16. Maybe, I Love You

138K 6.3K 97
                                    

Spesial buat yang kangen sama Athan...


--

Terasa sunyi dan kosong tanpa hadirnya Athan di apartemen ini. Sedari tadi Yura memencet tombol remote TV berkali-kali, pindah dari stasiun TV satu ke stasiun TV lainnya. Tidak ada tayangan menarik minatnya untuk sekedar membuang rasa bosan. Hampir dua hari Athan tak pernah pulang ke apartemen itu lagi. Yura merasa bagian dari hidupnya ada yang hilang. Kegaduhan dan keributan yang biasa mewarnai apartemen seakan sirna.

Tiba-tiba pertir menyambar dengan kerasnya, Yura sampai bergidik ngeri dan menutup pintu balkon. Angin bertiup begitu kencang mengakibatkan bulu kuduk langsung merinding. Terasa amat dramatis hidup Yura malam ini layaknya drama-drama. Ia kembali ke sofa bergelung ke dalam selimut tebal, dimatikannya remote TV. Yura melirik pintu apartemen, berharap pintu itu terbuka dan seseorang yang ia rindukan hadir. Jadi Yura merindukan Athan? Yakin nih? Ya Yura mengakui jika dia merindukan suaminya itu.

Begitu bodohkah Yura? Ia bingung akan perasaannya. Siapa yang dicintainya? Athan atau Oriz?

Tapi saat bersama Oriz dia tidak merasakan seperti halnya bersama Athan. Yura tidak merasakan degupan jantung yang berpacu dengan cepatnya saat bersama Oriz, berbeda ketika dia bersama Athan jangankan berdegup kencang bahkan jantungnya hampir melompat keluar. Jam masih menunjukkan pukul sembilan malam, namun mata Yura sudah mulai lelah mungkin karena ia sulit tidur akhir-akhir ini. Tangannya meraih handphone yang tergeletak di meja, sampai petir menyambar yang membuat Yura kaget dan melemparkan handphoneya begitu saja.

"Yah sial." Yura menggerutu dan berdiri memungut handphonenya yang sudah menjadi tiga bagian.

Yura memandang sedih handphoneya, tidak ada satu pesan pun dari Athan. Yang ada hanya pesan dari Oriz yang tidak pernah absen tiap harinya. Yura hanya membalas pesan Oriz sesekali saja, lebih banyak membalas pesan dari sahabat-sahabatnya yaitu Lesya, Shefa dan Agma. Jangan lupakan Eomma Mira, Ayah Afkar dan kakaknya Jovan juga rajin menghubunginya. Yura sempat pulang ke rumah tapi cuma sebentar untuk mengambil beberapa bukunya yang tertinggal selebihnya dia kembali ke apartemen lagi. Keluarga Yura tidak tahu dengan permasalahan ini, Yura selalu berkata jika hubungannya dengan Athan baik-baik saja.

Yura kembali meringkuk di atas sofa, kini air matanya perlahan turun ke pipi mulusnya. "Ih kok gue cengeng banget sih, baru saja ditinggal beberapa hari doang kalau aku ditinggal Athan setahun bagaimana. Hiks.."

Hujan di luar sana semakin deras, suara hanya didominasi oleh hujan. Namanya juga Yura kadar parnonya terkadang terlalu over dan khayalan tingkat tingginya selalu mendominasi otaknya. Ia takut jika saja tiba-tiba ada alien masuk apartemen dan menculiknya. Atau mungkin ada seorang pencuri atau pembunuh yang menyusup masuk. Semua pikiran negatifnya muncul seketika.

Nyali Yura semakin menciut tatkala bunyi orang yang berada di luar pintu sedang menekan tombol kode apartemen. Apakah ada orang jahat yang benar-benar telah mengincarnya? Yura menggigit ujung bantal yang didekapnya. Tangannya perlahan meraih handphone, ia mengantisipasi langsung menelepon kantor polisi atau petugas keamanan apartemen jika terjadi sesuatu dengannya.

Pintu apartemen perlahan terbuka, sosok tinggi memakai pakaian hitam itu perlahan masuk. Lampu yang memang sudah dimatikan oleh Yura itu menghalangi pandangannya dari siapa sosok yang tiba-tiba masuk itu.

"Aaa.. penjahat, pembunuh, setan, tukang cabul..." Yura berteriak sekeras mungkin dengan mata tertutup.

Tiba-tiba mulut Yura sudah dibekap sehingga ia sedikit susah bernafas, Yura memberanikan membuka matanya. Ia masih memberontak berusaha melepaskan bekapan mulutnya dari orang itu. Yura semakin tegang, dia yakin jika orang ini akan berbuat jahat padanya.

Magic Marriage [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang