5. Engagement

6.7K 333 9
                                    

Hari ini aku akan bertunangan...entah dengan siapa pun aku bahkan tidak tahu...yah, mungkin ini takdirku...
Mika menghela napas panjang saat melihat dirinya di depan cermin.
Ia sudah mengenakan gaun berwarna merah muda dan menyisir rambutnya yang panjang.

Ia berangkat ke hotel tempat bertemunya mereka dan pihak tunangannya.
Seorang wanita paruh baya tersenyum ramah sekali padanya.
"Ah, ini pasti Mika. Cantik sekali kamu, nak." Ibu itu memegang kedua tangan Mika yang hanya bisa tersenyum simpul.

"Mana anakmu, Rei ?" tanya ibu Mika.
"Ah, sebentar lagi dia datang. Katanya setelah pulang dari kantor, dia akan menyusul kemari." jawab Reiko.

***

Sementara itu, Yoshiki sedang memakai jam tangannya dan mulai berpikir, ini konyol sekali...bertunangan ??? Hmph, yang benar saja...

Walaupun ia merasa ini konyol, tapi Yoshiki tidak mau mengecewakan ibunya. Ia pun berangkat ke restoran itu sambil masih mendengus.

Setibanya Yoshiki di sana, ia sudah melihat ibunya duduk sambil mengobrol dengan seorang wanita paruh baya dengan posisi memunggunginya. Ada seorang gadis di sebelahnya dan mata Yoshiki perlahan membelalak.

Rambut merah itu...ia sepertinya tahu siapa pemiliknya.

Ibu Yoshiki melambai padanya karena telah melihat Yoshiki berdiri mematung di sana dengan wajah pucat.
Otomatis ibu Mika dan Mika pun berbalik untuk melihat.

Mata Mika langsung membelalak terkejut saat melihat Yoshiki berdiri di sana dan rona merah kembali menghiasi pipinya. Ada rasa senang yang langsung menjalar di hatinya.

"Mi...Mika...???" gumam Yoshiki benar-benar terkejut.

"Kimura-kun !" seru Mika langsung berdiri senang.

"Loh ? Kalian sudah kenal ya ?" Kedua ibu itu terlihat terkejut karena mereka tidak mengetahui Mika dan Yoshiki telah saling mengenal.

"Dia ! Dia gadis yang paling menyebalkan !!!" Yoshiki tidak menyembunyikan ekspresi ketidaksukaannya lagi. Kali ini ia terlihat gusar.

"Yoshiki ! Jaga bicaramu !" sergah ibunya. Mika dan ibunya terlihat terkejut sekali.

"Kalau dia yang menjadi tunanganku, maka aku menolak acara pertunangan ini !!!" Yoshiki tanpa duduk terlebih dahulu, langsung berbalik meninggalkan ruangan itu.

Sebelum langkah kakinya menginjak pintu, ibunya langsung berkata dingin.
"Selama ini ibu tidak pernah minta apapun darimu. Apa bertunangan saja tidak bisa ?"

Yoshiki terdiam. Memang benar selama ini ibunya membiarkannya berbuat sesuka hatinya dan ia juga tidak mau mengecewakan ibunya. Dengan berat hati, Yoshiki kembali berbalik dan duduk di samping ibunya. Wajahnya tetap cemberut karena kesal.

Ibu Yoshiki tersenyum kembali pada pihak Mika.
"Ah, mohon maaf kalau tadi Yoshiki tidak sopan. Dia sepertinya malu. Jangan pedulikan ucapannya tadi ya."

Ibu Mika hanya mengangguk memaklumi sedangkan Mika tahu kalau Yoshiki memang tidak mau bertunangan dengannya.

"Nah, karena keduanya sudah saling mengenal, bagaimana kalau kita langsung tukar cincin saja ?" usul ibu Yoshiki lagi.
Mereka langsung memberikan dua buah cincin yang ditukarkan satu dan yang lainnya.

"Nah, sudah 'kan ??? Kalau begitu saya permisi !" Yoshiki langsung beranjak dari kursinya. Ia tidak sanggup berlama-lama duduk di hadapan Mika.

"Ah, ada lagi yang harus saya sampaikan. Karena sudah bertunangan, bagaimana kalau Mika tinggal di rumah Yoshiki saja ?" Ibu Yoshiki tersenyum ke arah Mika. Ia tahu kalau Yoshiki pasti berhenti setelah ia mengatakan itu. Dan memang benar, Yoshiki menghentikan langkahnya dan berbalik terkejut.

"APA ???" kali ini ia dan Mika sama-sama terkejut mendengarnya.

"Bibi juga tinggal 'kan ?" tanya Mika dengan takut-takut.
"Tidak, Mika. Kau tinggal berdua dengan Yoshiki. Dia sudah punya rumah sendiri." jawab Ibu Yoshiki dengan tersenyum.

"Eehh ??? Yang benar saja ???" Mika membelalak terkejut.
"Ya, kalau tidak begitu, kalian mana bisa mengenal satu sama lainnya." kali ini ibu Mika yang bicara. Nampaknya ia sudah merencanakan ini semua dengan ibu Yoshiki.

"Aku meno---" belum sempat Yoshiki memyelesaikan kalimatnya, ibunya langsung menatapnya super tajam hingga Yoshiki terdiam dan hanya bisa menggertakkan giginya dengan geram.

"Umm...maaf bi. Tapi, rasanya agak aneh jika seorang gadis tinggal bersama lelaki yang bukan suaminya..." kata Mika pelan dan menunduk malu.
"Benar ! Itu benar sekali !!!" sambung Yoshiki yang tiba-tiba membela Mika.

"Kalau yang kau maksudkan adalah kau takut Yoshiki akan berbuat macam-macam padamu, bibi menjamin Yoshiki tidak akan melakukannya karena bibi mengenalnya dengan sangat baik. Dan lagi tidak masalah jika kalian tinggal bersama...kalian 'kan sudah bertunangan, jadi bibi rasa itu bagus untuk pemahaman kalian satu sama lainnya." jelas ibu Yoshiki.

Yoshiki benar-benar pasrah karena tidak bisa melawan pada ibunya. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kesal.

"Kalau sudah tidak ada masalah, mungkin hari minggu ini Mika bisa mulai pindah ke rumah Yoshiki." senyum ibu Yoshiki sambil memegang tangan Mika.

Yoshiki sudah pusing mendengar masalah ini hingga ia berpikir, mimpi buruk apa aku semalam sampai bisa sesial ini ???

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang