9. The cure

7.1K 327 0
                                    

"Izinkan aku...untuk menciummu sekali lagi..." suara rendah Yoshiki seakan membius Mika. Tanpa ia sadari, Yoshiki sudah mencondongkan wajahnya ke arah Mika.

Wajah Mika semakin merona apalagi Yoshiki mengenggam tangannya perlahan agar ia tidak beranjak dari sana. Jantungnya berdegup sangat kencang dan tanpa sadar Mika menahan napas karena gugup.

"Tunggu sebentar, Kimura-kun !" seru Mika tiba-tiba sambil menahan tubuh Yoshiki untuk lebih mendekat lagi. Jarak antara mereka hanya 10 cm saja.

"Ada apa, Mika ?" heran Yoshiki.

"A...anoo...bisakah Kimura-kun...kau melakukannya dengan sedikit lembut...? Yang tadi sakit sekali..." gumam Mika sambil menunduk malu. Memang karena paksaan Yoshiki tadi, Mika meringis kesakitan. Untung saja bibirnya tidak lecet.

Yoshiki tertegun mendengarnya dan ia tersenyum samar.
"Aku mengerti. Aku akan pelan-pelan saja agar tidak menyakitimu..."

Yoshiki menengadahkan wajah Mika ke arahnya dan mencium lembut bibir gadis itu. Jantung Mika benar-benar hampir melompat keluar karena kali ini Yoshiki melakukannya dengan sangat hati-hati.

Saat melumat pelan bibir Mika, Yoshiki mulai membatin, lembut sekali bibirnya...membuatku tidak ingin melepaskannya begitu saja...

Sementara Mika pun juga membatin bahwa ciuman Yoshiki benar-benar berbeda kali ini. Lebih berperasaan.

Tiba-tiba, Mika melepaskan bibirnya dari Yoshiki dan berpaling darinya. Lelaki itu bingung dan memberikan tatapan bertanya pada Mika.

"Ini sudah larut malam...Kimura-kun sedang tidak sehat. Lebih baik istirahatlah biar cepat sembuh." kata Mika sebelum Yoshiki sempat bicara.

Dengan tatapan kecewa, Yoshiki mengangguk pasrah. Ia sebenarnya belum rela melepaskan bibir Mika yang sangat lembut itu. Tapi, ia akhirnya merebahkan diri lagi untuk beristirahat.

Mika tiba-tiba menunduk ke arahnya dan mencium bibir Yoshiki hingga membuat laki-laki itu tertegun seketika.
"Maaf kalau aku lancang melakukannya. Tapi, akan lebih baik jika Kimura-kun bisa sambil beristirahat. Aku berharap Kimura-kun bisa segera sembuh." senyumnya dalam jarak yang sangat dekat dengan Yoshiki.

Sebelum Yoshiki sempat mengatakan apapun, Mika kembali menciumnya hingga secara refleks Yoshiki langsung membalasnya.
Mika terus mencium Yoshiki hingga ia tertidur pulas.

***

Keesokan paginya, Yoshiki bangun dan merasa dirinya sangat sehat dan segar. Ia menoleh dan memandang Mika yang tertidur di kursi semalaman karena menjaganya.

Pasti tidak nyaman tidur di kursi seperti itu semalaman...pikir Yoshiki dan ia langsung beranjak ke arah Mika.
Digendongnya gadis itu yang tetap terlelap dan dibaringkannya ke ranjangnya.
Yoshiki menatapnya tidurnya yang sangat nyenyak sesaat sebelum ia pergi mandi.

Tidak berapa lama kemudian, Mika terbangun dan menggeliat. Ia terdiam dan terkejut saat menyadari ia tidur di ranjang Yoshiki. Dengan cepat, Mika langsung beranjak duduk sambil melihat sekeliling dan tidak menemukan Yoshiki.

"Oh, kau sudah bangun, Mika ?" tegur Yoshiki yang baru keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya.

"Ah ! Maafkan aku, Kimura-kun ! Aku sudah lancang tidur di ranjangmu ini !" Mika terlihat sangat bersalah.

"Aku yang memindahkanmu ke sana. Pasti pinggangmu pegal tidur sambil duduk semalaman seperti itu. Dan jangan minta maaf terus. Kau sering sekali bilang 'lancang', memangnya aku ini raja ???" Yoshiki mendengus sambil duduk di ujung ranjang.

Mika hanya menunduk malu dan dengan kikuk ia bertanya, "Apa kau sudah sehat, Kimura-kun ?"

Yoshiki menaikkan sebelah alisnya dan menyandarkan tubuhnya ke belakang untuk menatap Mika.
"Ya, aku sudah sembuh. Terima kasih sudah merawatku semalam." Ia tersenyum tulus pada gadis itu.

Mika tersipu dan menunduk seketika. Yoshiki bingung melihatnya.
"Ada apa ?" tanyanya.

"I...itu...baru kali ini Kimura-kun tersenyum lagi padaku..." jawabnya dengan suara kecil.
Yoshiki tertegun mendengarnya dan ada rona merah di pipinya.
Ia beranjak dan menepuk pelan kepala Mika.

Diraihnya gelas air yang ada di meja sebelah tempat tidurnya. Ia langsung menenggaknya begitu saja hingga Mika langsung berteriak.
"Kimura-kun ! Itu gelasku !"

Dalam hatinya, ia mulai berpikir, ini namanya ciuman tidak langsung !!!
Hanya karena memikirkan hal itu saja, wajah Mika langsung merah padam.

Yoshiki menoleh ke arahnya dan diam sesaat. Tiba-tiba ia menyeringai ke arah Mika.
"Ada apa ? Apa kau berpikir ini ciuman tidak langsung ?"

"A...ah..tidak ! Tidak ! Aku tidak berpikir seperti itu...!" kata Mika berdusta.

"Aku yakin kau berpikir seperti itu. Kalau tidak, kenapa kau langsung teriak saat aku minum dari gelasmu ?" godanya lagi. Wajah Mika semakin merah padam.

"Daripada ciuman tidak langsung, lebih baik yang langsung saja." Yoshiki tersenyum lagi dan mendekati Mika yang terkejut.

Ia naik kembali ke ranjang dan menghampiri Mika. Wajahnya mulai mendekati gadis itu.

Dia pasti hanya ingin menggodaku saja ! Pasti hanya ingin mempermainkanku saja ! Batin Mika berusaha menenangkan dirinya. Jantungnya sudah berlomba-lomba berdetak kencang.

Sementara itu, Yoshiki sebenarnya serius ingin mencium Mika kembali. Ia masih terngiang akan kelembutan bibir gadis itu.

Saat jarak antara bibir mereka hampir dekat, tiba-tiba pintu menjeblak terbuka. Ibu Yoshiki datang menjenguknya.

"Yoshiki ! Kau sakit ya ? Eh..? Aduh, maaf ya ibu mengganggu waktu kalian..." ibu Yoshiki terkejut saat melihat posisi Yoshiki yang sedang mendekati Mika seperti itu. Ia langsung menyeringai dan menutup pintunya kembali.

"Ah, sial ! Padahal sedikit lagi..." gerutu Yoshiki berbalik meninggalkan Mika.
Mika tertegun mendengarnya.
Berarti tadi dia benar-benar serius mau menciumku ???

Wajah Mika langsung merah padam dan terasa panas sekali. Ia tidak tahu bagaimana caranya menenangkan hatinya yang sudah diluluh lantakkan pria itu.

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang