14. I Don't Like Her

117K 5.4K 63
                                    

Memasuki bulan Maret entah kenapa beberapa hari ini panas matahari sangat keterlaluan. Kulit terasa dibakar, untuk sekedar keluar saja malas. Aku merebahkan diri di sofa menikmati dingin AC yang kurang menurutku. Seharian ini jadwal mata kuliah padat, dari pagi sampai siang gini aku baru pulang kuliah. Didukung dengan cuaca panas yang bikin gerah, kepalaku serasa sudah mengeluarkan asap.

"Lelahnya..."

Di apartemen yang besar ini jika tidak ada Athan aku bisa melakukan segala hal seenakku sendiri. Bodo amat lah dengan ocehannya karena rumah kecilnya ini aku acak-acak. Oke aku memang istri yang tidak berguna. Hah.. terlalu lelah jika memikirkan hubunganku dengan Athan. Kenapa juga ada rasa jengkel saat melihatnya dengan cewek lain. Seperti nenek sihir yang siap mengutuk siapapun cewek rese yang berani kecentilan sama Athan.

Aku menggeleng keras. Oke, aku yakin aku mulai tidak normal.

Ting Tong.

Bel berbunyi menandakan ada orang diluar pintu ini. Tidak mungkin si Athan, biasanya juga langsung masuk. Tidak lucu kan kalau dia memencet tombol bel dulu. Aku terpaksa menyeret kakiku mendekati pintu. Aku melihat dari intercom camera yang terpasang di depan apartemen Athan. Cewek? Siapa sih? Dia memunggungi pintu sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya.

"Siapa?" tanyaku sembari membuka pintu.

Cewek itu tersenyum sok manis di depanku kemudian dia nyegir tidak jelas. Ini anak kesambet apa ya? "Siapa ya? Ada perlu?" tanyaku ulang.

"Hallo kak, aku Angela muridnya Sensei."

Sensei? Siapa itu sensei? Kalau tidak salah sensei kan bahasa Jepang dari guru? Lha kenapa ini anak malah nyasar di sini? Perasaan di sini tidak ada yang berprofesi sebagai guru. Aku masih mahasiswa dan Athan itu bukan guru. Bentar... Athan? Sepertinya aku pernah mendengar dia sekarang mengajar Bahasa Jepang di tempat kursus.

"Oh.. maksud kamu, kamu muridnya Athan?" tanyaku lagi. Anak itu mengangguk mantab. "Emang ada perlu apa?"

"Hehehe, aku ada perlu sedikit dengan Sensei."

"Iya apa?"

"Rahasia." kata cewek yang bernama Angela ini. Kutu kupret banget ini anak pakai rahasia-rahasiaan segala. Aku memandangnya dari atas ke bawah. Cantik juga. Sepertinya pernah melihatnya.

"Athan gak ada."

"Apa dia belum kembali? Jam berapa dia pulang? Aku kira Sensei sudah pulang dan aku mencari info tentang dimana dia tinggal kemarin. Setelah mendapatkan alamatnya aku langsung ke sini."

Sumpah aku mulai jengkel, dia fansnya Athan? Sampai segitunya sama cowok. "Aku udah bilang Athan gak ada. Udah pulang sana." usirku dengan nada jengkel. Cewek itu sedikit cemberut dan menundukkan kepalanya.

"Kalau boleh tahu kakak ini apanya ya? Kakak perempuannya atau tantenya?" tanyanya lagi.

Apa lo kata? Aku mendengus geli, pertanyaan polos yang bikin dongkol. Gue istrinya mau apa lo? Tapi aku tidak mengucapkan hal itu. "Kepo banget sih." Kemudian aku menutup pintu apartemen. Bodo amat urusan sama tuh cewek.

--

"Eomma, dimana Yura?," tanya Jovan kepada Eomma Mira. Jovan mengedarkan pandangannya menyusuri seluruh sudut ruangan rumah yang selama ini dia rindukan. Bertahun-tahun tinggal di Singapore bersama istrinya membuat rasa rindunya terhadap kehangatan rumah ini begitu meledak.

"Yura tinggal bersama Athan." jawab Eomma Mira mengikuti dari belakang anak sulungnya itu.

"Hahaha, maaf aku lupa jika anak cerewet itu sudah menikah." Jovan tertawa jika mengingat bagaimana sikap adiknya itu. "Aku tidak yakin dia bisa berperan sebagai istri."

Magic Marriage [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang