"Alkohol"

297 13 2
                                    

Bik Mah duduk anteng di belakang, membersihkan sisa-sisa gosong nasi goreng di wajan. Beberapa nasi goreng yang selamat ia pindahkan ke piring. Hanya sepiring nasi goreng yang selamat ia letakkan di meja makan dengan segelas teh hangat.

Aku berjalan melewati pintu belakang lalu mengambil gelas di rak peralatan makan dan mengisinya dengan air mineral. Aku menegak segelas air mineral itu sampai habis lalu meletakkan gelas kosong itu di meja dapur. Bik Mah ada di halaman belakang, masih terdengar sangat sibuk membersihkan sisa-sisa gosong di wajan.

Aku memperhatikan Bik Mah dari jauh. 10 tahun beliau bekerja disini, itu bukanlah waktu yang singkat tapi beliau masih setia mengurus tempat seperti ini. Entah sampai kapan Bik Mah bisa bertahan.

Ngomong-ngomong tadi Bik Mah bilang Pak Tua itu kehabisan minuman ?. Aku menarik sudut bibirku lalu menyibak bak pakaian kotor yang Bik Mah taruh di depan kamar mandi belakang. Aku menyeringai mendapati sebotol alkohol dan membawanya bersamaku.

...

"Bun, aku berangkat dulu ya. Assalamu‟alaikum" pamit Riki

"Wa‟alaikumsalam. Hati-hati di jalan ya..."

"Tenang Bun, kan ada Pak Jo"

"Iya, den. Nyonya tenang saja, Den Riki biar Jojo yang antar. Dijamin aman sampai kampus ! Ya Den Riki ?"

Bunda Rama tersenyum melihat betapa pedenya Pak Jo. Riki hanya senyam-senyum saja lalu masuk ke dalam mobil, duduk di samping sopir. Pak Jo langsung duduk di kursi kemudi dan perlahan-lahan mobil bergerak mundur meninggalkan halaman rumah.

...

Aku memarkir motorku di tempat parkiran lalu melepas helm-ku. Rambutku yang diekor kuda kubiarkan berantakan. Aku mengangkat pergelangan tangan kiriku dan memperhatikan jam hitam manis yang bertegger di pergelangan tangan kiriku. Pukul 07.50.

Aku membuka bagasi motorku lalu mencantelkan helm-ku kemudian menutupnya. Tidak lupa aku mengecek alkohol Pak Tua yang kucuri itu di bagasi. Aman. Aku mencabut kunci motorku sambil menenteng tas laptopku lalu berjalan menjauhi tempat parkiran. Tujuan pertamaku adalah kantin.

"Oh, neng Tara. Kesiangan lagi ya neng ?"

Aku berdehem pendek lalu duduk di salah satu bangku plastik terdekat dengan kios mie ayam yang pemiliknya barusan menyapaku.

"1 mie ayam nggak pake kuah dan segelas cola ya neng"

Aku berdehem pendek lagi. Bapak-Bapak gendut berkumis itu, Wayan namanya, langsung memunggungiku dan menyiapkan pesananku yang sudah sangat beliau hafal sekali.

Aku mengeluarkan laptopku lalu membukanya. Aku menggerakkan kursornya sampai menyentuh icon start dan menekannya lalu membuka game yang akhir-akhir ini membuatku keranjingan. Zuma.

"Iki neng, Monggo dipuneca aken, mumpung isih anget"

Aku melirik sedikit bapak-bapak gendut berkumis itu yang akrab dipanggil Bli Wayan itu. Padahal orang bali tapi bahasa jawanya fasih sekali.

Bli Wayan tersenyum hangat padaku dan bergegas balik, stand by di kiosnya. Aku menunduk menatap mie ayam yang masih panas itu. Aku menyingkirkan laptopku dan mulai menyantapnya, memuaskan nafsu perutku yang keroncongan sejak tadi pagi. Soal nasi goreng itu ?. Kutinggalkan.

...

Riki melirik seseorang yang duduk santai di kantin UI sepagi ini. Gadis itu adalah orang pertama yang sudah duduk anteng di kantin dan menikmati mie ayam. Jari tangan kirinya asyik memainkan sebuah game di laptopnya sementara tangan kanannya sesekali menyuapkan mie ayam ke dalam mulutnya.

Soundless VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang