1. First Time I Saw Him

22.8K 608 14
                                    

Mika Nakashima baru saja pindah sekolah ke Jepang setelah kedatangannya dari Jerman.
Gadis itu memiliki darah campuran karena ayahnya adalah warga negara Jerman sementara ibunya adalah orang Jepang.

Parasnya cantik seperti boneka dengan rambut panjang berwarna merah menyala. Unik memang, tapi itu adalah warna asli rambutnya.

Mika adalah gadis yang ceria dan sangat suka tersenyum. Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk segera mendapatkan banyak teman.
Ia sering mendengar teman-temannya berteriak heboh saat melihat seorang pria dari kelas A lewat di koridor mereka.

Mika melirik sekilas dan melihat pria itu memang tampan tapi tidak menarik minatnya sama sekali. Pandangannya dingin dan tidak bersahabat sama sekali. Mika heran melihat teman-temannya yang sangat antusias seperti melihat seorang artis terkenal saja. Si idola pun bahkan tidak memandang ke arah penggemarnya sama sekali dan berjalan lurus ke arah kelasnya.

"Eh, itu 'kan si gadis berambut api. Cantik sekali dia." bisik-bisik mulai bermunculan setiap kali Mika berjalan melewati kelas-kelas.
Ya, ia memang terkenal seperti pria tadi, tapi tak ada satupun yang mengenal namanya.

Mika hanya menanggapi ucapan mereka dengan tersenyum saja. Ia memang sangat ramah untuk ukuran gadis cantik sepertinya.

Gadis ini cantik, ramah, dan baik hati. Tapi, sayang ia bukan gadis yang sempurna. Mika tidak pandai dalam hal belajar. Nilainya sering merah dan ia sendiri mengakui dirinya bodoh.
Dalam kalangan teman-temannya, Mika sering dijuluki 'Si bodoh yang baik hati.'

Hari itu, Mika harus mencari beberapa buku di perpustakaan. Ia harus belajar keras karena gagal di ujian tengah semesternya.
Gadis itu pergi ke setiap lemari sambil menyusuri judul buku yang dicarinya.
Matanya tidak lepas dari semua judul. Mungkin tema buku yang dicarinya ada, tapi gadis itu tidak sadar karena terlalu bodoh dan dia seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Bagaimana tidak ??? Seharusnya Mika mencari buku tentang Aritmatika, tapi ia menyusuri bagian Fisika. Tentu saja tidak akan ketemu !

"Kenapa tidak ada ya ?" gumam Mika pelan.

Tanpa disadarinya, seorang pria yang sedang membaca buku sambil berdiri di bagian itu meliriknya.
"Maaf, buku apa yang anda cari ?" tanyanya tiba-tiba. Mika terkejut dan langsung menoleh ke si penanya.

Matanya sedikit membelalak. Dia kenal dengan sosok itu tapi tidak ingat dengan namanya.
"Ah ! Kamu ! Aduh...siapa namanya ya...?" Mika mengernyit sambil berusaha mengingat siapa lelaki yang berdiri di depannya itu.

Si pria tertegun mendengar kata-kata Mika dan melihat ekspresi gadis itu yang sedang berpikir keras. Tiba-tiba, ia tersenyum.
"Yoshiki Kimura." Ia memperkenalkan dirinya.
"Ah ! Ya, betul...aku lupa padahal teman-temanku suka berteriak saat melihatmu. Namaku..." belum sempat Mika menyelesaikan kata-katanya, Yoshiki langsung memotongnya.
"Mika Nakashima, bukan ?" Yoshiki masih tersenyum melihatnya. Lagi-lagi, Mika terkejut mendengarnya.

"Darimana kau tahu ?" herannya.
"Warna rambutmu mencolok sekali dan banyak yang membicarakanmu." jawabnya.
"Kurasa saat orang-orang membicarakanku, mereka tidak pernah ingat dengan namaku. Bagaimana mungkin kau bisa tahu ?" Mika memandangnya dengan penuh selidik.

Yoshiki tertawa kecil dan mengusap hidungnya yang mancung.
"Tapi, di antara orang-orang itu pasti ada satu yang ingat, bukan ? Karena namamu sama dengan penyanyi Mika Nakashima, aku gampang mengingatnya."

Mendengar kata-kata Yoshiki, wajah Mika langsung merona merah. Ini pertama kalinya ada orang yang ingat dengan namanya walaupun Mika belum pernah berbicara dengannya.

"Jadi, apa yang kau cari ? Mungkin aku bisa membantu." Yoshiki menawarkan jasanya lagi.
"Ah, aku mencari buku materi Aritmatika. Tapi, dari tadi tidak ada. Apa sudah dipinjam orang ya ?" Mika kembali memandang rak buku.

Dalam hitungan detik, Yoshiki langsung menahan tawa dengan membungkam mulutnya menggunakan tangan kanannya.
"Maaf Mika kalau aku menyinggungmu. Tapi, apa kau tidak sadar kalau kau berada di bagian yang salah ?" Yoshiki masih berusaha menyembunyikan senyum gelinya.

Mika menatapnya dengan ekspresi bingung. "Tidak. Bukannya benar ini bagiannya ? Aku melihat banyak buku hitung-hitungan." jawabnya polos.

Yoshiki tertegun mendengar jawabannya. Dalam hatinya ia mulai berpikir nampaknya Mika ini kurang cerdas untuk bisa membedakan mata pelajaran apa dan dimana letaknya.

"Kau gagal ujian tengah semester ya ?" tanya Yoshiki tiba-tiba.
"Bagaimana kau tahu ???" Mika membulatkan matanya besar-besar.

Tanpa menjawab, Yoshiki langsung berjalan ke bagian lain dan Mika pun mengikutinya. Yoshiki langsung mengambil beberapa buku seperti sudah hapal dengan semua letaknya.
"Ini buku yang kau cari. Selamat belajar." Yoshiki menyerahkan tumpukan buku itu ke tangan Mika dan langsung pergi untuk mencari tempat duduk.

Mika benar-benar terbengong dengan sikap Yoshiki. Lelaki itu berniat baik tapi entah kenapa Mika merasa ia berusaha menjaga jarak dengan orang lain.

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang