Broken Night 2

70 2 0
                                    

Air mancur ini berhadapan dengan dinding kaca gedung megah ini. Terlihat dengan jelas Vic berdiri disamping Emi untuk memotong kue. Mereka tertawa bersama.

Aku benar-benar muak melihatnya. Dia tertawa diatas kebihongannya. Air mata ku menetes lagi. Suasana bahagia di dalam sana tak sesuai dengan suasana ku yang kedinginan dan sedih disini.

Ponsel ku berbunyi. Ada pesan disana.

From : Kevin
To : Vio

Bagaimana kejutan ku? Sangat menyenangkan bukan? Jangan menangis Vio. Ini keputusan mu. Kau membuang ku dan menerima Vic berengsek seperti itu. Aku tak akan menghapus air mata mu lagi Vio
-----

Aku tambah menangis tersedu-sedu. Siapa yang ada di pihak ku sekarang?

Meongg... Meongg..

Kucing Emi menghampiri ku dan duduk di pangkuan ku.

"Hai Vio, apakah kau tau kalau aku sedang sedih? Harusnya aku yang ada di dalam sana, tersenyum dengan Victor. Ah bukan, maksud ku Vic. Dia Vic bukan Victor" kata ku sambil terus menangis. Kucing itu menatap ku seakan ikut sedih terhadap apa yang terjadi pada ku.
"Aku sekarang sendirian Vio. Kevin sudah tak menemani ku lagi. Apa yang harus ku lakukan Vio?" Tanya ku pada kucing itu.

Dia tidur di pangkuan ku. Aku terus membelai bulunya. Halus dan membuat ku sedikit tenang.

"Vio.. " kata seseorang dari depan ku. Dia Cesil. Kucing itu langsung melompat dan pergi. "Vio, ada yang ingin ku katakan pada mu. Aku sangat membenci mu" kata Cesil.

Aku tercengang mendengar apa yang dia katakan. "Apa maksud mu Cesil?" Tanya ku.

"Aku senang melihat kau menangis dan kecewa seperti ini. Sangat senang. Karena dari dulu aku tak suka pada mu. Jadi mulai sekang, aku, kamu, Kevin, dan bahkan Vic bukan lagi teman. Kita semua saling benci sekarang. Selamat tinggal Vio. Dasar cengeng" jawabnya sambil berjalan meninggalkan ku.

Kali ini aku benar-benar tak bisa menahan kesedihan ku. Aku berlari keluar dari gedung itu. Aku terus berjalan meninggalkan tempat itu. Tak peduli lagi dengan apa yang dipikirkan orang-orang tentang ku.

"Kenapa gak turun hujan sih?!!" Teriak ku.

Tiba-tiba ada yang menepuk punggung ku. Aku menoleh dan menemukan kak Vino tersenyum pada ku.

"Ada apa Vio?" Tanya kak Vino.

"Gak apa-apa kok kak" jawab ku sambil menghapus air mata ku.

"Kok nangis sambil teriak-teriak minta ujan?"

"Lagi sedih kak"

"Kenapa?" Tanyanya.

Aku menangis lagi. Bahkan lebih parah dari tadi. Kak Vino memeluk ku dengan erat dan mengijinkan ku menangis sampai puas.

"Sudah keluarkan saja. Kalau sudah tenang baru kau bercerita pada ku" katanya sambil mengajak ku ke mobilnya.

Di dalam mobil aku mulai tenang. Kak Vino mengajak ku ke sebuah cafe.

"Aku pesanin coklat ya. Katanya bisa meningkatkan mood" kata kak Vino. Aku hanya mengangguk. "Baiklah Vio, apa kau mau bercerita?"

"Cesil, Victor, bahkan Kevin menjauhi ku sekarang" kata ku.

"Kenapa?" Tanya kak Vino.

Aku langsung menceritakan semuanya. Aku sudah tak menangis lagi sekarang.

"Apa aku salah jika menangisi itu semua??" Tanya ku.

"Tidak, sekuat-kuatnya orang pasti akan menangis jika hal itu menimpa dirinya"

Kenapa harus aku??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang