Irene menelusuri koridor sekolah dengan menahan amarahnya. Setelah melihat Cherry yang baru saja membelok datang dari ujung sana dan berjalan kemari, pandangan keduanya saling bertemu.
Semakin dekat, Cherry sudah melepaskan pandangannya dari irene. Lain halnya dengan irene, Pandangannya masih tepat tertuju pada Cherry.
Saat keduanya berpapasan, Irene akhirnya menahan tangan Cherry dan mendorongnya dengan sekuat tenaga. Tubuh Cherry akhirnya menyentuh keramik koridor. Sakit rasanya karena tidak akan persiapan terlebih dahulu.
Tanpa banyak mengulur waktu Cherry langsung bangkit berdiri dan mendekatkan diri pada Irene. "Apa yang kau lakukan sekarang? Kenapa kau mendorongku?" Cherry membentak Irene.
Cherry bisa dibilang wanita yang kasar di luar tetapi lembut di dalam. Walaupun ia murid baru, ia juga tidak bisa menerima jika ia diperlakukan tidak baik. Jika hal itu terjadi padanya, ia pasti tidak akan tinggal diam. Begitupun juga jika hal itu terjadi pada temannya.
"Kau masih bertanya kenapa aku mendorongmu? apa kau tidak memiliki kaca di rumahmu? Bagaimana bisa kau merusak hubungan antara Won Geun dan kakaknya?"
"Apa?!" Cherry mengerutkan kening. Seketika rasa kesal ditutupi dengan rasa penasaran. "Maksudmu?"
"Kau tidak usah pura-pura tidak mengerti. Semua sudah jelas. Won Geun dan kakaknya menyukai gadis yang sama."
"Apa hubungan mereka menyukai gadis yang sama denganku?" Tanya Cherry. Ia merasa apa yang dikatakan Irene sama sekali tidak ada hubungan dengan dirinya. Terlebih, sampai sekarang Cherry masih belum mengetahui siapa kakak Won Geun yang dimaksud Irene.
"Karena gadis itu adalah kau." Irene mendorong sebelah bahu Cherry.
Cherry mematung di tempatnya. "Kau tidak bisa menjawabku?" Tanya Irene dengan mendorongnya sekali lagi.
"Tidak bisakah kau sedikit lebih halus? Aku tahu kau menyukai Won Geun, tapi asal kau tahu, dia tidak menyukai gadis kasar sepertimu." Balas Cherry.
Won Geun dan Joo Hyeok juga berada di lokasi keributan itu dan sedang menyaksikan apa yang terjadi. Keduanya berada tak jauh dari tempat itu namun tentu saja kakak beradik itu tidak bersama-sama. Joo Hyeok berada di balik tiang besar sedangkan Won Geun berada di dekat pepohonan. Tentu saja Cherry dan Irene sana sekali tidak mengetahui bahwa kedua kakak beradik itu berada di sana.
Wajah Irene sudah tidak terlihat santai. Tangan Irene sudah sangat ingin menampar Cherry. Seketika itu juga Irene melayangkan tangannya.
Cherry melihat sebuah tangan yang sebentar lagi akan mendarat keras di wajahnya, ia reflek memejamkan matanya.
Won Geun dan Joo Hyeok yang sedang memperhatikan kejadian itu bergegas mendekati Cherry untuk melindunginya. Namun, langkah kaki keduanya terhenti setelah melihat seorang pria sudah berada di tengah-tengah mereka. Mereka berdua memutuskan untuk kembali agar masalah tidak semakin panjang. Kalau mereka berdua datang untuk melindungi Cherry, yang ada masalah semakin panjang.
Junhoe datang berdiri di tengah-tengah keduanya. Junhoe menahan pergelangan tangan Irene dengan erat. Perlahan-lahan tangan Irene melemas dan mulai berusaha untuk melepaskan genggamannya.
"Lepaskan tanganku." Kata Irene sambil berusaha melepaskan tangannya. "LEPASKAN!!" Masih juga tidak melepaskan tangannya. Junhoe hanya menatap tajam Irene.
"Jangan sekali-kali kau menyentuh Cherry lagi. Karena mulai hari ini, dia adalah milikku." Junhoe melepaskan genggamannya tadi dengan sedikit kasar kemudian menarik pergelangan tangan Cherry dan membawanya menjauh dari kerumunan orang-orang di sana.
Irene mengepalkan tangannya tanda tak suka dan marah dengan apa yang dilakukan junhoe padanya. Ingin sekali Irene menghancurkan semua yang ada di sana.
Beruntung bukan Won Geun atau Joo Hyeok yang datang membela Cherry. Jika salah satu dari mereka yang membela Cherry, masalah pasti akan bertambah lebih besar karena yang membuat Irene menjadi seperti ini adalah karena kedua kakak beradik itu memilih Cherry.
Tepat saat keduanya hendak kembali ke tempat masing-masing, kedua mata mereka masing-masing bertemu secara tak sengaja. Won Geun dengan tatapan malas kemudian meninggalkan tempat itu. Tidak ada yang bisa Joo Hyeok lakukan selain helaan napas panjang kemudian meninggalkan tempat itu.
***
Junhoe membawa Cherry ke tempat yang sepi di belakang bangunan sekolah. Junhoe melepaskan tangan gadis yang digenggamnya.
"Ada masalah apa kau dengannya?" Tanya Junhoe setelah keduanya berhadapan.
"Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja dia mendorongku dan mengatakan hal omong kosong yang sama sekali tidak kuketahui."
Junhoe menghela napas panjang. "Sebaiknya, kau jangan pernah berurusan lagi dengannya. Jika ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, panggillah aku. aku akan ikut bersamamu."
Apa maksud dari perkataan junhoe yang membuat cherry terdiam tak mengerti? "Maksudmu?"
"Aku bilang, aku akan bersamamu kemanapun kau pergi supaya gadis itu tidak akan melukaimu lagi."
Cherry tertawa. "Tidak usah. Aku bukan anak kecil. Idol sepertimu pasti sudah disibukkan dengan kegiatan-kegiatan lain yang lebih penting. Mana mungkin kau masih bisa bersamaku kemanapun aku pergi."
"Aku serius. Aku tidak bercanda." raut wajah Junhoe sekarang sangat serius. Bagaimana mungkin Cherry tidak mempercayai raut wajah seserius itu sekarang. "Aku akan bersamamu kemanapun kau pergi."
"Tidak perlu." Suara khas seorang pria yang tidak terlalu asing bagi Cherry. Cherry dan Junhoe pun langsung menoleh ke sumber suara.
Joo Hyeok, pria itu berhasil mengikuti keduanya sampai ke tempat ini. Pria itu kemudian menghampiri keduanya dengan masih menenteng paperbag yang ia bawa tadi.
"Kau tidak perlu repot-repot bersamanya kemanapun dia pergi. Kau masih termasuk artis baru dan pastinya jadwalmu masih sangat padat." Joo Hyeok menghampiri keduanya dengan sebelah tangan yang diselipkan ke dalam saku celana.
Junhoe, anggota dari Ikon adalah junior Joo Hyeok di perusahaan yang membesarkan namanya. Sudah pasti Junhoe sangat mengenal seniornya itu.
Cherry terkejut dengan kedatangan Joo Hyeok yang bisa dibilang sangat tiba-tiba. "Joo Hyeok-ah, kenapa kau bisa berada di sini?"
Tanpa menjawab pertanyaan Cherry, tatapan Joo Hyeok terus terarah pada Junhoe. Begitupun sebaliknya. Sekali menoleh ke arah Cherry pun tidak, bahkan saat ia berbicara. "Di saat seperti ini, sebaiknya kau banyak berlatih agar tidak mengecewakan para penggemarmu dan juga orang di sekelilingmu. Tapi apa yang kau lakukan sekarang?"
Cherry terkejut melihat Joo Hyeok yang berubah seratus delapan puluh derajat sekarang. "Joo Hyeok-ah, apa yang kau lakukan sekarang?"
"Ada hubungan apa kau dengan gadis ini? Mengapa kau mencampuri urusannya?" Tidak bisa menahan kecemburuannya, Joo Hyeok terus memperlihatkan kecemburuannya.
Junhoe yang sekarang merupakan target hanya bisa diam menahan amarahnya. Tidak mungkin ia berani melawan seniornya. Kalau bukan seniornya, mungkin Joo Hyeok sudah habis di tangan Junhoe.
"JOO HYEOK-AH!" Bentak Cherry. Untuk yang pertama kali Cherry membentak Joo Hyeok. "Bisakah kau tidak mencari masalah di sini? Lagipula ini bukan tempatmu. "
"Kenapa? Kau membelanya?"
"Iya. Aku membelanya. Kenapa? Aku tidak boleh membelanya? Mengapa dia tidak boleh mencampuri urusanku? Apa hakmu untuk melarangnya menyampuri urusanku? Yang seharusnya tidak menyampuri urusanku itu kau bukan dia." Cherry menggenggam tangan Junhoe dan menariknya menjauh dari Joo Hyeok saat itu juga. Jika Junhoe terus berada di sana, bisa jadi ia tidak akan selamat hari ini.
Lagi-lagi Joo Hyeok ditinggal sendirian. Adik dan kakak selalu memiliki nasib yang sama. Keduanya selalu saja merasa kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Seoul
FanfictionSeorang gadis berusia 16 tahun dipaksa Mamanya untuk bersekolah di Korea. karena kemalangan yang menimpanya, ia kehilangan jejak Mamanya sehingga ia harus menumpang di rumah seorang pria yang tinggal seorang diri dirumah yang sangat megah sambil men...