Red In Your Face

122 6 1
                                    

Kevin tak menjawab. "Keviinnn!!" Bentak ku sambil memukul punggung nya.

"Ih iya cantik apa?" Tanya Kevin.

"Kakak mu mau bilang apa?!"

"Oh dia mau bilang kalau kamu itu orang yang ku susahkan"

"Susahkan?"

"Iya, kan kau yang mengatasi fans-fans ku"

"Oh begitu. Hahahaha gitu aja kok diumpetin sih"

"Hehehehe"
--------------

Ini adalah hari yang sangat menyenangkan. Kevin akan mentraktir ku makan di café favoritku. Ada Cesil juga sih.

"Gimana tadi nikahannya? Sukses?" Tanya ku pada Kevin.

"Iya, mereka tak menyangka kalau aku bisa menyanyi. Ternyata tujuan awal mereka adalah mempermalukan ku. Menyebalkan bukan? Tapi jadinya mereka yang malu sendiri" jawab Kevin.

"Hahaha, selamat. Oh ya Cesil udah sampai loh katanya"

"Iya, dia juga udah sms berkali-kali. Mau ke salon dulu?"

"Ngapain?"

"Biar makin cantik. Udah deh ayo ikut aja"

Aku dan Kevin langsung menuju salon  ternama di kota ku. "Hei Kevin, aku tak bawa uang lebih" kata ku.

"Udah gak papa biar aku yang bayar. Semua aku yang urus"

"Eh tumben?"

"Udah nurut aja. Sana dandan yang cantik" kata Kevin sambil mengedipkan mata kepada para penata rias yang ada disana.

*30 menit kemudian..

Kevin tercengang melihat penampilan ku. Aku menggunakan dress biru tua dengan ornamen bunga lili berwarna putih. Sepatu hak tinggi berwarna putih dan tatanan rambut yang sangat elegan. Para perias itu benar-benar merias wajah ku dengan baik.

"Apakah ini tidak berlebihan hanya untuk pergi ke cafe?" Tanya ku.

"Tidak. Kau sempurna Vio. Tapi, mbak coba sini bawa lipstik lain" kata Kevin sambil memanggil salah satu penata rias.

Dia memgambil tisu dan menghapus lipstik yang ada di bibir ku perlahan-lahan lalu menggoreskan warna yang baru.

"Kau lebih cocok dengan warna merah menyala dari pada peach" kata Kevin. "Baiklah ayo menuju ke cafe!!"

Kevin menarik ku dan membawa ku menuju cafe. Kali ini dia berhasil membawa mobil jadi hiasan di rambut ku tak akan rusak.

Sesampainya di cafe, suasananya terasa beda. Aku merasa tempat itu menjadi romantis. Saat kami masuk, Cesil langsung melambaikan tangan nya. Beberapa orang memperhatikan ku dan Kevin.

"Cantiknya!" Puji Cesil.

"Makasih. Emang udah cantik dari dulu kok. Hehehe" jawab ku.

Baru saja duduk dan ngobrol sebentar dengan Cesil dan Kevin, tiba-tiba aku merasa ingin ketoilet.

"Ih aku ke toilet dulu ya. Nanti kalau ngompol kan repot hehe" kata ku tanpa menghiraukan jawaban mereka.


*Kevin Cesil, tanpa Vio*

"Jadi nembak hari ini?" Tanya Cesil.

"Tentu saja. Semua sudah di persiapkan. Pelayan yang ada di sana tinggal menunggu komando dari ku"

"Ya semoga lancar. Apa hadiahnya?"

"Cincin, cincin berlian" kata Kevin sambil memasang setangkai bunga mawar pada vas. "Aku memastikan dulu ya kejutan nya. Takut terjadi hal yang tak di inginkan"

Cesil memperhatikan dengan seksama langkah Kevin dan mendengus sebal. "Kau hanya tak tau jika sakitnya terkena duri pada bunga mawar bisa melunturkan rasa kagum mu pada mawar. Begitu juga cinta. Indah, tapi sangat menyakitkan saat kau terluka. Karena itu aku tak suka dengan yang namanya cinta. Kau hanya tak tau itu, Kevin" kata Cesil.

*toilet*
Aku langsung menuju toilet. Lega rasanya hehehe. Aku memperbaiki sedikit penampilan ku dan kembali menuju meja makan.

Saat berjalan di lorong, aku berpapasan dengan seorang laki-laki. Laki-laki? Tunggu dulu!

Aku langsung menoleh dan memanggil nama yang selalu tersimpan di hati ku.

"Vic...."

Aku berkata lirih tapi dia bisa mendengarnya. Dia berhenti. Jantung ku berdegup kencang.

"Vic.... Victor?" Kata ku.

Dia menoleh ke arah ku.

Victor???

-----------

Benarkah itu Victor? Kalau iya, bagaimana dengan Kevin? Ada apa dengan Cesil?

Vote vote yaaa :D

Bye bye.....

Kenapa harus aku??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang