus membohongi orang-orang yang dia sayang. Yura harus berbohong kepada orang-orang jika dia baik-baik saja menjadi istri Athan, dia harus berbohong kepada Oriz jika dia sudah menikah, dia harus berbohong dalam situasi ini. Jika ada jalan lain yang bisa ditempuh Yura pasti akan melakukannya.
Hidup itu memang terkadang terasa tidak adil, bahkan diantara kemewahan hidup yang didapatkan Yura tak serta merta semuanya akan jadi bahagia. Ucapan Agma tempo hari selalu dipikirkan Yura, jika dia memerankan perannya semua akan baik-baik saja. Dia harus menjalankan perannya menjadi istri, tapi semua terasa janggal karena datangnya tak tulus dari hati.
"Ra.."
"Hemm," Yura hanya menjawab panggilan Shefa dengan deheman karena dia tak berniat sedikitpun menoleh. Saat ini matanya memang memandang ke depan seolah memperhatikan dosen yang menjelaskan di depan, tapi pikiran Yura sudah terbang entah kemana.
"Jika semua kebohongan lo terbongkar bagaimana?," tanya Shefa tiba-tiba membuat Yura sedikit kaget. Hening. Yura hanya memainkan bolpoinnya.
"Molla," jawab Yura ragu.
---------------------------
Yoshh, kita ketemu lagi guys. Maaf di part ini gak ada Athan dia ngantor buuuu... next part akan lebih banyak part Athan dan Yura. Klo perlu sweet moment deh. #gakjanji
Wkwkwkw oke dah ditunggu part selanjutnya.
Bye bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Marriage [Completed]
Romance"Ini gila!!!!!! Mana ada setelah bangun dari koma tiba-tiba status gue dari single and very happy jadi istri seseorang yang gak tau siapa. DAMN IT!!!!" Yura Eveline Dirgantara Pernikahan ajaib yang dialami Yura memang langka. Siapa yang mau jika ber...