24

840 64 0
                                    

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Joo Hyeok dengan sangat bangga dan tanpa rasa terbebani akan masalah yang menimpanya sekarang ini. Ia terlihat sangat ahli dalam menyembunyikan sesuatu.

Cherry menatap Joo Hyeok dengan tatapan dalam. Ia tidak bisa banyak berkata. Ia merasa sangat bersalah pada Joo Hyeok atas masalah yang ia hadapi. Masalah itu pasti berawal dari gadis itu. Andai saja jika dari awal Cherry tidak hilang sesampainya di negara ini, mungkin saja ujungnya tidak akan seperti ini. Ia merasa ia membawa banyak masalah dalam kehidupan orang lain.

"Maaf." Kata Cherry kembali menatap panggung yang kosong.

"Untuk apa?" Tanya Joo Hyeok menatap Cherry.

"Karena aku kau jadi seperti ini."

"Jadi kau merasa bersalah?" Joo Hyeok memecahkan kecanggungan itu dengan sedikit tertawa kemudian ikut menatap panggung yang kosong dan hanya dihiasi dengan lampu sorot yang menyala di atasnya.

Setelah bertemu dengan cherry, ia melupakan semua yang terjadi, tentang masalah yang menimpanya dan ia sekarang hanya fokus pada gadis di sampingnya.

Cherry mengangguk pelan.

"Aku sangat tersiksa beberapa hari ini, kau tahu? Aku tidak bisa keluar dari rumahku sendiri dan aku terkurung di dalam sana. Banyak wartawan di depan rumahku berkumpul seperti domba yang mencari gembalanya." Lawak Joo Hyeok.

Cherry tertawa kecil sekarang. Ia merasa ada teman yang dapat ia ajak bicara setelah satu sekolah menjauhinya dan membicarakan hal yang tidak seharusnya dibicarakan.

"Aku lelah." Dengan cepat Joo Hyeok membaringkan tubuhnya dan paha Cherry sebagai tumpuan kepalanya. Seperti bantal.

"Hei!" Cherry terkejut. Tangannya yang tadinya disatukan di atas pahanya sekarang terangkat. Tanpa persiapan.

"Diam saja. Biarkan aku seperti ini selama lima menit. Aku lelah. Sangat sulit keluar dari rumah itu hanya untuk bertemu denganmu."

Cherry mendengar pengorbanan Joo Hyeok yang dapat menyentuh hatinya. Ia juga merasa bersalah sekaligus merasa tidak enak dengan perbuatan Joo Hyeok. Joo Hyeok dengan susah payah berhasil keluar dari para wartawan yang mengerubuni rumahnya hanya untuk menemuinya. Tapi untuk kali ini Cherry membiarkan.

"Baiklah. Tidurlah." Tangan Cherry perlahan-lahan turun dan mengelus kepala Joo Hyeok. Ia memerhatikan wajah Joo Hyeok dengan teliti. Dari mata, hidung dan mulut. Ia sesekali menyentuhnya dan tersenyum. Pria yang sangat luar biasa baginya ada di hadapannya saat ini. Pria yang membuatnya merasa aman dan nyaman.

Tak lama kemudian Cherry pun ikut tertidur di sana. Cherry juga lelah rupanya. Hanya lima menit yang diminta Joo Hyeok. Tetapi sekarang sudah empat puluh lima menit. Joo Hyeok tersadar seketika.

Joo Hyeok bangkit dari posisinya dan duduk di posisi semula. "Aku benar-benar tertidur rupanya." Joo Hyeok menoleh ke arah Cherry yang tertidur pulas. Sekarang giliran Joo Hyeok yang memerhatikan Cherry yang tertidur dengan sangat lucu. Kepalanya menyandar pada kursi yang empuk. Seperti yang dilakukan Cherry, ia mengamati mata, hidung, dan mulut Cherry. Lebih dari itu, Joo Hyeok menatap wajah Cherry yang polos. Ia menangkup wajah Cherry dengan sebelah tangannya, tepatnya tangan kanannya. Ia mengelus pipinya dan bibirnya dengan ibu jarinya. Joo Hyeok mengenggam tangannya dengan lembut.

Cherry sangat manis. Apalagi saat ia tertidur. Bagaimana bisa ia jatuh cinta pada Cherry yang ternyata adik kandung dari a
Ae Rin, mantan cinta pertamanya.

Joo Hyeok tidak sanggup menghadapi bila Cherry mengetahui semuanya. Mengetahui bahwa Joo Hyeok adalah orang yang sangat dicintai kakaknya.

Cherry merasakan suatu tangan yang hangat menyentuh wajahnya. Ia masih memejamkan matanya. Ia masih ingin merasakan kehangatan ini, sangat nyaman. Cherry takut jika setelah ia membuka matanya, tangan itu tidak lagi menghangatkannya.

Love in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang