Aku mengernyit saat tiba-tiba cahaya matahari terhalang oleh sesuatu. Aku mendongak dan mendapati tubuh tegap di hadapanku.
"Riki" gumamku begitu menyadari siapa itu.
Riki tersenyum lalu memilih duduk di sampingku dalam diam.
Aku menunduk dan dengan sengaja membiarkan beberapa helai rambutku jatuh menutupi wajahku. Tepatnya menutupi mata pandaku. Riki entah mengapa memilih bungkam saja. Diam-diam aku melirik wajah Riki dan kulihat dagu dan pipinya masih tertutup. Aku jadi teringat cara jatuh Riki yang aneh kemarin. Aku teringat mimpiku lagi. Entah kenapa jadi kepikiran lagi.
"Mau apa ?" tanyaku dingin.
Riki menatapku lalu tersenyum "Nggak... cuman pingin aja mandi matahari pagi"
"Heh, kenapa juga musti di sebelahku"
"Eh, apakah tempat ini sudah dipesan orang ?"
Aku mengernyit kesal dengan sikap polos Riki yang entah memang asli polos atau pura-pura polos. Aku merasa seperti dipermainkan dan benar saja Riki menyeringai. Sebal !.
Aku langsung berdiri dan hendak berjalan menjauhi Riki tapi tangan Riki gesit meraih tangan kiriku. "Ahh !" jeritku tanpa sadar.
Riki tertegun dan buru-buru melepaskan tangannya. Aku mengernyit lagi sambil memegangi lengan kiriku. Sial ! Rasa perihnya masih ada.
"Ah, maaf ! Nggak sengaja... eh, maksudku.. aku nggak bermaksud..."
Aku menatap tajam Riki lalu berjalan cepat menjauhi Riki tapi Riki bergegas berdiri dan menjajari langkahku.
"Tara... maaf, aku nggak bermaksud... itu... aku benar-benar minta maaf"
"Apaan sih ! Udah biarin gue sendiri napa ?!"
"Tara, serius aku mau minta maaf"
"Iya, iya, duh, udah biarin gue sendiri"
Riki mendadak mencegat langkahku dan aku menabrak dada bidangnya. Aku tertegun, aroma parfum yang dipakai Riki langsung mengalihkan pikiranku. Entah kenapa aku langsung jatuh cinta dengan aroma Riki. Sial ! Riki pake parfum apaan sih !.
"Tar..."
Aku langsung tersadar dan berjalan mundur dengan panik "Uwoaahhh !" jeritku tanpa sadar. Aku terantuk kakiku sendiri dan jatuh dengan pantatku lebih dulu.
"Adududududuh..."
"Ah, maaf ! maaf ! aku benar-benar minta maaf !" Riki gelagapan panik.
Sudah 2 kali dia membuatku celaka. Aku mendongak mengamati ekspresinya dan aku melihat ada kejujuran di matanya itu yang membuatu tidak bisa marah.
Riki memegang lengan kiriku dengan maksud membantuku berdiri dan sekali lagi rasa perih itu menjalar sampai seluruh tubuh. Perih !.
"Akh, ma... maaf... aku..." Riki buru-buru melepaskan tangannya dan sekali lagi aku menatap wajah Riki marah.
Riki balas menatapku dengan tatapan benar-benar merasa bersalah sampai kehilangan kata-kata.
Riki jongkok di depanku dan menenggelamkan wajahnya ke dalam lengan yang sudah ia lipat di atas lutut. Riki sempat mengintip di sela lengannya lalu menghela nafas panjang.
"Maaf... aku benar-benar minta maaf"
Aku diam saja menatap tajam Riki. Riki menatapku takut-takut. Ya ! Dia memang salah tapi aku tidak bisa marah dan malah... reaksinya itu... cute ?. Arrgh, mikir apaan sih ?!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soundless Voice
Teen FictionNamaku Tara. Aku tidak punya apa-apa. Kupikir aku sudah membuang segalanya, tapi ternyata tidak. Namanya Riki. Entah bagaimana caranya ia mengembalikan apa sudah kubuang mati-matian Saat kupikir kau sudah mengembalikan semua yang sudah kubuang, kau...