20

653 52 0
                                    

"Oh iya, mengapa kau pindah ke sekolah ini?" Tanya Junhoe pada Cherry setelah keduanya sedang berjalan menuruni anak tangga menuju danau.

"Aku juga tidak terlalu mengerti bagaimana aku bisa sampai ke sini."

"Maksudmu?" Tanya Junhoe. Sekarang mereka sudah sampai di balkon. Cherry menatap danau dan Junhoe menatap Cherry.

"Mamakulah yang membawaku hingga sampai di tempat ini."

"Sudahlah tidak usah dibahas. aku juga tidak mengerti akan perkataanmu." Junhoe tertawa kecil kemudian diikuti oleh Cherry.

"Hidup ini sulit ya." Cherry mulai serius setelah keduanya sempat tertawa bersama.

"Kau ada masalah?" Junhoe ikut serius.

"Tidak. Aku hanya sekedar memberi tahu." Cherry tersenyum lagi.

Junhoe mengerti bagaimana perasaan Cherry. Setiap orang yang melihat keindahan dan ketenangan danau ini pasti akan merasa sedikit lebih tenang dan dapat mengeluarkan isi hatinya dengan mudah. Setelah semua isi hatinya diungkapkan akan menjadi lebih baik. Karena Junhoe juga begitu.

Cherry sangat pintar menyembunyikam perasaan yang sesungguhnya. Tetapi Junhoe dapat mengetahuinya dengan sangat mudah karena Cherry dan Junhoe memiliki sifat yang sama.

Junhoe selalu merasa kasihan kepada siapapun yang memiliki sifat yang sama dengannya. Junhoe selalu ingin membuat orang itu tidak merasakan kesedihan yang mendalam karena Junhoe tahu perasaan seperti itu tidaklah enak.

"Kau masih ingin disini?" Tanya Cherry setelah beberapa lama berdiam.

"Kenapa? Kau sudah baikkan?"

"Sedikit."

"Kalau kau ada masalah, ceritakan saja semuanya padaku. Aku akan jadi pendengar yang baik." Junhoe mengukir senyum di wajahnya lagi.

"Aku tidak ada masalah. Kalau begitu aku pergi dulu ya." Tanpa mendengar jawaban dari Junhoe, ia langsung memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Junhoe.

"Cherry-ah." Panggilan yang memanggil namanya membuat Cherry menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya menghadap ke arah suara.

"Saat aku sedang melakukan perjalanan untuk promosi albumku. Saat di China, aku bertemu dengan seorang kakek. Kakek itu memberikan dua buah koin padaku."

"Koin apa?" Cherry semakin penasaran dengan cerita Junhoe.

"Ini." Junhoe mengeluarkan sebuah kalung dengan dua koin yang tergantung pada rantai kalung itu. Rantainya ada dua dan dijadikan satu olehnya.

"Ia memberikan koin ini padaku. Karena takut hilang maka aku buat menjadi kalung. Katanya koin ini dapat membawa keberuntungan untuk kita." Junhoe kemudian memisahkan kedua koin dan kedua rantai itu. Junhoe mendekat pada Cherry. Ia mengenakan kalung itu pada leher Cherry.

"Untukku?" Tanya Cherry yang terkejut karena jarak mereka sangat dekat. Junhoe di hadapannya sedang memakaikan kalung itu. Karena sulit mengaitkannya, mereka akan terus berposisi seperti itu hingga kaitannya selesai dipasang.

"Iya untukmu." Junhoe masih berusaha mengaitkan kalung itu. "Selesai." Mereka pun kembali berhadapan tetapi tidak sedekat tadi yang hanya menyisakan kira-kita beberapa centimeter.

"Kakek itu juga berkata padaku. Kalau kau merasa sedih, tetaplah tersenyum. Karena senyum dapat membuat suasana menjadi indah kembali walaupun kita sendiri merasa sedih. Banyak senyum juga dapat membuat kita merasa senang walaupun di hadapahn kita banyak sekali rintangan."

"Iya guru." Jawab Cherry sedikit meledek. Entah kenapa hal itu tak masalah bagi Junhoe. Ia malah senang diejek seperti itu. "Besok-besok kau jadi penceramah saja. Kau sangat pintar dalam berbicara."

Love in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang