9

910 68 0
                                    

Won Geun duduk di sofa ruang tamu sambil meminun segelas air putih yang dituangnya tadi dan memerhatikan Cherry yang sedang berdiri menelepon sambil memainkan taplak meja. Mendengar perkataan Cherry di telepon barusan langsung membuat Won Geun tersedak dan menumpahkan air yang ada dalam mulutnya kembali ke dalam gelas.

"Hei! apa kau bodoh? Kenapa kau meminta alamat rumahnya? Kau berani ke rumah orang yang baru saja kau kenal? Bagaimana jika orang itu sebenarnya adalah orang jahat?"

Tanpa menghiraukan perkataan Won Geun, ia terus berbicara dengan orang yang Won Geun anggap adalah orang asing. Padahal orang yang dalam telepon itu adalah Joo Hyeok. Ia sengaja tidak memberitahu namanya dan membuat suaranya berbeda sedikit sehingga tidak dikenali.

"Tidak usah. bagaimana kalau kita ketemuan saja?" Kata Joo Hyeok.

"Bertemu di mana?"

"Di kafe dekat kau bekerja."

.

Anak bodoh. Kenapa kau berkata seperti itu? Posisimu sekarang adalah sebagai orang asing. Kau tidak mengenalnya. Joo Hyeok terus menerus menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa ia berbicara seperti itu?

"Maaf? Kau mengenalku?" Cherry membulatkan matanya seketika setelah mendengar kata lawan bicaranya. Ia terkejut dan berpikir sejenak.

"Tidak. Maksudku kafe dekat tempatku bekerja." Untunglah Joo Hyeok dapat memperbaiki perkataannya. Alasan itu terlintas di benak Joo Hyeok dengan cepat.

"Baiklah. Di mana itu?"

"Kafe dekat kota. Dulu sering diadakan syuting di sana." Kata Joo Hyeok. "Kau tahu di mana kafenya, kan?"

"Tahu. aku lumayan sering ke sana."

"Kalau begitu kita bertemu pukul tiga sore, bagaimana? Bisa?"

"Baiklah."

Joo Hyeok menunggu hingga Cherry memutuskan sambungannya terlebih dahulu. Setelah itu, Joo Hyeok terlihat sangat gembira. Ia seperti telah mendapatkan jackpot sehabis ia memutuskan sambungannya. Lain halnya dengan Cherry yang langsung dimarahi setelah ia mengembalikan ponsel Won Geun.

.

"Dasar bodoh. Kau belum mengenal orang itu dan kenapa kau langsung mengajaknya bertemu? Bagaimana jika ia melakukan hal buruk terhadapmu?"

"Tidak usah khawatir. Aku bisa melindungiku sendiri. Tenang saja.."

Tanpa menjawab lagi, Won Geun langsung bangkit dari duduknya dan menaruh gelas yang digenggamnya tadi di atas meja dan memasuki kamarnya.

.

Joo Hyeok sudah tidak sabar menanti saat-saat itu bertemu dengan Cherry. Masih ada waktu satu jam sebelum jam menunjukkan pukul tiga. Tetapi, ia sudah bergegas mengendarai mobilnya ke kafe yang telah disepakati.

Waktu dari rumah Joo Hyeok menuju kafe itu hanya memakan waktu setengah jam dan ia sudah berada di sana setengah jam lebih awal.

Di waktu yang sama, Cherry baru saja keluar dari kamar. Ia melihat sekelilingnya, tidak ada sosok Won Geun karena biasanya Won Geun selalu berada di ruangan itu saat ia keluar kamar. Tapi mengapa hari ini tidak ada?

Won Geun mendengar suara pintu kamar Cherry yang terbuka lalu tertutup kembali menandakan Cherry baru saja keluar dari kamar. Kenapa hari ini ia tidak di luar? Biasanya setiap Cherry hendak pergi, ia selalu manawarkan diri untuk mengantar Cherry. Tetapi kenapa hari ini tidak?

Won Geun masih tidak bisa melupakan kejadian kemarin. Jujur selama ia berkencan, selama ia berciuman, ia tidak pernah merasakan hal seperti yang ia alami sekarang. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat setiap memikirkan Cherry. Pikirannya tidak karuan.

***

Di kafe yang telah dijanjilan, Joo Hyeok menunggu di meja samping kaca sehingga ia dapat melihat apakah Cherry sudah tiba atau belum. Ponsel milik Cherry yang ia pegang sedari tadi menandakan ia sangat menanti kehadiran gadis itu. Sesekali ia menatap ponsel itu sambil tersenyum.

Cherry berjalan ke kafe yang tak jauh dari rumah Won Geun, hanya berjalan kurang lebih lima belas menit sudah terlihat kafe yang sebegitu besarnya dan sebegitu ramainya.

***

Dengan pekerjaan baru Ae Rin di Korea yang lebih santai, ia lebih sering mendapat waktu senggang dibanding waktunya bekerja. Di waktu senggang, ia lebih memilih mengendarai mobilnya dan berkeliling di kota Seoul.

Ae Rin mengendarai mobilnya melewati sebuah kafe dan berhenti di kafe tersebut karena melihat Joo Hyeok yang sedang duduk sendirian di sana seperti sedang menunggu seseorang. Dengan senyumannya, Ae Rin dengan bahagia memarkir mobilnya dan menghampiri Joo Hyeok

"Hei!! Sedang apa kau di sini?" Tanya Ae Rin menepuk pundak Joo Hyeok seraya bertujuan membuat Joo Hyeok terkejut. Tetapi sia-sia, Joo Hyeok tidak merasa terkejut sedikit pun. Ia hanya menatap kehadiran Ae Rin dengan putus asa. Ia mengira gadis itu adalah Cherry. Sayang sekali, ternyata bukan.

"Kau sendiri sedang apa?" Tanya Joo Hyeok ketus.

"Aku sedang ingin berkeliling dan melihatmu di sini makanya aku menghampirimu. Kau sedang menunggu seseorang?"

"Iya. Aku sedang menunggu seseorang.."

"Siapa? Pacarmu?" Tanya Ae Rin.

"Aku belum punya pacar." Kata Joo Hyeok singkat.

"Benarkah? Kalau begitu pacaran denganku saja."

Perkataan Ae Rin sontak membuat Joo Hyeok terkejut. Untuk kesekian kalinya Joo Hyeok dibuat terkejut oleh Ae Rin akan perkataannya. Tetapi perkataan Ae Rin yang seperti itu tidak pernah membuat Joo Hyeok membuka hatinya untuknya lagi.

"Apa kau gila? Aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya." Kata Joo Hyeok tegas.

"Kesalahan?" Ae Rin terdiam seketika. Ia mengingat kejadian menyakitkan itu. "Mengapa kau harus Merasa bersalah? Kau harus menggapai cintamu sampai kau mendapatkannya. Bukankah itu akan membuatmu bahagia? Itu yang harus semua orang lakukan bukan?"

"Cinta memang harus diperjuangkan hingga kita mendapatkannya. Tapi bagaimana bila cinta itu membuat orang yang menyayangi kita merasakan kesakitan yang mendalam? Apa yang akan kau lakukan?"

Ae rin terdiam lagi. Perkataan Joo Hyeok sontak membuat Ae Rin tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ae Rin sudah tidak ingin berdebat lagi dengan Joo Hyeok untuk kesekian kalinya. Hatinya sakit, tersiksa. Mengapa Joo Hyeok tega sekali berbuat hal seperti itu? 

Joo Hyeok terpaksa harus melakukan hal itu. Kalau tidak, bagaimana jika kejadian itu terus diingat oleh Ae Rin hingga membuat dirinya trauma akan cinta? bukankah itu lebih berbahaya?

hiks.. hiks..

Tidak terasa terduga, Ae Rin mengeluarkan air matanya. Ia sudah menahan air matanya dari tadi. Akhirnya ia mengeluarkannya juga. 

"Kenapa kau menangis?" Tanya Joo Hyeok tidak enak karena sudah membuatnya menangis. Joo hyeok berusaha membuatnya tidak menangis lagi tetapi sia-sia. Ae Rin sudah terlanjur melakukannya.

"Kau jahat." Kata Ae Rin kemudian bangkit berdiri dan menuju kamar mandi untuk menghapus air matanya.

Tidak mungkin kan ia keluar dari kafe dengan keadaan seperti itu? Apa kata orang nanti?

Love in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang