41. Almost the time

4.1K 180 0
                                    

Hari ulang tahun Mika hampir tiba. Yoshiki pun memutuskan untuk membeli cincin lamaran setelah pulang dari kantor.

Saat ia akan keluar dari kantor, papan pengumuman dikerumuni oleh para karyawan.

"Ada pengumuman apa ?" tanyanya sambil menepuk bahu Kei.

"Ah, itu direktur eksekutif kita akan pulang besok. Jadi, ada pesta penyambutan kembalinya. Sudah dua tahun ya dia tak kembali dari New York..." kata Kei.

"Oh, besok acara pestanya ?" tanya Yoshiki lagi.

"Un, semua karyawan wajib datang. Katanya boleh bawa pasangan." jelas Kei lagi.

"Hmm...baiklah, aku mengerti. Trims ya..." kata Yoshiki berbalik untuk pulang.

Ia pun mampir ke toko perhiasan dan keluar dengan tersenyum sambil membawa sebuah kotak kecil berwarna merah beludru.

Sesampainya di rumah, ia ingat dengan acara pesta besok.

"Ah, Mika...besok kau tidak ada acara 'kan ?" tanya Yoshiki sambil meletakkan jasnya di sofa.

"Tidak ada. Memangnya kenapa ?" heran Mika.

"Besok ada pesta penyambutan direktur eksekutif perusahaanku dan setiap pegawai boleh membawa pasangannya. Kau temani aku ya ?" ajak Yoshiki tersenyum memandangnya.

"Eehh ??? Aku segan bergaul dengan teman-teman kerjamu..." tolak Mika dengan agak tersipu.

Yoshiki pun berjalan mendekatinya dan memegang kedua tangan Mika.

"Tidak apa-apa...anggap saja mereka temanmu juga. Temani aku ya ?" bujuk Yoshiki sekali lagi sambil menatap Mika lekat-lekat.
Mau tak mau wajah Mika langsung memerah.

"Ba...baiklah..." kata Mika mengiyakan. Yoshiki pun tersenyum memandangnya.

***

Esoknya, saat mereka harus bersiap-siap berangkat ke pesta, Yoshiki masuk ke kamar setelah menunggu gadis itu berdandan.

"Mika, kau sudah siap ?" tanya Yoshiki saat membuka pintu kamar.

Ia langsung terdiam seketika saat melihat penampilan Mika yang menoleh ke arahnya.

Gadis itu mengenakan terusan putih dengan bahu terbuka yang anggun. Rambutnya yang merah menyala sangat kontras sekali.

Whoaa...Mika cantik sekali...
Batin Yoshiki dengan wajah memerah karena terpana. Namun, tiba-tiba ia teringat sesuatu.

Gawat ! Kalau Mika cantik seperti ini, para pria di pesta akan berusaha merebutnya dariku...!
Pikir Yoshiki dengan agak cemas. Tanpa ia sadari, ia menjadi sangat egois jika menyangkut gadis itu.

"Ah, tunggu sebentar ya Yoshiki. Aku hampir selesai..." kata Mika membuyarkan lamunan Yoshiki.

Tanpa berkata apa-apa, Yoshiki langsung keluar dari kamar sedangkan Mika bingung melihat sikapnya.

Menjelang akan berangkat, Yoshiki tidak mau memandang Mika sama sekali. Ia terus saja menghindari Mika.

Aduh, bagaimana caranya aku membatalkan kepergian kami ke pesta ??? Pikir Yoshiki terus menerus.

Sementara itu, Mika yang heran melihat Yoshiki menghindarinya terus menerus pun menegurnya.

"Yoshiki..." panggil Mika.

Saat Mika memanggilnya, Yoshiki langsung memalingkan wajah.

"Hng ?" jawab Yoshiki tanpa menoleh.

Mika pun kesal melihatnya dan langsung menghampiri Yoshiki yang berdiri bersandar di punggung sofa.

"Yoshiki..." panggil Mika sekali lagi di hadapannya. Yoshiki tetap tidak memandangnya.

"Ada apa ?" tanya Yoshiki terus menoleh ke arah lain.

Mika langsung memegang kedua pipi Yoshiki dan memalingkannya agar menatapnya. Tapi, Yoshiki langsung berpaling kembali.
Mika benar-benar heran melihatnya.

"Ada apa, Yoshiki ? Kenapa kau menghindariku dari tadi ?" tanya Mika tajam.

"Tidak ada apa-apa..." jawab Yoshiki.

Mika kembali memalingkan wajah Yoshiki ke arahnya.

"Mana mungkin tidak ada apa-apa. Aku sadar sekali kau menghindariku dari tadi." kata Mika tegas.
Namun, sedetik kemudian ia tertegun melihat wajah Yoshiki yang memerah dan tidak mau memandangnya.

"Yoshiki, lihat aku...kalau kau tetap menghindariku, aku akan marah padamu..." ancam Mika.

Pelan-pelan, Yoshiki pun memandangnya dengan wajah merah.

"Nah begitu...kenapa sih kau menghindariku ?" tanya Mika dengan penasaran.

"Ka...karena kau terlalu cantik hari ini..." jawab Yoshiki pelan dan gugup.

"Hah ? Memangnya kenapa kalau aku berdandan sedikit hari ini ?" heran Mika. Yoshiki kembali memalingkan tatapannya.

"Kalau kau cantik seperti ini, mana ada pria yang tidak akan tidak melirikmu di pesta nanti...dan hal itu yang akan membuatku cemburu..." jawab Yoshiki dengan jantung berdebar-debar.

Wajah Mika langsung tersipu dan ia tertegun mendengarnya.

Tiba-tiba, Yoshiki langsung menyandarkan kepalanya di bahu Mika untuk menutupi wajahnya yang sedang memerah.

"Aku...dari tadi terus berpikir...aku ingin membatalkan keberangkatan kita karena tidak ingin laki-laki lain melihatmu...apalagi hari ini kau benar-benar istimewa..." ujar Yoshiki pelan dan menunduk dengan jantung berdegup kencang.

Mika yang mendengarnya pun tersenyum dan wajahnya tersipu.

"Kau tidak perlu cemas begitu, Yoshiki..." kata Mika menenangkan.

Yoshiki pun memeluk pinggang Mika.
"Walaupun begitu tetap saja aku akan merasa cemburu..." balasnya.

Mika pun mengangkat wajah Yoshiki agar menatapnya dan tersenyum ke arahnya.

"Hmm...kau benar-benar takut kekasihmu ini diambil pria lain ?" kata Mika tersenyum.

"Un..." jawab Yoshiki menatapnya dalam.

Mika tertegun saat mendengar jawaban Yoshiki. Ia langsung memeluk pria itu dengan wajah memerah.
Gadis itu bahkan terdiam cukup lama sembari menghirup aroma maskulin khas dari tubuh Yoshiki.

"Yoshiki...bolehkah aku terus berharap kau akan mencintaiku suatu saat nanti...?" tanya Mika pelan.

"Un..." jawab Yoshiki sambil menggumam.

Sementara itu, Yoshiki membatin...
Tidak perlu suatu saat nanti...tapi, sudah dari dulu aku mencintaimu, Mika...

Yoshiki memeluk lembut gadis itu dan memejamkan matanya.

Mika terkejut mendengar jawaban Yoshiki dan ia memandang lelaki itu dengan tersipu.

Namun, sebelum Mika sempat berkata apapun, Yoshiki langsung membungkam bibirnya dengan ciuman lembut.

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang