42. Is she your girlfriend ?

4.2K 179 0
                                    

Akhirnya mereka jadi berangkat ke pesta. Dugaan Yoshiki tepat, banyak pria yang melirik Mika bahkan memandangnya tanpa berkedip.

Yoshiki pun mulai resah tetapi tiba-tiba Mika merangkul lengan Yoshiki hingga lelaki itu tertegun dan menoleh ke arahnya.
Mika hanya tersenyum menatapnya sementara para pria yang meliriknya mulai iri pada Yoshiki.

"Wah, Mika...kau cantik sekali malam ini..." puji Kazu menghampiri mereka bersama dengan Yuzu, Karin dan Kei.

"Ah, terima kasih Kazu..." Mika tersenyum ke arahnya.

"Oh, ini rupanya tunangan Kimura-kun ? Ternyata dari dekat lebih cantik ya." kata Kei tiba-tiba.

"Ah ya, ini kukenalkan Mika tunanganku." Yoshiki tersenyum ke arah mereka.
Mika pun tersenyum dan memberi salam pada mereka.

"Aku benar-benar iri melihatmu Kimura-kun..." lanjut Kei.

"Un, Mika cantik sekali..." puji Yuzu yang benar-benar iri melihat Mika.
Yoshiki hanya tertawa kecil sementara Mika tersipu malu.

"Yoshiki !" panggil seorang wanita yang menghampiri mereka dengan riang.

Siapa wanita itu ? Dia memanggil Yoshiki dengan nama kecilnya...berarti dia orang yang cukup penting bagi Yoshiki...
Batin Mika terlejut dan menoleh pada seorang wanita berambut pendek sebahu yang memakai gaun hitam panjang.

Sementara itu, Yoshiki yang menoleh karena dipanggil, langsung terlihat gembira dan berjalan menghampirinya.

Tiba-tiba, di depan Mika, Yoshiki langsung memeluk wanita itu dengan senang.

"Wah ! Sudah lama sekali aku tidak melihatmu !" kata Yoshiki tersenyum lebar.

"Hmm...ya ya.." wanita itu juga tersenyum dan membalas pelukan Yoshiki.

"Bagaimana kabarmu ? Kenapa lama sekali kau baru pulang ?" tanya Yoshiki saat melepaskan pelukannya.

"Hahaha, maaf maaf...aku sibuk sekali." jawab wanita itu tertawa.

Entah kenapa Mika merasa diacuhkan karena Yoshiki jadi sibuk mengobrol dengan wanita itu. Ia melihat semua teman-teman Yoshiki yang dari tadi bersama mereka menunduk memberi hormat pada wanita itu.

Pelan-pelan, Mika mendekati Karin.
"Maaf, kalau boleh tahu wanita itu siapa ?" tanya Mika sopan.

"Oh, beliau itu direktur eksekutif perusahaan kami yang baru pulang dari New York." jelas Karin. Mika mengangguk-angguk.

"Kelihatannya mereka akrab sekali..." gumam Mika yang terdengar oleh Karin.

"Maksudmu dengan Kimura-kun ? Tentu saja, mereka sangat akrab dari dulu." kata Karin mengangguk.

Mika lalu memperhatikan wanita itu. Ia cantik dan terkesan ramah.
Tiba-tiba, wanita itu memandang Mika.

"Yoshiki, siapa gadis cantik di belakangmu itu ?" tanyanya.
Yoshiki langsung menoleh dan melihat Mika.

"Ah, maaf aku lupa memperkenalkan.. ini Mika." kata Yoshiki menepuk keningnya. Ia benar-benar lupa.

Mika tersentak karena ini pertama kalinya Yoshiki tidak mengenalkannya sebagai tunangannya.

"Kenapa diam, Mika ?" heran Yoshiki. Mika kembali sadar dan dengan gugup memberi salam.

"Ah, salam kenal..." kata Mika menunduk.

"Oh, halo. Aku Minami...Minami Kimura." salamnya dengan tersenyum.

"Kau tidak mencari pangeran Smith mu ?" goda Yoshiki lagi. Minami menepuk lengannya dengan sebal.

"Berisik kau, Yoshiki !" katanya tertawa.

Mika tersentak melihat keakraban mereka dan tidak menyadari hal penting yang dikatakan Minami tadi.

Mereka benar-benar akrab...terlalu akrab jika dikatakan teman...apakah dia adalah pacar Yoshiki...?
Batin Mika dengan galau.

Minami pun melanjutkan ceritanya dengan Yoshiki.
"Yoshiki, ada tawaran pekerjaan untukmu di induk perusahaan kita di New York. Tapi, kau harus tinggal di sana." kata Minami.

"Benarkah ? Wah, itu bagus sekali !" Yoshiki terlihat antusias mendengarnya.

Mika pun langsung terkejut dan sedih.
Berarti Yoshiki akan pergi ke New York bersama Minami...

"Ah, Minami. Ada hal penting yang ingin kusampaikan padamu." kata Yoshiki tiba-tiba dan ia melirik Mika.

Mika tertegun dan merasa ia sudah mengganggu mereka.

"Umm...kalau begitu aku mau mengambil minuman dulu..." ujar Mika beralasan dan pergi dengan hati yang kacau balau.

Sementara Mika berjalan meninggalkan mereka, Yoshiki memandang Minami dengan serius.

"Aku memang berniat dengan pekerjaan itu. Tapi, ada hal penting yang ingin kulakukan dan sepertinya aku menolak tawaranmu, Minami." kata Yoshiki.

"Ehh ??? Sayang sekali...padahal jarang ada tawaran seperti itu... memangnya apa yang mau kau lakukan ?" Minami terlihat kecewa sekaligus penasaran.

"Hmm...aku ingin melamar Mika besok." jawab Yoshiki sambil tersenyum dan memandang Mika dari kejauhan.

"Uwaaa, tak kusangka...! Kalau begitu memang lebih baik kau melakukannya daripada mengambil tawaran kerja itu ! Soalnya ini pertama kalinya kau serius tentang wanita !" Minami terlihat gembira mendengarnya.

"Tentu saja aku serius ! Aku belum pernah merasakan perasaan yang begitu dalam pada seorang wanita." balas Yoshiki tertawa.

"Hmm...kalau begitu, semangat ! Kau harus mengatakannya dengan berani !" dukung Minami sambil tersenyum.

Yoshiki mengangguk dan kembali memandang Mika. Tetapi, dilihatnya Mika berjalan keluar dari ruangan pesta.

"Ah, maaf Minami. Aku pergi dulu. Sepertinya Mika keluar..." kata Yoshiki dan ia langsung berjalan cepat mengejar Mika.

Sementara itu, Mika terus berpikir...
Untuk apa selama ini Yoshiki bersikap lembut padaku jika ternyata ia sudah mempunyai pacar...?

Mika pun berjalan keluar dan ingin segera pulang karena tidak sanggup memikirkan dan melihat kejadian ini lagi.
Ia terus menahan air matanya agar tidak mengalir sebelum sampai ke rumah.

Namun, tiba-tiba Yoshiki menarik tangannya.
Mika terkejut dan menoleh untuk melihat siapa yang menariknya.

Tetapi, setelah melihat wajah Yoshiki, Mika langsung memalingkan wajah karena ia semakin ingin menangis.

"Kau mau kemana, Mika ?" tanya Yoshiki heran.

"Aku...mau...pulang...kau tetap saja di sini karena aku mau pulang sendiri..." jawab Mika dengan menunduk.

"Ada apa, Mika ? Kenapa kau mau pulang sekarang ?" Yoshiki benar-benar heran melihat sikap Mika.

"Aku...hanya tidak terbiasa dengan pergaulan kantormu..." jawab Mika pelan.

"Baiklah, kita pulang kalau begitu." kata Yoshiki dan menarik tangan Mika.

"Ehh ??? Aku tak ingin mengganggu acaramu ! Biarkan aku pulang sendiri saja..." tolak Mika dengan terkejut.

"Kalau kau pulang, aku juga pulang. Karena aku tidak ingin membiarkanmu sendirian di rumah." lanjut Yoshiki sambil berjalan.

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang