Author POV
Sore harinya Andin pulang diantar oleh kedua sahabatnya. Sesampainya dirumah, mereka naik keatas. Ke kamar Andin. Sesampainya dikamar, mereka kembali menangis karena melihat 2 buah koper sudah stay disamping lemari. Andin hanya tersenyum, melihat kedua sahabatnya itu. Naza dan Ririn pun menginap dirumah Andin dengan alasan tidak mau telat mengantar Andin kebandara.
"Ta, ada yang nyariin tuh" kata Naza. Andin yang sedang memainkan ponselnya pun mengangguk.
"Dibawah ya, Ta. Asta apapun katanya nanti, perasaan kamu gak boleh goyah karena dia oke" ucap Naza lagi. Andin menghela nafas lalu mengangguk. Andin keluar dari kamarnya menuju kebawah. Andin menghela nafas kembali. Sebenarnya Andin belum siap bertatap muka langsung oleh 'dia'. Selama ini Andin selalu menghindar darinya. Karena Andin belum siap.
"Bicara diluar aja" ucap Andin dingin, dan melewati Nathan yang sudah duduk disofa rumahnya.
Nathan menghela nafas lalu mengangguk. Nathan sudah memikirkannya, dia benar-benar ingin meminta maaf dengan tulus dan akan mengutarakan perasaannya.
"To the point aja. Aku gak bisa lama-lama" ucap Andin dingin.
"Aku kesini ingin meminta maaf sama kamu Ndin. Aku benar-benar menyesal Ndin. Aku pengen mengulang dari awal sama kamu" Nathan berhenti sejenak "A-Aku jatuh cinta sama kamu Ndin. Aku udah gak ada hubungan apa-apa lagi sama Qila Ndin" ucapan Nathan mampu membuat Andin emosi. Segitu gampangnya dia bilang cinta setelah apa yang telah diperbuat olehnya.
"Oke Aku maafkan. Tapi, Aku gak bisa nerima cinta kamu. Aku yakin omongan kamu itu semua hanya bullshit. Kamu bilang cinta ke Aku hanya karena rasa kasihankan?" ucap Andin dingin.
Air mata sudah menggenang dipelupuk matanya. Sekali lagi Andin berucap didalam hatinya "jangan menangis dihadapan dia".
"Ak- Aku gak bermaksud seperti itu sama kamu. Aku baru sadar kalo Aku emang cinta sama kamu. Aku nyaman sama kamu Ndin. Aku damai bila disamping mu "ucap Nathan dengan suara bergetar. Ini pertama kalinya dia seperti ini kepada cewek. Dulu saat dia bersama Aqila tidak pernah seperti ini.
"Tolong Ndin beri Aku satu kesempatan lagi" pinta Nathan, dan memegang tangan Andin.
Andin menghempaskan tangan Nathan. Andin seperti jijik melihat Nathan.
"Seandainya kamu bilang hal ini dibulan-bulan lalu mungkin Aku akan mempertimbangkannya. Dan asal kamu tau Than, Aku tersiksa seperti ini. Kemana aja kamu selama ini. Kamu menghindar kan dari Aku. Kamu tidak berusaha untuk memperjelas semuanya dan me-"
"Bukannya kamu yang minta dijauhin. Bukannya kamu yang menghindar Ndin. Aku melakukan apa yang kamu inginkan Andin" ucap Nathan dan berbalik memunggungi Andin.
"Kamu itu tidak tau Than. Aku bilang seperti itu agar kamu peka. Agar kamu sadar kesalahan kamu Than"
"Jadi " tanya Nathan.
"Apanya?"
"Gak ada lagi kesempatan buat seorang cowok brengsek seperti diriku ini buatmu "
Andin diam. Disisi lain dia masih mencintai Nathan. Namun disisi lainnya dia takut bila Nathan hanya ingin mempermainkannya.
Nathan menghela nafasnya dan berbalik badan hingga Andin yang berada dihadapannya terkejut melihat Nathan yang menangis. Andin menunduk, tidak berani menatap Nathan takut perasaannya goyah.
"Baiklah Ndin. Bila ini yang terbaik bagi kita Aku bisa apa. Terimakasih buat semuanya. Terimakasih buat waktunya. Dan terimakasih telah mengajarkan Aku apa itu cinta yang sebenarnya" Nathan sedikit membungkukkan badannya dan
Cup. Nathan menecup kening Andi selama beberapa detik, dan itu berhasil membuat Andin menegang dan blushing disaat bersamaan.
Nathan yang melihat Andin blushing pun hanya tersnyum. Nathan yakin suatu hari nanti Andin akan kembali padanya.
"Aku akan melepasmu tahun ini. Namun Aku janji tahun-tahun berikutnya Aku akan merebutmu dari laki-laki manapun itu. Aku janji Ndin. Cuma kamu yang bisa membuat seorang Nathan yang brengsek ini menangis dan mengemis hanya karena seorang perempuan. I Love You Ndin" sekali lagi Nathan mencium kening Andin dan malangkahkan kakinya keluar rumah Andin.
"Aku pegang janji mu Nathan Avriansyah Anggara" ucap Andin didalam hatinya.
°°°°°°°°°°°°°°°°
Esok paginya , mereka sarapan terlebih dahulu karena pesawat Andin terbang jam delapan sedangkan sekarang sudah jam tujuh. Ibu Ira (Mama Andin) tak henti-hentinya menangis. Sampai orang-orang disitu pun sulit menenangkannya.
Setelah selesai sarapan Andin pamit kekamarnya untuk mandi dan menyiapkan hatinya lagi. Lima belas menit berlalu. Andin keluar dari kamarnya dengan pakaian simple. Jeans hitam panjang, blouse biru panjang dan pashmina yang melekat dikepala cantiknya, serta jaket kulit bewarna hitam. Andin sudah memantapkan niatnya untuk berhijab. Dan mulai hari ini dia akan menjalankan niat baiknya itu.
"Subhanallah, ini kamu Ta. Cantik banget. Tau gini mending kamu berhijab dari dulu" kata Ririn yang pertama kalinya melihat Andin.
Andin hanya tersenyum. Dan mengedarkan padangangannya kepenjuru rumah ini. Setelah terekam jelas segala sudut rumahnya Andin menyusul anggota keluarganya didepan.
Naza dan Ririn duduk dikursi belakang. Andin dan Mamanya duduk dikursi tengah sedangkan Papa dan Dhika duduk didepan. Dhika menjalankan mobilnya keluar rumah sesekali dia mencuri pandang adiknya itu. Andin yang merasa diperhatikan pun membuang pandangannya keluar jendela. Andin kembali teringat kejadian tadi malam. Air mata kembali meluncur dari matanya.
Saat Andin ingin menghapusnya, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menghapusnya duluan. Andin menoleh kesamping dan tersenyum.
"I love you Mom" ucap Andin tanpa suara, hanya menggerekkan bibirnya dan memeluk erat Mamanya.
°°°°°°°°°°°°°°°
Alhamdullillah. Satu part lagi cerita ini selesai. Gak terasa banget.
Ada yang nunggu extra partnya gak?? *nolehkekiridankekanan* yauda deh kalau gak ada, tapi Al tetap buat extra partnya, walaupun gak ada yang nungguin.
Sesuai riqusetnya Nathan, cerita absurd ini akan ada squeelnya. Judulnya "Cinta Yang Sama".
Pliss tinggal kan vote dan comenntnya ya readers..
Al

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAMPIASAN
Fiksi Remaja"Dia, dia hanya pelampiasanku" Nathan Avriansyah Anggara. "Terimakasih, telah hadir untuk waktu beberapa bulanmu, dan terimakasih Telah menjadikanku pelampiasan Than" Andin Pingkiya Alasta.