"Asta kamu kenapa?" tanya Naza. Saat ini mereka lagi dikantin. Andin hanya memesan jus pokat, dia tidak nafsu makan hari ini."Dan kenpa kamu semalem gak ngampus" tanya Naza lagi.
"Nanti aja Aku ceritain, Aku pulang bareng kamu ya" ucap Andin.
"Tap-" ucapannya terpotong karena mendapat pelototan dari Ririn."Iya-iya" ucap Naza
Ririn memang ada disini. Andin telah memaafkannya. Kalau Andin menjadi Ririn, diapun akan melakukan hal yang sama.
"Pulang yuk" ucap Andin tiba-tiba. Disana, dipintu masuk Andin melihat 'dia' berjalan kearahnya. Dan Andin sudah berjanji akan mencoba menghindarinya sebisa mungkin. Walaupun hatinya berkata lain.
Ririn mengikuti arah pandang Andin. Ririn tau kenapa Andin mengajaknya pulang.
"Yauda yuk" ajak Ririn.
"Yauda deh yuk" ucap Naza.
Mereka pun berjalan keluar kantin. Saat Andin melangkahkan kakinya kearah pintu. Namanya dipanggil seseroang. Andin tau siapa yang memanggilnya. Andin pun tidak menghiraukan suara yang memanggilnya terus.
"Andin tunggu" ucap Nathan dan mencekal tangan Andin.
Dan mau tak mau Andin pun berhenti. Begitu juga kedua sahabatnya. Lagi-lagi darah Andin berdesir saat kulit mereka bersentuhan.
"Eng-- kita tunggu diparkiran Ta" ucap Ririn. Dia berbisik kepada Andin. "Selesain masalah kamu sekarang Ta. Oke good luck" dan Ririn pun pergi.
Nathan langsung mengajak Andin ketaman belakang kampus. Andin hanya mengikuti kemana dirinya dibawa oleh Nathan. Andin tau saat seperti ini akan tiba. Dan ini lah saatnya.
"Duduk" ucap Nathan dingin.
"Kamu kenapa ngejauhin Aku Ndin. Apa salahku. Jawab Ndin" ucap Nathan lagi.
"Andin. Andin Pingkiya Alasta. Jawab" ucap Nathan dengan suara yang meninggi.
Andin mengangkat kepalanya dan menatap Nathan. Nathan terkejut melihat wajah Andin. Andin menatap lama Nathan. Matanya mulai berair. Andin kamu tidak boleh menangis dihadapan sibrengsek ini. Kamu gak maukan dipandang dengan rasa kasihan? Suara hati Andin berkata. -Aku gak boleh nangis dihadapan dia. Tapi Aku gak tahan. Nahan air mata itu sakit-.
"Andin tolong jawab Aku" ucap Nathan kali ini dengan suara pelan.
Andin mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya. Andin berusaha mengurangi rasa degup jantungnya saat ini. - Apa ini waktunya Aku pergi dari dia?- Andin kembali berbicara dengan hatinya.
"Andin jawab" ucap Nathan. Dan mengeratkan genggaman tangannya.
"K-kamu tanya Aku kenapa?" tanya Andin baik-baik. Nathan mengangguk."Kamu gak sadar Than. Seharusnya Aku yang nanya kekamu kenapa Aku kek gini. Kalau kamu mau tau jawabannya kamu tanya sama diri kamu sendiri. Nathan Avriansyah Anggara" ucap Andin. Andin berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Nathan yang bengong.
"Apa jangan-jangan Andin udah tau? Tapi siapa yang kasih dia tau" tanya Nathan pada dirinya sendiri.
°°°°°°°°°°°°°°
Next part ke-24nya spesial buat Mbak Asta ya..
Vote dan kommentnya jangan lupa..
Al
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAMPIASAN
Teen Fiction"Dia, dia hanya pelampiasanku" Nathan Avriansyah Anggara. "Terimakasih, telah hadir untuk waktu beberapa bulanmu, dan terimakasih Telah menjadikanku pelampiasan Than" Andin Pingkiya Alasta.