I Know You

93 4 0
                                    

Sinar matahari menembus jendela kaca kamar ini. Aku membuka mata ku perlahan dan melihat Kevin tertidur dengan pulas sambil memeluk ku. Tubuh ku sekarang memakai kemeja milik Kevin. Ah, aku sudah melakukan hal terburuk di dunia. Aku menjual diri ku sendiri.

Aku ingin menangis lagi tapi pelukan Kevin yang hangat membuat ku tak jadi menangis. Ini terlalu nyaman.

"Kau sudah bangun?" Tanya Kevin. Aku hanya mengangguk. "Lalu kenapa kau tak bangun dan justru semakin dekat-dekat dengan ku?"

"Bukan kah aku sudah jadi milik mu Vin?" Tanya ku.

"Apanya yang milik ku?" Tanyanya balik.

"Bukan kah kita sudah melakukan itu tadi malam?"

"Itu apa?"

"Ihhhh kenapa kau pura-pura lupaaa!!"

"Apanya sih?! Kita gak ngapa-ngapain tadi malam"

"Apa? Tapi kan kau mencium ju dengan sangat kasar lalu.." Aku terdiam sejenak. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi. "Lalu, lalu aku lupa apa yang terjadi"

Kevin mengacak-acak rambut ku. "Yang benar adalah lalu tak ada apa pun yang terjadi. Kau pingsan setelah itu. Ku pikir kau sangat lemah, baru ku cium saja sudah pingsan apa lagi yang lain. Tapi ternyata kau demam tinggi. Aku merawat mu susah payah agar demam mu turun" jelas Kevin.

"Apa aku bisa percaya itu?"

"Terserah mau percaya atau tidak yang penting rumah mu tidak jadi disita. Perusahaan papa mu tak jadi bangkrut"

Aku langsung berkaca-kaca dan memeluk Kevin. "Huaaaa Kevin makasiiihhh. Aku sangat berterima kasihh" teriak ku.

"Iya, tapi karena acara tadi malam gagal gara-gara kau demam kau harus jadi pacar ku" kata Kevin sedikit malu-malu. Wajahnya memerah dan tak melihat kearah ku.

"Dengan senang hati tuan" teriak ku lagi.

Dia berdiri dan menuju kamar mandi. Sekarang sepertinya memang lebih baik aku hidup bersama dengan Kevin. Kenapa menolak orang yang sangat menyayangi dan peduli pada ku?

Ting tongg..

Bel rumah berbunyi. "Kevin ada tamu tuh" kata ku.

"Buka aja, mungkin kak Vino atau siapa gitu" jawabnya.

Aku langsung turun kebawah dan membukakan pintu. Ternyata Cesil yang datang. Wajahnya merah dan khawatir. Dia melihat penampilan ku dari atas ke bawah. Aku baru sadar kalau aku hanya mengenakan kemeja yang kedodoran dan hanya beberapa senti dari lutut.

"Apa yang dia lakukan padamu?! Kenapa kau kemari?" Tanyanya sambil memeluk ku.

"Cesil, Kevin tidak melakukan apa pun" jawab ku.

"Bohong! Lalu apa maksud  dari bekas ciuman di leher mu itu?"

Aku terkejut dan melihat ke cermin. "Kevinn!!! Kau bilang kita tidak melakukan apa pun semalammm!!" Teriak ku.

"Apaan sih! Emang enggak kok. Kalau bekas ciuman itu kan udah dari awal" teriak Kevin dari dalam kamar mandi.

Baru aku teringat semua. Aku meminta Cesil untuk duduk dan aku jelaskan semuanya pada Cesil.

"Hahahahahahaha bodoh sekali si Kevin itu" kata Cesil sambil terus tertawa terbahak-bahak.

"Bagaimana dengan orang tua ku? Mereka mengkhawatirkan ku?"

"Tidak, mereka terlalu sibuk. Hanya aku yang khawatir pada mu"

"Ok, itu sedikit menyebalkan"

"Tenanglah, orang tua mu hanya sedang kacau. Hei lalu kenapa Kevin bisa bergabung dengan kita walau tak dapat bayaran dari mu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kenapa harus aku??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang