My Vic

63 2 0
                                    

Sebenarnya bingung mau kasih judul part apa. Ya udah pakai judul "Vic Ku" aja.

Ok disini belum begitu banyak konflik sih. Tapi tetap baca ya.

Monggo!!
--------------------

Aku membuka jendela kamar ku dan melihat Victor sedang memarkir motornya di depan rumah ku. Aku langsung bergegas keluar rumah.

"Mah, pamit ya. Vio ngampus dulu" kata ku sambil mencium pipi mama ku.

"Gak bareng Kevin?"

"Bareng Victor mah"

"Sering banget keluar sama Victor. Kamu gak pacaran sama Victor kan Vio?"

"Ah mamah, mau tau aja. Kenapa sih?"

"Mama kurang suka dengan Victor. Usahain jangan ya"

"Eh kenapa mah? Dia kan baik?"

"Ah ada banyak hal yang tak bisa mamah ceritakan pada mu Vio" kata mama ku.

Aku hanya tersenyum dan keluar dari rumah. Victor tersenyum pada ku.

"Ayo!" Kata Victor.

Aku hanya terdiam. Mamah tak suka jika aku bersama Victor. Apakah Victor seburuk itu?

"Hei, kenapa diam saja?" Tanya Victor.

"Ah maaf aku hanya bingung mau bilang apa" jawab ku.

"Kau tak mau memeluk ku nona?"

"Boleh?"

"Tentu" jawab nya.

Aku langsung memeluknya. Hangat. Jarang sekali aku memeluknya. Hanya Kevin yang ada di sisi ku selama ini.

"Apakah parfum mu ganti?" Tanya ku.

"Tidak. Aku masih menggunakan parfum yang sama"

"Ah, entah kenapa aku merasa asing dengan ini"

Victor tak menjawab. Aku juga hanya terdiam. Aaahhhh! Kenapa jadi canggung gini sih?!

Tanpa ku sadari, motor Victor menuju ke arah yang berlawanan dari arah kampus.

"Hei, kita mau kemana?" Tanya ku.

"Ikut aja" jawabnya.

Hobi banget sih main rahasia-rahasiaan.

Kami berhenti di sebuah toko parfum. Apakah dia membeli parfum gara-gara perkataan ku tadi?

Dia menyebutkan beberapa merk parfum dan meminta ku untuk menghirup nya.

"Kenal dengan wangi ini?" Tanya nya sambil menunjukkan botol berwarna biru tua.

Aku menghirup bau parfum itu dan langsung berkata, "ini parfum Cesil!"

"Kau masih ingat ternyata. Lalu ini?"

"Tunggu dulu. Sepertinya aku kenal, tapi ini sudah agak asing dengan ku"

"Ini parfum ku saat SMA"

"Tunggu! Kau bilang tadi parfum mu gak ganti?!"

"Hehehe aku berbohong. Sepertinya aku salah menggunkan parfum tadi pagi"

"Dasar penipu!" Bentak ku. Dia mengambil botol lagi berwarna putih bening. Dia membuka tutupnya dan tercium aromanya.
"Ini parfum Kevin!" Kata ku.

Victor langsung melihat ke arah ku. Dia seperti terkejut.

"Kau bisa menghirupnya dari jauh?" Tanya Victor.

"Ya aku cukup familiar dengan bau ini" jawab ku.

Lagi-lagi dia menyebut kan merek parfum dan kali ini botolnya terlihat lucu. Berbentuk kepala kucing dan terbuat dari kaca.

"Ini untuk mu" kata Victor.

"Eh, makasih"

Dia menyemprotkan parfumnya sekali pada tubuh ku sebelum kami pergi. Sekarang tubuh ku jadi beraromakan parfum milik Victor.

Kami berhenti di sebuah apartemen. Pikiran ku mulai mengada-ada. Kenapa kami kemari?

"Aku punya kamar disini. Jika sedang tak ingin pulang, biasanya aku kemari. Ayo, ada yang ingin ku ambil di kamar ku" kata Victor sambil menggandeng tangan ku.

Ini sepertinya apartemen yang terlalu sederhana. Tak semewah yang ada di kota.

"Kenapa kau menyewa apartemen?" Tanya ku.

"Ada kalanya kita tak ingin pulang ke rumah kan?" Jawab nya.

"Iya mungkin kau benar. Kau tidak tinggal dengan orang tua mu kan?"

"Iya"

"Lalu kau tinggal dengan siapa?"

"Paman ku"

"Bukan kah paman mu di luar kota?"

"Kau terlalu banyak tanya, nona" kata Victor sambil mencubit pipi ku.

Ih nih anak. Mau pacar atau teman, tetap saja menyebalkan.

Victor membuka ruang kamar nya. Aku di suguhkan dengan pemandangan kamar yang sangat rapi dan teratur.

"Ini beneran kamar cowok?" Tanya ku.

"Iya, rapi kan? Tak seperti kamar mu" jawabnya.

"Ihh sekarang udah rapi kok"

"Hmm benarkan?"

"Eh? Tidak percayaa??"

"Haha iya-iya aku percaya. Mau masuk? Apa tunggu di luar aja?"

"Ya masuk lah"

"Kau tak takut aku menyerang mu? Aku laki-laki loh?"

"Ah Kevin sudah sering melakukan nya" kata ku enteng.

Tanpa ku sadari ekspresi Victor berubah. Eh? Sepertinya aku salah omong.

Dia langsung menarik lengan ku, mendorong tubuh ku ke sofa dan mengunci pintunya.

Aku terdiam, sedikit takut. Dia menatap ku dengan pandangan marah.

"Kau membuat ku marah Vio. Apa saja yang dia lakukan pada mu?!!" Bentak nya.

"Eh, bukankah Kevin memang sudah memanjakan ku sejak SMA?" jawab ku sedikit gugup.

Dia mendekati ku. Memegang pipi ku dan mencubitnya.

"Victoorr..!" Bentak ku.

"Kau pikir aku tak cemburu selama ini?"

"Selama ini? Sejak kapan?"

"SMA kelas 3"

"Kau selalu diam Victor. Gak pernah menunjukkan ekspresi cemburu sedikit pun"

"Aku tak mungkin memeluk mu dan mencium mu di sembarang tempat seperti Kevin"

"Lalu kenapa kau meninggalkan ku tanpa alasan?" Tanya ku.

Victor mundur satu langkah. Dia langsung masuk ke dapur. Astaga apa aku salah?

Victor muncul sambil membawa jaket. "Aku sudah mengambil yang ku butuhkan. Ayo ku antar kau ke kampus"

"Hei, kau marah?"

"Tidak"

"Ayo lah Victor, anak kecil juga tau kalau kau sedang marah"

"Aku gak marah Vio. Udah ayo!"

Dengan terpaksa aku berdiri dan mengikutinya dari belakang.
"Semua pembicaraan kita barusan tak ada satu pun yang terselesaikan" kata ku sambil menarik lengan nya.
------------

Kenapa harus aku??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang