"Asta akhir-akhir ini, kamu makin deket aja sama Bang Nathan"tanya Naza. Saat ini kami lagi di kafe."Iya, Za tapi Aku bingung nih" ucapku.
"Bingung kenapa? Cerita-cerita??"ucap Naza semangat.
"Aku kalo deket dia tuh deg-degan mulu, Aku juga ngerasa nyaman gitu kalo deket sama dia"
"Jangan-jangan kamu suka sama bang Nathan Ta"
"Apa iya Za?. Emang dulu kamu sama Rio gitu" ucapku. Naza mendengus mendengar perkataanku.
"Dulu sih gitu Ta waktu pertama-tama dulu, tapi lama kelamaan ya biasa aja, malah makin nyaman. Sekarang kamu tanya dulu sama hati kamu, bener gak yang Aku bilang tadi. Ini yang pertama kan bagi kamu?" tanya Naza.
"Iya ini yang pertama" gumamku.
"Nah kalo kamu udah jatuh cinta sama Bang Nathan kamu harus siap buat sakit hati"
"Sakit hati" ulangku
"Iya sakit hati. Dalam hubungan gak ada yang namanya adem ayem tentram dan kawan-kawannya. Pasti ada aja masalahnya"
"Apa dia bakal buat Aku sakit hati Za"tanyaku
"Ya gak tau. Kitakan gak tau kedepannya gimana Ta?"
"Tapi Aku jadi takut Za"
"Takut kenapa? Sakit hati?" ucapnya. Aku mengangguk.
"Gini ya Ta, biasanya kalo orang lagi patah hati, hubungannya makin romantis, tapi ada juga yang makin buruk. Dan itu berdampak bagi yang sakit hati"
"Apa Rio pernah bikin kamu sakit hati Za?"
"Pernah, tapi kami makin deketkan, makin romantis. Intinya didalam hubungan itu adalah harus jujur kepada pasangannya. Dan harus saling percaya juga Ta" guru Naza.
°°°°°°°°°°°°
"Bang " panggilku, sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Bang"
"Bang"
"Bang Dhika Riandi Alsta bukain pintunya??" Kemanasih Abangku ini. Aku sibuk mengetuk pintunya sampai pintu terbuka pun Aku tak sadar dan terus memukulnya yang ternyata wajahnya bang Dhikalah yang kuketuk dari tadi.
"Ap- Aw. Sakit Dek, apaan sih kamu ini. Kalau merah gimana muka Abang"ucapnya lebay.
"Ya diobatilah, Abangkan dokter" ucapku sambil mengangkat bahu.
"Bang, Andin boleh masuk nggak"
"Nggak. Udah sana-sana ganggu orang aja"usir bang Dhika.
"Ih pelit banget" ucapku
"Yauda cepet" ucapnya membuatku tersenyum. Aku langsung masuk kedalam kamarnya.
"Dek bagus kamu keluar dulu. Abang mau pake baju. Cepet"
"Yaudah sih tinggal ambil bajunnya dan pakenya dikamar mandi" ucapku. Bang Dhika mendengus lalu berjalan kearah lemarinya mengambil pakainnya, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Lima menit kemudian Bang Dhika keluar dengan pakain yang sudah melekat dibadannya.
"Dek?"
"Hhmm"
"Kamu tadi manggilin Abang mau ngapain" kata Bang Dhika.
"Bang Aku boleh nanya gak?"tanyaku. Bang Dhika melihatku dengan dahi berkerut, satu kata buat Abangku. Ganteng.
"Nanya apa"
"Eng, bang kalo orang jatuh cinta itu harus sakit hati sakit hati ya?"
"Kenapa? Kamu lagi jatuh cinta, lagi patah hati?"
"Tinggal jawab jugak"
"Iya. Kalo udah jatuh cinta ya udah pasti sakit hati"
"Sakit hati itu gimana, sama gak rasanya sakit hati sama temen, keluaraga, ora-"
"Beda. Yang jelas ini lebih sakit. Sebenernya sakit hati itu sama kayak kecewa Dek. Bahkan kami para dokter aja susah bahkan gak bisa nyembuin sakit hati"
"Isssh, Abang"
"Kamu sebenarnya kenapa? Lagi jatuh cinta hmm"
"Abang pernah sakit hati atau kecewa gak sama Mbak Indi"
"Pernah!!"
"Kapan?"
" Waktu Abang mau wisuda dulu, inget gak gimana keadaan Abang" Iya Aku inget waktu itu, kan Aku jadi takut.
"Belum dicoba kok udah takut"
"Loh Abang kok tau itu yang lagi Aku pikirin"
"Dek gini, kalo kita jatuh cinta, terus sakit hati, itu tandanya hubungan kita hidup, sehat gitu. Beda dengan hubungan yang tidak pernah terkena masalah, itu hubunganya gak harmonis, gak saling peduli. Tapi ya gak terus bikin masalah dengan alasan agar hubungannya hidup. Kalo bisa ya dihindari. Yang terpenting itu, kita saling jujur, saling percaya sama pasangan" ucap Bang Dhika. Aku hanya manggut-manggut aja.
"Abang sama Mbak Indi gitu juga ya?"
"Iyalah"
"Kok Aku jadi takut jatuh cinta ya Bang"
"Emang kamu jatuh cinta sama siapa? Sama yang cowok tinggi, putih itu dek?" Aku mengangguk.
"Tapi dek kalo Abang lihat-lihat cowok itu cocok sama kamu"
"Naza juga bilang gitu bang. Tapi masalahnya Aku masih ragu bang"
"Emang dia udah nembak kamu dek?" Nah itu dia yang Aku bingungin.
"Belum"jawabku pelan. Bang Dhika tertawa pelan.
"Haha.. jadi kenapa kamu nanya sampe jauh gitu dek"
"Yakan buat persiapan"
"Pengen kali emang kamu ditembak sama dia, kalo dia cuma mau deket doang sama kamu gimana?" Iya ya. Bener juga yang dibilang bang Dhika.
°°°°°°°°°°°°°
Hay jumpa lagi dengan Al di part keenam. Next part ketujuh. (yaialahanaksdjugatau). Haha
Jangan lupa Vote dan Comentnya ya. :) kayak biasa..
Muleateda.. :)Al
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAMPIASAN
أدب المراهقين"Dia, dia hanya pelampiasanku" Nathan Avriansyah Anggara. "Terimakasih, telah hadir untuk waktu beberapa bulanmu, dan terimakasih Telah menjadikanku pelampiasan Than" Andin Pingkiya Alasta.