60. Step by Step

3.4K 140 0
                                    

Esoknya Yoshiki cukup terkejut ketika ia akan berangkat kerja, Mika mengantarnya ke depan pintu dengan agak tersipu. Yoshiki tidak menanyakan kenapa Mika melakukannya.

"Umm...hati-hati di jalan ya, Kimura-kun..." kata Mika pelan.

Yoshiki yang tercengang pun tersenyum memandangnya.

"Un...aku pergi ya..." balas Yoshiki dan ia berbalik keluar dari rumah.

Hal kecil seperti itu saja sudah membuat Yoshiki sangat gembira karena ia merasa Mika mengalami perkembangan.

Malam harinya, Mika ingin membeli beberapa bahan ke supermarket.

"Aku temani ya, Mika ? Ini sudah malam..." tawar Yoshiki sambil menghampirinya.

"Ah, tidak perlu Kimura-kun...aku bisa sendiri kok." tolak Mika sambil berlari kecil ke pintu.

Yoshiki yang cemas karena Mika keluar malam sendirian pun mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuan Mika.

Saat selesai berbelanja, Mika yang berjalan pulang melewati salah satu gang, tidak sengaja tersandung kayu balok yang tertumpuk sembarangan di jalan itu hingga ia terjatuh.

"Aduh !" ringis Mika melihat kakinya yang lebam akibat terbentur tanah.

Yoshiki pun langsung menghampirinya dengan cemas.

"Mika ! Kau tidak apa-apa ???" tanya Yoshiki sambil berjongkok memeriksa kaki Mika.

"Ah...Kimura-kun ! Kenapa kau bisa di sini ???" heran Mika.

"Aku mana bisa membiarkanmu jalan sendirian malam-malam begini. Jadi, aku mengikutimu untuk melindungimu... tuh 'kan kau malah terluka begini..." jelas Yoshiki memegang bagian lebam di kaki Mika.

Mika langsung meringis pelan.

"Aku tidak apa-apa kok...ayo kita pulang saja..." kata Mika mendorong pelan Yoshiki dari pemeriksaannya.

"Kau bisa jalan Mika ? Atau kugendong ?" tawar Yoshiki setelah melihat kondisi kaki Mika.

"Aku bisa jalan sendiri ! Tidak perlu digendong !" kata Mika cepat sambil berdiri.

Namun, tiba-tiba ia jatuh kembali sambil memegang lebam besar di kakinya.

Yoshiki langsung berjongkok lagi di depannya.
"Tuh 'kan...berdiri saja tidak bisa... masih memaksakan diri pula. Ayo naik." Yoshiki menawarkan punggungnya.
Wajah Mika langsung memerah.

"Ah...tidak usah Kimura-kun ! Aku tidak apa-apa kok !" tolak Mika lagi.

"Sudahlah Mika...naik saja. Kau tak akan bisa berjalan dengan kondisi seperti itu." Yoshiki berkeras.

Mika hendak protes kembali namun Yoshiki langsung menoleh tajam padanya hingga membuat Mika meneguk ludah.
Ia pun naik ke punggung Yoshiki.

"Begini 'kan lebih gampang." ujar Yoshiki santai sambil membawa Mika pulang.

Di perjalanan, Mika terus saja berdebar-debar. Ia masih tetap merasakan perasaan hangat jika berada di dekat Yoshiki.

Meskipun kadang ia tegas padaku... tapi, sebenarnya Kimura-kun sangat perhatian padaku...
Batin Mika terus tersipu.

Tanpa terasa Mika tertidur di punggung Yoshiki.
Yoshiki hanya tersenyum memandangnya.

***

Beberapa hari kemudian Yoshiki jatuh sakit. Ia demam tinggi dan Mika bingung harus melakukan apa.
Ia mengambil es untuk mengompres Yoshiki. Tapi, sampai malamnya panas Yoshiki tidak turun juga.

Akhirnya ia ingat bahwa ia pernah bertemu Minami yang merupakan kakak Yoshiki saat Minami mengunjungi Mika di rumah sakit.

Ia pun mengambil ponsel Yoshiki dan menelepon Minami.

"Halo kak..." sapa Mika dengan ragu-ragu.

"Lho, Mika ? Ada apa ? Tumben sekali kau menelepon dengan ponsel Yoshiki." heran Minami.

"Umm...begini kak...ada yang ingin kutanyakan. Kimura-kun jatuh sakit... dia demam tinggi dan aku sudah mengompresnya. Tapi, sampai sekarang panasnya tidak turun juga. Apa ada obat yang biasa diminumnya ?" cerita Mika.

"Dia demam ??? Hmm...sebenarnya obatnya sangat gampang. Tapi, itu tergantung apa kau mau melakukannya atau tidak. Mika yang dulu selalu melakukannya setiap kali Yoshiki jatuh sakit..." kata Minami agak ragu apakah Mika mau melakukannya.

"Apa itu ?" tanya Mika penasaran.

"Cium dia." jawab Minami simpel.

Mika langsung terlonjak kaget.
"Eeehh ??!! Kenapa begitu ???" kagetnya dengan wajah memerah.

"Hmm...bagaimana menjelaskannya ya ? Yoshiki itu mendapat keturunan yang aneh dari ayah. Ia hanya bisa sembuh dengan ciuman. Ah, aku jadi ingat ibu pernah cerita kau dulu juga menanyakan hal ini ketika pertama kali tinggal dengan Yoshiki..." jelas Minami.

"Tapi, itu terserahmu apakah kau mau melakukannya atau tidak. Pikirkan saja seberapa berharganya Yoshiki bagimu...walau kau tak ingat padanya Mika, tapi pasti masih ada perasaan yang tersisa di hatimu..." kata Minami kembali dengan penuh pengertian.

Mika pun terdiam mendengarnya dan Minami memutuskan teleponnya untuk memberikan Mika waktu berpikir.

Mika kembali ke kamar Yoshiki dan melihatnya terengah-engah dengan keringat dingin yang terus bercucuran.

Ia bingung apakah ia harus melakukannya atau tidak. Mika sebenarnya tak tega melihat Yoshiki menderita seperti itu.
Apalagi saat melihat Yoshiki, ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya.

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang