KEDUAPULUH LIMA

17.6K 621 7
                                    

Author POV

Andin berangkat kekampus diantar oleh Abangnya. Padahal Andin ingin mengandarai motornya sendiri. Andin berjalan menuju kelasnya. Ini hari rabu. 1 bulan lagi Andin akan KKN. Andin disibukkan dengan tugas-tugasnya. Sehingga Andin bisa SEDIKIT melupakan rasa sakit hatinya. Tapi itu hanya saat Andin berada dikampus. Selebihnya Andin pasti terbayang akan kejadian-kejadian yang telah ia lewati bersama 'dia'.

Andin tiba-tiba berhenti karena ada orang yang menghalangi jalannya. Karena Andin berjalan menunduk, Andin tak dapat melihat siapa orang yang telah menghalangi jalannya.

Andin terkejut saat tahu bahwa orang itu adalah 'dia'. Andin mendengus sebal melihatnya. Sedangkan Nathan tidak tahu kenapa perasaannya seperti ini. Nathan merasakan jantungnya berdebar-debar, dan ada rasa kehilangan saat Andin tak disampingnya. Cukup lama mereka saling pandang karena bingung siapa yang akan mulai berbicara. Andin paling tidak suka akan keheningan bila ada orang disamping, didepan, atau dibelakangnya namun diam saja. Berbeda halnya dengan sendiri, disaat sendiri Andin akan sangat menyukai keheningan.

"Awas Aku mau lewat" akhirnya Andin pun bersuara. Namun Nathan hanya diam, dan itu malah membuat Andin sebal.

"Awas atau Aku baka-"

"Atau apa Ndin. Kamu bakalan menjerit gitu. Silahkan Ndin. Aku gak takut"

"Kalo kamu gak takut kenapa kamu potong omongannku?"

Yes!! Nathan terdiam. Ucapan Andin ada benarnya juga.

"Ndin bisa kita bicara sebentar. Hanya sepuluh menit" mohon Nathan.

Andin melihat jam tangannya. Andin menghela nafasnya lalu mengangguk. Dan itu membuat Nathan tersenyum padanya. Andin seperti tersihir melihat senyuman 'dia'  yang telah menjadi senyum favoritnya.

Mereka berjalan ketaman belakang kampus, dalam diam.

"To the point. Aku gak bisa lama-lama" lagi-lagi Andin bersikap dingin pada Nathan. Membuat laki-laki itu kembali menghela nafas kasar.

"Sebelumnya selamat ulang tahun Andin. Dan Aku mau minta maaf sama kamu, Aku udah tau apa yang membuatmu seperti ini. Aku juga udah nanya sama diriku sendiri. Iya. Kamu bener, cuma Aku yang tau kenapa kamu jadi dingin gini. Hhhh. Sekali lagi maaf Ndin,  Aku gak bermaksud menjadikanmu pelam-"

"Kalo kamu ngajak Aku kemari cuma mau minta maaf. Mungkin untuk saat ini Aku belum bisa maafin kamu. Tapi Aku janji Aku bakalan maafin kamu kok. Jadi kamu tenang aja oke" Andin menatap Nathan, tepat dimanik matanya 'Ya Allah kuat kan Aku' ucap Andin dalam hati.

"Dan satu lagi, anggap aja kita gak pernah kenal. Kalo kita saling jumpa dikampus, atau dimanapun itu jangan ada yang saling sapa" Andin menghela nafasnya sebentar, ucapannya baru saja akan dipotong Nathan namun Andin menggeleng "Gak menerima penolakan. Ini yang terbaik bagi kit- Eh bagiku. Terimakasih karena kamu telah memberi izin padaku untuk mencintaimu. Kamu cinta pertamaku Nhat. Kamu juga yang pertama telah menghancurkanku. Satu lagi jangan pernah memandang orang dengan perasaan kasihan. Itu sakit Nhat. Sangat." Andin merasa lega dan hancur bersamaan. Dia lega karena dia telah menyatakan cintanya. Dia hancur karena dia dikhianati. Cinta dan patah hati itu satu paket lengkap.

Andin bangkit dari duduknya, dan sedikit membungkuk.

Cup!

Andin menciup Nathan dipipinya. Andin segera melangkahkan kakinya karena ia blushing. (Andin labil)

Nathan seperti tersengat listrik saat pipinya dicium oleh Andin.
Nathan terdiam cukup lama. Sampai dia tidak menyadari kalau Andin sudah pergi. Nathan menyesal. Ya. Dia menyesal. Tanpa sadar air matanya meluncur dengan indah dipipinya. Nathan mengerang frustasi dan mengacak-acak rambutnya kasar.

"Akhhh seharusnya gue sadar kalo selama ini gue juga cinta sama Andin. Gue gak pernah merasakan seperti ini sama Qila. Akhh gara-gara wanita itu!! Akhhh. Bodoh. Bodoh" teriak Nathan.

°°°°°°°°°°°°°°°°°

Part ini terinspirasi dari lagunya -Republik Izin Aku Mencitaimu-.

Vote dan Commenntya ya gays..






























































Al

PELAMPIASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang