28

766 50 0
                                    

Acara api unggun akan dimulai dua jam lagi. Tepat jam sembilan malam nanti akan menjadi malam yang bersejarah bagi mereka yang berada di sana.

Cherry duduk di kursi dekat tendanya. Cherry menatap berbagai kegiatan yang dilakukan semua teman-temannya. Nampaknya mereka semua menjalani harinya dengan amat sangat baik. Mereka terlihat bahagia, berbeda dengan dirinya yang sedang mengalami kesulitan.

"Apa kau sibuk?" Irene serta kedua temannya menghampiri Cherry dan berdiri di hadapannya sambil membawa beberapa pasang sepatu.

"Ada apa?" Cherry menjawab dengan datar dan dingin.

"Bersihkan." Irene serta kedua temannya secara bergiliran melempar sepatu yang ada pada tangannya masing-masing tepat di hadapan Cherry.

"Kenapa aku harus membersihkan sepatu kotormu itu?"

"Karena kau tidak ada bedanya dengan sepatu itu. Sama-sama kotor. Bukankah sesama barang kotor harus saling membantu?" Jawab Irene dengan niat terselubung.

"Kau lah pemilik sepatu kotor itu. Kau juga tidak ada bedanya dengan sepatu itu. Pemiliknya saja sudah kotor. Bagaimana dengan sepatunya yang dipakai di alas kaki? Pasti jauh lebih kotor." Jawab Cherry. Sebenarnya butuh keberanian besar untuk Cherry berkata seperti itu.

"Apa katamu?" Kemarahan Irene sebentar lagi memuncak. kedua teman di sampingnya tidak mengeluarkan suara apapun. Jujur saja baru pertama kali ada yang berani melawan mereka.

"Perlu kuulangi? Kau..."

Plak..

Perkataan Cherry terhenti setelah mendapat tamparan dari Ae Rin.

"Bagaimana rasanya?" Irene merasa puas telah berhasil membuat gadis di hadapannya merasa kesakitan. Kemarahannya juga sudah sedikit hilang. Gadis di hadapannya hanya bisa tertawa tidak habis pikir.

"Apa ada yang lucu?"

"Kau sangat lucu. Pengecut!" Kata Cherry sambil menahan tangisnya. Pipi nya saat ini sudah mulai memerah.

Irene melayangkan tangannya kembali berniat menampar Cherry. Tapi kegiatannya dihentikan oleh Joo Hyeok yang datang di antara mereka. "Jangan pernah menyentuhnya sedikit pun." Joo Hyeok menghempas tangan yang digenggamnya tadi hingga Irene terhuyung ke belakang. "Dan juga ambil sepatu murahanmu." Joo Hyeok menendang pasang-pasang sepatu itu lalu menarik Cherry menjauh dari tempat itu.

.

"Apa kau bodoh? Mengapa kau sama sekali tidak melawan mereka? Mengapa kau hanya diam saja? Apa kau ingin selamanya terus diinjak-injak oleh perempuan seperti mereka?"

"Lalu aku harus bagaimana?" Tak terasa air mata Cherry sudah jatuh dari pelupuk matanya.

"Kau menangis? Apa yang harus ditangiskan?" Joo Hyeok nerasa sedikit bersalah. Ia menangkup wajah Cherry lalu menghapus air matanya.

"Aku sudah lelah menghadapi ini semua. Aku merasa ini semua tidak adil. mengapa ini hanya terjadi padaku? Mengapa hidup mereka semua sangat bahagia sedangkan aku sangat menyedihkan?" Cherry menggenggam kedua tangan Joo Hyeok yang menangkup wajahnya. Hangat rasanya. Cherry tidak ingin jauh dari Joo Hyeok. Pria ini sangat membuatnya nyaman. Cherry selalu bisa terbuka pada Joo Hyeok.

"Lalu apa yang ingin kau lakukan selanjutnya?"

"Aku tidak tahu." Air mata Cherry kembali terjatuh. Joo Hyeok memeluk Cherry untuk membuatnya lebih tenang.

Setelah tidak terdengar lagi isakan Cherry, Joo Hyeok melepaskan pelukannya lalu Joo Hyeok menuntun Cherry untuk duduk di sebuah kayu dan Joo Hyeok berlutut di hadapannya sambil menggenggam tangan Cherry.

Love in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang