51. Being a Mother

5K 204 4
                                    

Usia kandungan Mika sudah menginjak 7 bulan. Yoshiki sering sekali pulang cepat dan memperhatikan Mika.
Ia malah sering membantu Mika melakukan pekerjaan rumah karena takut Mika kelelahan.

Suatu malam, Yoshiki sedang membantu Mika mencuci piring makan malam mereka.
Mika pun langsung menghampirinya.

"Yoshiki, sini biar aku saja yang mengerjakannya..." kata Mika mengambil celemek.

"Ah, tidak perlu sayang...kau istirahat saja..." tolak Yoshiki halus.

"Hmm, jangan begitu...aku masih bisa melakukannya. Walaupun aku sedang hamil, tapi aku 'kan harus bergerak juga...tidak mungkin aku terus istirahat..." bujuk Mika.

"Tapi..." bantah Yoshiki lagi.

Mika langsung mengambil piring yang ada di tangan Yoshiki dan meletakkannya. Ia membalik tubuh Yoshiki dari wastafel.

"Tidak ada tapi-tapian...lebih baik kau pergi mandi dulu. Dari pulang tadi kau belum mandi. Bau lho..." Mika tersenyum sambil mendorong Yoshiki.

"Baiklah, baiklah...aku mandi. Tapi, ingat ya jangan terlalu capek. Habis ini kau harus istirahat..." Yoshiki balas tersenyum.

"Aku tahu..." balas Mika lagi dan ia mulai mencuci piring.

***

"Sayang...kau ingin menamai putri kita apa ?" tanya Mika sambil mengelus perutnya yang membesar malam itu.
Ia sedang menikmati pemandangan malam dengan Yoshiki dari balkon kamar mereka.

"Mitsuki...artinya bulan purnama... bulan purnama adalah bulan yang paling indah dalam semua fasenya... dan aku ingin anak kita memakai nama itu...bagaimana menurutmu ?" Yoshiki merangkul Mika sambil memandangi langit malam itu yang memang sedang purnama.

Mika tersenyum dan ikut memandang bulan itu.

"Ya...itu nama yang cocok..." Mika memejamkan matanya dan menikmati detak jantung kecil serta tendangan yang dirasakan dari perutnya.

Yoshiki menoleh ke arahnya dan tersenyum. Diulurkan tangannya yang bebas untuk mengelus perut Mika juga.
Ia tahu anak mereka bisa mendengarkan percakapan mereka tadi.

"Aku benar-benar penasaran apakah dia akan memiliki wajah yang lebih mirip denganku atau denganmu ya..." Yoshiki tertawa kecil dan meremas lengan Mika dengan lembut.

"Kurasa ia akan mirip denganmu... aku ingin melihat wajahmu dalam versi perempuan..." tawa Mika. Yoshiki mencubit hidungnya perlahan dengan gemas.

"Tapi, ada yang membuatku khawatir Yoshiki..." Mika terlihat serius.

"Ada apa sayang ?" Yoshiki menatapnya penasaran.

"Aku takut aku tidak bisa menjadi ibu yang baik untuknya...masih banyak bagian dari dalam diriku yang membuatku tidak ingin diturunkan ke darah anak kita...aku tidak ingin dia egois seperti diriku...aku tidak ingin dia cengeng sepertiku...banyak sekali sisi buruk yang tidak ingin aku wariskan padanya..." Mika memandang perutnya dengan sendu.

Yoshiki tertegun mendengarnya dan sedetik kemudian ia tersenyum dengan hangat.

"Kau tahu Mika ? Justru aku berharap dia tetap akan mewarisi sifatmu...kau tidak menyadari bahwa sifat cengengmu ataupun sifat lain yang menurutmu jelek itu justru membuatku merasa kau sungguh manis dan luar biasa...jika kau takut Mitsuki akan egois, semua orang pasti memiliki sifat egois...tapi, aku tahu anak kita akan terlahir menjadi gadis yang luar biasa juga sepertimu..." ujar Yoshiki.

Mika tersenyum mendengarnya dan menyandarkan kepalanya di dada Yoshiki. Ia memang selalu merasa nyaman di dekat suaminya itu.

***

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang