27. When I see you again

4.6K 226 0
                                    

Alih-alih pulang ke rumahnya, Yoshiki menyetir ke rumah Mika.
Diberhentikannya mobilnya dan ia berdiri di luar memandang pintu rumah Mika tanpa berusaha masuk ke dalam.

Secara kebetulan, Mika tiba-tiba keluar untuk berbelanja.

"Biar aku saja yang pergi membeli kecapnya, bu !" seru Mika dan ia menutup pintu.

Saat ia berbalik untuk melangkahkan kaki, ia terperanjat melihat Yoshiki yang berdiri di depan rumahnya sambil memandangnya.

Yoshiki yang sejak tadi lemas dan tak bertenaga, begitu melihat Mika ia langsung mendapati kekuatan yang muncul sedikit dari dalam dirinya. Sesak napasnya berkurang dari sebelumnya.

Yoshiki terus menatap Mika yang juga memandangnya dengan terkejut.

Dengan pelan, Mika menghampirinya. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Perasaannya menjadi campur aduk kembali.

"Ke...kenapa kau di sini...?" tanyanya dengan masih terkejut.

Yoshiki tidak menjawab melainkan ia langsung menarik tangan Mika dan membawanya pergi.
"Ikut aku..."

Semakin kagetlah Mika karena ditarik seperti itu oleh Yoshiki.
Tanpa banyak bicara, Yoshiki kembali membawa Mika ke rumahnya tanpa melepaskan tangan gadis itu.

Saat masuk ke rumah itu, mau tak mau Mika mengingat kembali kenangan mereka. Ia pun menarik tangannya dari Yoshiki.

"Lepaskan aku !" tegas Mika dan ia langsung menyentak tangannya terlepas dari genggaman Yoshiki.

"Apa maumu, Kimura-kun ?" tanya Mika sambil memegangi pergelangan tangannya yang sakit.
Yoshiki terkejut mendengar Mika memanggilnya seperti itu.

"Kenapa kau memanggilku begitu lagi ???" tanyanya dengan geram. Ia masih membelakangi gadis itu.

"Aku bukan lagi seseorang yang dekat denganmu. Jadi, kupikir aku tidak seharusnya memanggilmu dengan nama kecilmu..." jawab Mika menunduk.
Ia sengaja memberi jarak antara mereka dengan memanggil lelaki itu seperti pertama kali ia mengenalnya.

Yoshiki langsung berbalik menatap Mika dan menghampirinya dengan cepat. Ia memeluk Mika erat dan dapat merasakan perasaannya begitu meluap-luap.

"Kau mana boleh memberi jarak padaku hanya karena kita berpisah..." ucap Yoshiki lirih.

Wajah Mika mulai memerah dan ia takut perasaannya akan mengacaukan pertahanannya.

"Lepaskan aku, Kimura-kun !" dorong Mika berusaha melepaskan diri dari pelukan Yoshiki.

Namun, ternyata Yoshiki telah tidak sadarkan diri sejak ia memeluk Mika. Saat Mika mendorongnya, Yoshiki langsung jatuh pingsan.
Mika panik melihatnya tergeletak di lantai.

"Yoshiki ! Yoshiki ! Kau kenapa ???" Mika mengguncangkan tubuh pria itu dan tak sengaja memanggil Yoshiki dengan nama kecilnya lagi.

Mika pun memapah Yoshiki ke sofa dan membaringkannya. Saat ia bergerak ke arah telepon untuk menghubungi ibu Yoshiki, lelaki itu tersadar dan ia menoleh mendapati Mika berada di seberang ruangan.

"Apa...yang...kau...lakukan, Mika...?" tanyanya dengan terengah-engah.

"Aku akan menelepon ibumu agar dia yang merawatmu...aku sudah tak punya hak lagi untuk melakukannya..." jawab Mika datar dan ia menelepon ibu Yoshiki sementara Yoshiki memandangnya dengan sedih.

"Aku...hanya membutuhkanmu..." ujar Yoshiki lirih dan ia terjatuh dari sofa saat berusaha bangkit.

"Eeeh ! Yoshiki ! Apa yang kau lakukan ???" cemas Mika dan berlari menghampirinya lalu berusaha membantu lelaki itu untuk duduk di sofa kembali.

"Akhirnya...kau kembali memanggilku begitu..." Yoshiki tersenyum lemah saat menyadari Mika kembali memanggilnya seperti dulu.

Ia menatap Mika dan wajah gadis itu mulai memerah karena ia memang tidak sengaja kembali memanggilnya seperti itu.
Mika pun memalingkan wajah dan berdiri untuk pergi dari sana.
Namun, Yoshiki mencegahnya dan menarik Mika duduk kembali.

"Tetaplah di sini...aku membutuhkanmu..." ucap Yoshiki pelan dan ia bersandar pada bahu Mika.
Yoshiki kembali tidak sadarkan diri.

Mika tidak bisa bergerak karena kepala Yoshiki yang menyandar pada bahunya dan ia tidak tega menarik diri, takut kepala Yoshiki akan jatuh.
Mika hanya diam menunggu ibu Yoshiki datang.

Sementara itu, perlahan-lahan kepala Yoshiki jatuh ke pangkuan Mika.
Mika pun memperhatikan wajahnya dan menatapnya. Ia benar-benar kesulitan mengontrol perasaannya karena yang ada di pangkuannya saat ini adalah lelaki yang dicintainya dan tak bisa dilupakannya.

Tak lama kemudian, ibu Yoshiki datang.

"Akhirnya bibi datang...kalau begitu, aku permisi." kata Mika berusaha mengangkat kepala Yoshiki dari pangkuannya.

"Tunggu, Mika...apa tidak lebih baik jika kau yang merawatnya ?" cegah ibu Yoshiki sehingga Mika berhenti berusaha memindahkan posisi kepala Yoshiki.

"Eh ? Apa maksud bibi ?" Mika terkejut mendengarnya.

"Lihatlah...dia lebih membutuhkanmu daripada bibi..." kata ibu Yoshiki pelan sambil menunjuk anaknya.

Mika pun menatap Yoshiki yang masih tidak sadarkan diri. Ada sedikit ekspresi damai di wajahnya.

"Dia sudah sakit selama 2 minggu di asrama dan awalnya keadaannya tidak setenang ini...sewaktu bibi menjenguknya, dia sesak napas cukup hebat dan panasnya tinggi. Bahkan kata petugas asrama, Yoshiki sering mengigau menyebut namamu setiap malam...bibi cukup kaget melihatnya begitu tenang bersamamu..." jelas ibu Yoshiki dan menatap Mika penuh arti.

"Tapi...aku tak bisa begini...bagaimana dengan pelatihannya ?" tanya Mika benar-benar bingung harus berbuat apa.

"Ia berhenti dari pelatihan itu. Katanya ia ingin menemuimu..." jawab beliau sederhana.

Mika tersipu dan pertahanannya benar-benar hampir digoyahkan.

"Rawatlah dia..." saran ibu Yoshiki dan ia berjalan meninggalkan Mika di sana.

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang