Sesampainya para bintang tamu, mereka mulai berkunjung ke setiap kelas untuk memperkenalkan dirinya masing-masing walaupun seluruh sekolah itu pasti sudah mengenalnya terlebih dahulu. Setiap perkenalannya ada diselingi beberapa candaan yang membuat semua orang tertawa.
Tak terasa perkenalan itu menyita waktu setengah hari hingga satu jam lagi para murid mengakhiri pelajarannya. Para staf mulai memisahkan barang-barang yang akan dibawa kembali dan barang-barang yang akan ditinggalkan.
Cherry yang sedang di toilet membuka ponselnya sesaat setelah ponselnya bergetar lalu menekan tombol hijau yang ada pada layar ponselnya. Cherry berjalan keluar dari toilet yang sedikit jauh dari lokasi syuting dan ruang khusus tamu. Tidak ada signal di sana, terpaksa ia harus keluar melewati lapangan depan untuk mencari signal.
Seorang wanita yang duduk di kursi penumpang belakang kursi supir terus melihat keluar lewat jendela mobil. Mobil yang ditumpanginya melewati sebuah sekolah dan pandangannya menangkap seorang gadis yang sedang berdiri menunduk menatap ponsel di tangannya. Secepat kilat wanita yang tidak terlalu tua dan tidak muda juga menyuruh supir pribadinya itu untuk berhenti
Wanita itu turun dari mobil dan berdiri sambil menatap gadis itu. Sebuah pukulan keras tiba-tiba terasa dalam hati wanita itu. Akhirnya, setelah menunggu begitu lama. Akhirnya.
"Cherry!" Teriakan wanita itu membuat si pemilik nama menoleh ke arah suara. Ternyata wanita itu adalah Mamanya. Ibu yang melahirkannya. Ibu yang selalu dirindunya. Ibu yang selama ini dicarinya. Yang selama ini sudah hilang kontak dan bertemu lagi dalam kondisi seperti ini. Takdir mempertemukan kami kembali.
Ada rasa senang dicampur dengan rasa sedih. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang akan dilakukannya selanjutnya? selama beberapa bulan ini tanpa Ibunya, banyak orang yang telah menemaninya di saat kesepian, putus asa, dan lain-lain. Bagaimana dengan orang yang sudah terlanjur dicintainya? Apa keputusan yang akan diambilnya selanjutnya?
"Mama?" Cherry bertanya pada dirinya sendiri. Apa benar itu mama? "MAMA!!" Teriak Cherry sekali lagi lalu berlari ke dalam dekapan Mamanya.
"Kau tidak apa-apa?" Mama mengelus kepala Cherry dengan kedua tangan dan melihat ke seluruh tubuh Cherry. Memutar tubuh Cherry ke kanan dan ke kiri membuat angin sepai sepoi menerbangkan rambutnya. "Mengapa kau bisa hilang begitu saja dari bandara waktu itu?"
"Aku juga tidak tahu. Kejadiannya sangat cepat." Cherry meneteskan air mata kesenangan setelah bertemu dengan Ibunya kembali.
"Mama sangat putus asa saat kehilanganmu. Mama kira kita sudah tidak akan bertemu kembali." Terlihat raut wajah putus asa yang terukir di wajah Ibunya.
"Mama." Cherry memeluk kembali ibunya.
"Bagaimana selama ini? Kau tinggal di mana? Kau pasti sangat kesulitan karena tidak ada mama." Mamanya sudah mengetahui bagaimana sifat Cherry. Gadis kecilnya itu akan kesulitan tanpa Mama di sampingnya.
"Tidak juga. Ada orang yang sangat baik yang membantuku."
"Benarkah? Siapa? Kenalkan pada Mama. Pria atau wanita?"
"Hm." Cherry berpikir sejenak apa ia harus memberi tahu Ibunya atau tidak. "Pria." Akhirnya Cherry memutuskan untuk memberi tahu yang sebenarnya. Semoga saja Mama tercintanya tidak memarahiku.
"Apa?!" Mama membulatkan matanya. "Kau selama ini tinggal di rumah pria? Berdua?" Cherry mengangguk. "Apa kau sudah gila? Bagaimana jika ada hal negatif terjadi padamu?" Mama meninggikan suaranya.
Dari semua orang yang mengetahui bahwa Cherry tinggal berdua dengan pria, semuanya menganggap Cherry bodoh. Cherry sudah terbiasa dengan pandangan orang tentang itu. Ia sudah sangat terbiasa dengan ocehan dari orang yang mengetahui apa jawaban Cherry. Ia sudah siap mental jika orang bertanya pertanyaan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Seoul
FanfictionSeorang gadis berusia 16 tahun dipaksa Mamanya untuk bersekolah di Korea. karena kemalangan yang menimpanya, ia kehilangan jejak Mamanya sehingga ia harus menumpang di rumah seorang pria yang tinggal seorang diri dirumah yang sangat megah sambil men...