Who Is...

83 2 0
                                    

"Hati-hati ya" kata ku sambil memeluk Victor.

"Iya. Oh ya, besok aku ada acara jadi tak bisa mengantar mu. Tak apa kan?"

"Eh? Kemana?"

"Ada urusan bisnis. Butuh ku kirimkan taksi?"

"Ah tidak usah. Ada Kevin kok"

"Hei ingat ya, kau sekarang pacar ku. Jadi jangan terlalu dekat dengan nya. Ok?"

"Iya-iya, bye" kata ku.

Aku menutup pintu gerbang dan masuk kedalam rumah.
Ada aroma yang sangat ku kenali. Kevin!

Aku bergegas masuk ke rumah dan melihat Kevin duduk manis di ruang tamu.

"Kevin? Kok gak bilang?" Tanya ku sambil memeluknya dari belakang.

"Vio, aku akan menghukum mu" katanya sambil mencubit pipi ku.

"Kenapa Vin???"

"Sini deh duduk di samping ku" katanya sambil menarik lengan ku dengan lembut.

Aku duduk di sampingnya dan mendapat pelukan hangat dari Kevin.
"Kau nakal sekarang Vio" kata Kevin.

"Nakal? Bukan kah dari dulu?" Jawab ku.

"Tidak Vio. Kau tak pernah membolos sebelumnya. Pergi berduaan bersama cowok. Apa kau jual diri?"

"Kevin!! Aku hanya pergi dengan Victor"

"Kenapa dengan Victor?!" Bentak nya sambil mendorong ku hingga aku terbaring di kursi. "Kenapa? Kenapa kau menginap dengan Victor? Kau tidur dengan nya?!" Bentaknya lagi.

Aku terkejut Kevin bisa semarah itu. Terlihat jelas kemarahan dari kedua matanya. Aku masih terbaring di sofa dan Kevin masih memegangi kedua tangan ku dengan sangat kuat.

"Kenapa kau semarah ini?" Tanya ku.

Kevin mendekatkan hidungnya pada leherku. Aku sedikit takut. Perempuan mana yang tak takut saat berada dalam posisi seperti ini?

"Kau ganti parfum? Atau ini parfum Victor yang masih menempel pada tubuh mu?" Tanya Kevin.

"Ini parfumnya" jawab ku.

"Vio! Bisakah kau jaga sikap mu?! Bolos, pergi sampai malam, tidur dengan laki-laki, dan bahkan berpelukan saat di wahana. Kenapa kau jadi seperti ini? Aku yakin ini gara-gara Vic. Semua baik-baik saja sebelum dia datang. Ini pasti gara-gara dia menggoda mu. Dia benar-benar lelaki tak tau diri!"

"Cukup Kevin!" Bentak ku. "Apa salahnya bermesraan dengan pacar ku sendiri?!"

Dia terdiam. Sangat terlihat ekspresi terkejut dari mukanya. Aku mendorong tubuhnya dan aku berdiri tepat di depannya. Dia menatap ku penuh keterkejutan.

"Kau.. Kau bilang kau... Pacar?" Tanyanya gugup.

"Iya! Aku pacaran dengan Victor. Aku benar-benar tak suka kau menyalahkan nya. Kalau kau bilang Victor tak tau diri, lalu kau ini apa? Kau pikir kita tak bermesraan setiap saat? Padahal kita bukan pacar. Bukan kah itu lebih hina lagi? Lalu kau sebut apa dirimu selama ini Kevin?!!" Bentak ku. "Aku berusaha membuang sedihku karena selama ini kehilangan sesosok Victor dalam hidup ku. Dan kini dia kembali. Apakah kau tau kesedihan ku sepanjang hari memikirkan nya? Dan sekarang kau tak mendukung ku sedikit pun. Apa itu bisa di sebut teman?"

Dia berdiri, menatap kedua mata ku lekat-lekat.

"Aku melakukan itu semua untuk mu. Aku tak mau kau sedih. Aku selalu ada untuk mu Vio. Menemani mu saat kau membutuhkan ku" kata Kevin lembut sambil memegang kedua bahu ku.

Aku menatap nya lekat-lekat sama seperti caranya melihat ku.

"Kau pikir siapa yang paling menderita selama ini Vio? Aku mencintai mu sejak pertama kita bertemu. Makanya aku mendekati mu. Selalu ada bayang-bayang Vic di mata mu. Aku senang dia hilang. Tapi tetap saja di hati mu dia tidak hilang"

"Kau? Kau suka pada ku Kevin?" Tanya ku sedikit takut.

"Iya!! Kau pikir aku tak sadar kau hanya mendekati ku dan selalu memberi ku harapan palsu. Kau tau siapa yang paling menderita selama ini? Kau tau siapa yang selalu pura-pura tersenyum dan tertawa selama ini? Aku Vio!! Kau pikir tidak sakit selalu menjadi teman bagi mu?!!!" Bentak Kevin.

Aku mulai meneteskan air mata. Aku tak pernah tau itu semua. Kenapa aku tak merasakan itu semua selama ini? Kenapa aku tak menyadarinya?

"Jangan menangis Vio. Kau cantik dan manis. Jadilah milik ku dan aku akan melupakan semua kesalahan mu" katanya sambil mencoba mencium bibir ku.

Tapi aku langsung menutup bibir ku dan sedikit mendorongnya. "Maaf, aku milik Victor sekarang" kata ku.

Dia mundur selangkah dan tertawa. "Hahahah, bodoh!!! Sekarang terserah kamu!! Selamat menikmati permainan Victor. Jangan pernah menyapa ku lagi Vio. Aku tak ingin mengenalmu lagi!" Bentak nya sambil melempar kotak bludru warna merah pada ku.

Dia keluar dari rumah ku dan berlalu pergi. Kaki ku lemas sampai membuat ku terduduk di lantai. Ku buka kotak tadi dan menemukan cincin berlian di dalam nya. Ada selembar kertas disana, -will you marry me?-

Aku langsung menangis sejadi-jadinya. Aku kehilangan Kevin sekarang. Tanpa sengaja aku menjatuhkan gelas yang ada di meja.

Pelayan ku belum kunjung kembali setelah berbelanja. Aku terpaksa membereskan pecahan kaca itu sendirian.

Crass...

Ah jari ku terkena pecahan kaca. Air mata ku menetes bukan karena sakit, tapi hati ku yang sakit.

"Aaarrrggghhh!!!!!!" Teriak ku.

Aku menulis memo untuk pelayan ku agar nanti dia membereskan sisa serpihan ini.

Aku berlari ke kamar dan meluapkan semua kesedihan dan kebingungan ku disana. Aku kehilangan nya. Iya, dia telah hilang.
--------------

Kenapa harus aku??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang