Pria jangkung itu bangkit dari kursi dengan tangannya yang masih menggenggam erat tangan gadis yang berdiri di hadapannya saat ini. Banyak sekali hal yang ingin dikatakan Joo Hyeok. Tetapi ia hanya sanggup mengeluarkan beberapa kata saja dalam keadaan mendebarkan seperti itu.
"Kenapa kau berhenti?" Joo Hyeok memulai pembicaraan dengan raut wajah serius. Hal itu membuat Cherry merasakan lebih dari pada apa yang dirasakan Joo Hyeok. Lagi-lagi pria jangkung di hadapannya membuat hatinya berolahraga lagi.
"Aku sudah bertemu dengan Mamaku dan sekarang sepertinya aku sudah harus memikirkan masa depanku." Cherry berusaha memecahkan suasana serius itu dengan suara tawa dan tidak lupa dengan senyumnya yang membuat hati Joo Hyeok berdebar.
"Kau akan kembali ke negara asalmu?"
"Sepertinya begitu." Suasana tiba-tiba hening di antara mereka. Ingin sekali Joo Hyeok memeluk erat Cherry untuk yang terakhir kalinya. Tetapi hal itu sangat tidak mungkin ia lakukan karena banyak pasang mata di sana.
"Ah." Cherry memecahkan keheningan di antaranya. "Terima kasih untuk semua hal baik dan tidak baik yang telah kau lakukan untukku. Maaf kalau aku menyusahkanmu." Cherry tersenyum di akhir perkataannya.
"Mangapa perkataanmu seperti itu?" Joo Hyeok tertawa. "Memangnya kita tidak akan ketemu lagi?" Suasana sekarang sangat canggung. "Kau tidak akan kembali lagi?" Joo Hyeok kembali membuka suara dan sekarang suasananya lebih serius lagi.
"Sepertinya tidak. Kalau begitu aku pergi. Sampai jumpa." Cherry melambaikan tangannya.
Cherry perlahan berjalan mundur dan menghampiri mamanya. Mereka berdua akhirnya meninggalkan ruangan itu.
Joo Hyeok berlari mengejar Cherry. Ia memanggil nama Cherry dan pemilik nama itupun menoleh. "Ada apa?" Tanyanya. Cherry menyuruh Mamanya untuk berjalan ke mobil lebih dulu.
Setelah Mamanya sudah tidak terlihat lagi, di koridor yang sepi akhirnya tinggal Cherry dan Joo Hyeok. Ia meletakkan sebuah jepitan pita pink di telapak tangan Cherry.
"Untuk apa?" Tanya Cberry mendongak.
"Untukmu. Aku dengar kau sangat menyukai benda berwarna pink karena sangat cocok denganmu."
"Dari mana kau tahu?"
"Hanya sempat mendengar. Lagi pula kebanyakan gadis menyukai warna pink dan aku tahu, kau pasti menyukainya juga." Joo Hyeok tersenyum. "Kalau begitu pulanglah."
Cherry tertawa. Ia senang. "Aku menyukainya. Kalau begitu sampai jumpa."
"Eh tunggu." Joo Hyeok memeluk Cherry. Akhirnya Hal yang sudah dipikirkannya sedari tadi ia lakukan juga. Namun, hanya sesaat. Joo Hyeok melepaskan pelukannya kembali. "Pulanglah."
Cherry pergi tanpa bersuara lagi.
Sambil menatap kepergian Cherry, Joo Hyeok tersenyum sambil berbicara pada dirinya sendiri. Tebakanku benar. kau juga menyukai jepitan pita berwarna pink sama seperti kakakmu. Tebakan Joo Hyeok memang selalu benar. Ia selalu bisa menebak segala sesuatu dengan hanya beberapa bukti tanpa harus tahu itu hanya kebetulan atau memang benar. Asal ada beberapa bukti, Joo Hyeok sudah dapat memecahkan masalah itu. Kau adik Ae Rin.
***
"Siapa pria tadi?" Tanya Mama saat keduanya sudah berada dalam mobil.
"Dia termasuk salah satu orang yang membantuku." Kata Cherry sambil menatap pita di tangannya.
"Sebenarnya ada berapa banyak orang yang membantumu? Sepertinya banyak sekali."
"Hanya beberapa." Tanpa mengalihkan pandangan dari pita itu, akhirnya Mama menyadari arah tatapan Cherry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Seoul
FanfictionSeorang gadis berusia 16 tahun dipaksa Mamanya untuk bersekolah di Korea. karena kemalangan yang menimpanya, ia kehilangan jejak Mamanya sehingga ia harus menumpang di rumah seorang pria yang tinggal seorang diri dirumah yang sangat megah sambil men...