46. Have you ever felt like this...

4.2K 168 0
                                    

Kedua orang itu berada di sebuah butik gaun pengantin setelah selesai mencoba pakaian yang akan dikenakan di hari istimewa mereka.

Mika dan Yoshiki duduk menunggu masalah penyewaan gaun yang sedang diurus. Mereka sibuk bercanda saat tiba-tiba seorang wanita menegur Yoshiki.

"Hei, Kimura-kun ! Sudah lama tidak berjumpa ya..."

Mika mengenali wanita itu. Shouko, gadis yang pernah ditemuinya saat reuni kuliah Yoshiki waktu itu.

Yoshiki pun menoleh dan cukup terkejut melihat Shouko.

"Oh, Shouko. Lama tak berjumpa. Sedang apa kau di sini ? Apa kau akan menikah ?" Yoshiki tersenyum ramah ke arahnya.

"Ah, bukan aku. Kakakku yang akan menikah jadi aku menemaninya ke sini. Kalau kau ? Apa ada keluargamu yang akan menikah ?" Shouko juga balas tersenyum dan masih belum menyadari kehadiran Mika di sana.

"Tidak...aku yang akan menikah." jawab Yoshiki tersenyum lebar dan merangkul Mika. Barulah Shouko dapat melihat gadis itu dan berpura-pura terkejut.

"Apa ??? Wah, tak kusangka secepat ini...eh ? Bukankah dia junior kita dulu ?" kata Shouko memperhatikan Mika. Yoshiki mengangguk riang.

"Hmm...sepertinya dia juga salah satu dari gadis-gadis yang selalu mengejarmu 'kan ?" Shouko terlihat berpikir.

"A..ah, memang aku dulu sering mengejar Yoshiki..." kata Mika tersenyum kikuk dan wajahnya tersipu.

"Wah, beruntung sekali kau bisa menikah dengannya kalau begitu !" kata Shouko dengan terbelalak.

"Kimura-san, silahkan tandatangani administrasinya." panggil petugas penyewaan itu.

"Ah, maaf Shouko lain kali kita bicara lagi. Mika, tunggu sebentar ya. Aku segera kembali." Yoshiki berjalan pergi meninggalkan mereka mengikuti petugas itu.

Ketika siluet Yoshiki menghilang, Shouko lalu menatap sinis pada Mika.

"Huh ! Pandai sekali kau merayu pria sampai-sampai Kimura-kun mau menikah denganmu !" kata Shouko dengan sengit.
Mika terlonjak mendengarnya.

"A...aku sama sekali tidak merayu Yoshiki seperti yang kau pikirkan..." gumam Mika terkejut.

"Hah ! Wajar sekali kalau Kimura-kun mau menikah denganmu. Pasti dia kasihan sekali melihatmu mengekorinya terus menerus seperti anjing !" sinis Shouko dan langsung meninggalkan Mika yang terdiam.

Saat Yoshiki kembali, dia heran melihat Mika yang termenung dengan wajah pucat.

"Mika ? Mika ? Kau baik-baik saja ?" tegur Yoshiki hingga menyadarkan Mika.

"A..ah, aku baik-baik saja..." jawab Mika tersentak.

"Ada apa ? Kau muram begitu..." Yoshiki memperhatikan raut wajah Mika dengan seksama.

"Tidak...tidak ada apa-apa..." jawab Mika tersenyum kecut.

***

Sesampainya di rumah, Mika terus memikirkan apa yang dikatakan Shouko. Ia merasa bahwa ucapan Shouko ada benarnya juga. Selama ini ia memang selalu mengejar Yoshiki tanpa putus asa.

Yoshiki menghampirinya dan merebahkan kepalanya di pangkuan Mika yang sedang duduk bersandar di ranjang. Ia menikmati waktunya berduaan dengan Mika seperti ini dan merasa sangat nyaman di dekat gadis itu.

"Yoshiki..." panggil Mika pelan.

"Hng ?" balas Yoshiki memejamkan matanya.

"Lebih baik...kita tidak usah menikah saja..." kata Mika pelan.

Deg !

Ucapan Mika langsung membuat Yoshiki membuka matanya seketika dan terlonjak kaget. Ia duduk serius menatap Mika.

"Apa maksudmu ?" tanyanya masih dengan wajah terkejut.

"Lebih baik kita tidak usah menikah saja..." ulang Mika sambil menunduk menahan air matanya yang terasa panas hingga mengaburkan pandangannya.

"Ada apa, Mika ? Apa ada sesuatu yang terjadi hingga kau ingin membatalkan pernikahan kita ?" tanya Yoshiki serius.

"Tidak ada ap---" belum sempat Mika menyelesaikan perkataannya, Yoshiki langsung memotongnya.

"Apa kau sudah lelah bersamaku ? Apa kau menyukai pria lain ? Karena itukah kau ingin membatalkan pernikahan kita ???" potong Yoshiki tajam. Mika terkejut mendengarnya.

"Bu---" lagi-lagi perkataan Mika dipotong oleh Yoshiki.

"Cukup...aku sudah mengerti semuanya..." kata Yoshiki dengan pikiran kacau dan ia bangkit meninggalkan kamar mereka.

Yoshiki pergi ke ruang bacanya dan duduk diam memikirkan semuanya dengan galau. Ia tidak tahu apa salahnya hingga Mika mengubah hatinya seperti itu.

Mika perlahan masuk ke ruangan itu.

"Yoshiki..." panggil Mika pelan.

"Keluarlah ! Aku sedang tak ingin melihatmu !" bentak Yoshiki dengan tegas.

Mika hanya bisa menunduk sedih dan berjalan keluar kembali.
Ia tahu Yoshiki butuh waktu untuk memikirkan masalah ini.
Mungkin ia termasuk gadis bodoh yang menyia-nyiakan kesempatan saat pria yang dicintainya ingin menikahinya. Tapi, Mika tahu kalau kenyataan seperti ini rasanya seperti sebuah dongeng dan membuatnya sulit percaya.
Kata-kata Shouko tadi benar-benar membuatnya tersadar akan kenyataan.

Sementara itu, Yoshiki terus duduk semalaman di sana. Ia terus memikirkan banyak hal.

Apakah memang Mika menyukai pria lain ?
Apakah Mika sudah tidak mencintaiku lagi ?
Apa aku sudah tak berarti lagi di baginya ?

Ia terus memikirkan hal-hal itu hingga ia tiba-tiba menyadari perasaan yang dialaminya saat ini.

Apakah ini patah hati ?
Kalau memang benar demikian, aku bisa mengerti perasaan Mika saat mengejarku terus menerus...
Lalu, ditolak dengan kejam olehku tentu saja membuatnya lelah menghadapiku...
Seharusnya aku sadar aku tidak boleh melakukannya tanpa berpikir seperti itu...aku bahkan menyakitinya...

Rupanya inilah rasanya jika cinta bertepuk sebelah tangan...
Sakit...sungguh sangat menyakitkan...

Yoshiki membatin dengan sedih dan mengurut pelipisnya perlahan. Tangannya berhenti menutupi matanya yang mulai terasa panas.

Sebutir air mata meleleh perlahan karena perasaan kecewa dan sedih yang sangat mendalam.

A Thousand KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang